Semangat Hijriah, Spirit Membawa Perubahan dan Semangat Gotong Royong

Kabar Utama158 Views

Kabar Damai I Rabu, 11 Agustus 2021

Yogyakarta I kabardamai.id I Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan hijrah adalah momentum yang selalu melekat di dalam kehadiran tahun baru Islam.

Kehadiran tahun baru Islam dengan semangat hijrah tentu bagi kaum muslimin bukan hanya sekadar ritual, seremonial dari pergantian waktu, tetapi memiliki semangat kesejarahan dan keagaaman yang luhur dan utama sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah ayat 218:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

“Jadikan tahun baru 1443 hijriah ini sebagai semangat hijrah untuk mengimplementasikan spirit perubahan sebagaimana makna hijrah yakni berpindah atau berubah,” tutur Haedar pada Senin, 9 Agustus 2021, dikutip dari Muhammadiyah.or.id.

Hijrah yang menandai kehadiran tahun baru hijriah, lanjut Haedar harus memiliki makna perubahan dari kehidupan organisme yang menuhankan segala hal dimuka bumi selain kepada Allah SWT menuju pada kejihadan tauhid yang membebaskan dan mencerahkan, mencerdaskan serta membawa kehidupan keadaban yang tinggi di bawah sinar nilai-nilai ilahi.

Haedar juga mengatakan bahwa hijrah mengandung makna peralihan atau pergantian kehidupan yang dari segala bentuk kegelapan dalam hidup, kebodohan, ketertinggalan, keterbelakangan, ketidakadilan dan segala macam yang menunjukan kehidupan yang tidak baik menjadi kehidupan maju, adil, bermartabat, berkeadaban, berkeadilan, makmur, berkemajuan dan memiliki kedaulatan sebagai insan dan bangsa yang memiliki kehormatan.

“Hijrah juga sebagai suatu proyeksi teologis yang lebih jauh harus menjadi ikhtiar membangun kehidupan dalam mebawa pada kemajuan di segala kehidupan,” imbuh Haedar.

Ketika kaum muslimin di tengah kondisi yang belum sepenuhnya maju, baik di bidang pendidikan, IT, ekonomi, politik, budaya, dan berbagai aspek maka jadikan tahun baru hijriah ini menjadi ikhtiar hijrah keuamatan dan kebangsaan menuju pada peri kehidupan yang  berkemajuan.

“Tahun baru hijriah juga harus dimaknai hijrah kolektif bagi segenap kaum muslimin untuk mengatasi pandemi covid-19,” jelas Haedar.

Di tengah situasi bangsa yang masih mengadapi musibah yang berat ini dengan segala derita dan dampaknya maka kaum muslimin harus menjadi kekuatan di garda depan sebagai uswah khasanah sebagai solusi mengatasi pandemi.

“Inshaallah dengan semangat kolektif sebagai umat dan bangsa akan mampu menghadapi pandemi ini dengan semangat hijrah dengan optimisme dan nilai tauhid yang konstruktif serta kebersamaan yang mampu hadir sebagai kekuatan kolektif bahwa kita mampu menghadapi musibah ini karena kitra bersama,” tutup Haedar.

PBNU Ajak Muslim Teladani Spirit Hijrah Rasulullah

Tahun baru 1443 Hijriah merupakan momentum bersejarah bagi perjalanan umat Islam ini ditandai dengan hijrah Nabi Muhammad. Hijrah merupakan perubahan gerakan baik sosial, keagamaan, maupun kebudayaan.

Karena itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengajak umat Islam serta Nahdliyin untuk sama-sama meneladani hikmah dan spirit hijrah yang dilakukan Nabi Muhammad. Setidaknya, terdapat empat pesan Rasulullah yang disampaikan pada khutbah di awal masa hijrah. Pesan pertama adalah soal menebarkan salam.

“Salam yang dimaksud adalah perdamaian. Dalam konteks berbangsa dan bernegara ada irisan kemiripan dan kesamaan struktur sosiologis masyarakat Madinah kala itu dengan masyarakat Indonesia saat ini. Irisan keduanya pada konteks kemajemukan dan kebinekaan. Keduanya sama-sama majemuk,” tutur Sekretaris Jenderal PBNU H Ahmad Helmy Faishal Zaini kepada NU Online, Senin sore.

Baca Juga: Hijrah “Kita” dari Pandemi Covid 19

Menurut Helmy, pesan Nabi Muhammad tersebut tidak hanya berhenti pada makna tekstual atau sekadar menebarkan salam. Namun harus pula dimaknai sebagai upaya menebarkan kedamaian serta menciptakan rasa aman bagi siapa pun.

Kemudian, pesan kedua yang disampaikan Nabi Muhammad adalah soal memberi makanan atau bersedekah. Ditegaskan Helmy bahwa pesan tersebut harus mengingatkan seluruh elemen bangsa tentang kepedulian sosial yang menjadi pilar penting dalam bermasyarakat.

Masyarakat yang baik itu harus dibangun di atas individu-individu yang memiliki kepekaan dan kepedulian sosial kepada sesama. Baik kepedulian dalam konteks seagama (ukhuwwah Islamiyah), kepeduliaan dalam konteks berbangsa (ukhuwwah wathaniyah), dan kepeduliaan kemanusiaan (ukhuwwah insaniyah),” terang Helmy.

Lalu pesan ketiga Nabi Muhammad ketika hijrah itu adalah jalinan silaturahim. Hal ini merupakan aspek terpenting dalam konteks berbangsa dan bernegara. Sebagai contoh, KH Abdul Wahab Chasbullah bersama Presiden Soekarno, pada 1948, pernah menggagas silaturahim nasional para tokoh bangsa dan elit politik yang kala itu saling bertikai.

“Silaturahim itu belakangan dinamakan dengan halal bihalal. Artinya, dalam forum silaturahim tersebut terdapat keberkahan yang sangat luar biasa yakni tercapainya rasa saling memaklumi, memaafkan, dan mengikhlaskan satu sama lain,: ucap Sekjen PBNU, kelahiran Cirebon, Jawa Barat, pada 49 tahun yang lalu itu.

Pesan keempat Nabi Muhammad adalah tentang menjalankan shalat malam. Dalam hal ini, kata Helmy, Nabi berpesan kepada umat Islam agar senantiasa berupaya menjadi pribadi yang bersemangat untuk memperbaiki dengan cara mengetuk pintu langit di malam hari. “Malam hari itu, terutama di sepertiga malam akhir, merupakan momen sangat tepat untuk mengoreksi diri serta bermuhasabah, merenungi kesalahan demi kesalahan yang telah kita lakukan untuk dimintakan maaf kepada Allah. Shalat malam memiliki kedudukan yang sangat penting bagai setiap hamba,” katanya.

“Jadi kami mengajak seluruh umat Islam untuk mengambil hikmah serta meneladani spirit dan nilai-nilai yang terkandung dalam peristiwa hijrah Rasulullah. Kita harus meneladani sikap, perbuatan, ucapan, dan akhlak Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari,” tambah Helmy.

Menag: Perkuat Spirit Hijrah dan Semangat Gotong Royong

Dalam momentum tahun baru Hijriyah, Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengajak umat untuk memperkuat spirit hijrah dan semangat gotong royong dalam menghadapi pandemi Covid-19.

“Selamat Tahun Baru 1 Muharram 1443 H. Mari perkuat spirit hijrah dan semangat gotong royong dalam menghadapi pandemi Covid-19. Semoga pandemi segera berakhir dan kita songsong masa depan yang lebih sehat dan maju,” pesan Menag di Jakarta, Senin (9/8/2021).

Menurut Menag, Tahun Baru Hijriah selalu mengingatkan umat Islam pada momen bersejarah hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Spirit hijrah salah satunya adalah kemampuan melakukan perpindahan, perubahan, dan adaptasi dalam merespons situasi dan kondisi.

Perpindahan bisa bermakna fisik, tapi juga bisa bermakna sikap. Misalnya, pindah dari satu tempat ke tempat lain, atau dari satu sikap ke sikap yang lain. “Pandemi memaksa kita melakukan penyesuaian dan perubahan menuju kenormalan baru. Salah satu spirit Hijrah dalam konteks pandemi adalah terapkan prokes dan disiplin 5M,” tegas Menag.

Di tengah pandemi, lanjut Menag, solidaritas dan gotong royong adalah kunci. Pemerintah sejak satu setengah tahun terakhir terus berupaya mengatasi kondisi ini. Tentu pemerintah tidak bisa bekerja sendiri, perlu kerja sama dari seluruh lapisan masyarakat. “Mari manfaatkan momentum tahun baru 1 Muharram 1443 H untuk perkuat spirit hijrah, serta saling bergotong royong dalam menghadapi pandemi,” tutur Menag.

“Di tengah pandemi, sambut tahun baru dengan kesederhaan dan penuh rasa syukur. Tetap terapkan prokes dan disiplin 5M+1D, yakni memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, mengurangi mobilitas dan doa. Semoga pandemi cepat berlalu,” tutupnya. [Muhammadiyah/NU Online/sindonews]

 

Editor: Ahmad Nurcholish

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *