Jakarta | Kabardamai.id | Menurut Direktur Eksekutif Indopol Survey Ratno Sulistiyanto, sebanyak 42,32 persen responden Gen Z dan milenial mengaku jarang menerima informasi politik, tidak pernah (24,8 persen), tidak tahu (10,83 persen).
Pemuda mengungkapkan ketidakpercayaan mereka terhadap politik dan politisi, karena merasa bahwa politik didominasi oleh korupsi, nepotisme, dan konflik kepentingan yang menjauhkan mereka proses politik.
Pada Jumat, (1/9) Kabardamai.id melakukan wawancara dengan Mahasiswa Ilmu Politik (Ilpol) Universitas Indonesia, Nurul Intan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut terkait perspektif pemuda terhadap dunia politik.
Bagaimana pemuda melihat partisipasi politik masa kini?
Anak muda itu bukan tidak tertarik dengan politik, tapi partai politiknya. Citra yang dibangun oleh aktor politik itulah yang bermasalah. Aktor politik menampilkan bagaimana politisi korupsi, minim respons, ideologi yang labil, tidak transparan, dan banyak tindakan lain yang mengarah kepada bentrokan kepentingan. Pada akhirnya, hal tersebut membuat pemuda tidak tertarik dengan politik. Namun, menurut gue pemuda itu bukan tidak tertarik, tapi mereka cenderung takut dan tidak percaya dengan segala hal yang berkaitan dengan politik.
Bagaimana kepuasan pemuda terhadap sistem politik Indonesia?
Tentu ketidakpuasan terhadap sistem politik bisa menjadi faktor pemuda menjadi apatis. Pasalnya, banyak kebijakan yang berbeda antara ekspektasi anak muda dengan realita yang terjadi. Lebih lanjut, saat ini keterlibatan pemuda masih sangat minim yang membuat pemuda semakin jauh dengan politik. Pemuda jarang dilirik oleh partai politik dan politisi, sebaliknya, partai politik cenderung tertarik menggaet orang tua.
Baca juga: Kepemimpinan Sekuler Seorang Tionghoa dalam Memimpin Islam dan Pluralistik (kabardamai.id)
Bagaimana pendidikan politik diimplementasikan di lingkunganmu?
Saya sebagai mahasiswa Ilpol tidak melihat bahwa pemuda saat ini cenderung apatis. Pemuda sebetulnya tertarik dengan politik, namun masih bingung untuk mengekspresikan ketertarikan tersebut. Pemuda belum tahu caranya untuk memulai berpartisipasi dalam dunia politik, karena ruang yang diberikan kepada pemuda itu terbatas. Partai politik baru mulai cari perhatian pemuda belakangan ini saat momen pemilu 2024, karena jumlah pemuda dalam pemilih tetap itu mendominasi.
Bagaimana tanggapanmu menghadapi tren sikap pemuda dalam partisipasi politik?
Partai politik perlu melibatkan pemuda untuk regenerasi, oleh karena itu seharusnya ada program yang dikhususkan untuk pemuda. Program itu bisa diawali dengan pendidikan politik atau magang untuk mendekatkan dan mengenalkan pemuda dalam dunia politik. Terdapat banyak ruang yang dapat dimanfaatkan oleh semua pihak untuk melibatkan anak muda lebih jauh.
Adakah gagasan progresif yang dapat kamu tawarkan?
Keterlibatan pemuda dalam dunia politik dapat membuka kesempatan untuk mengenal dinamika perpolitikan di Indonesia. Pemuda dapat melihat langsung aktivitas dan cara kerja aktor politik, sehingga nantinya pemuda bisa menganalisis hal-hal yang perlu diperbaiki dan mengerti proses pembuatan kebijakan secara teknokratis dan politis.
Reporter: Nurul Sayyidah Hapidoh