Praktik Toleransi: Desa Ciputri Terima Donasi dari Lintas Iman

Kabar Damai | Senin, 12 Desember 2022

Cianjur | kabardamai.id | Desa Ciputri, Kampung Seronggeng, Cianjur, secara terbuka menerima kelompok masyarakat lintas agama yang datang memberikan donasi dan bantuan dalam bentuk apapun.

Neuis sebagai penduduk asli Desa Ciputri bercerita, ia memberi pengertian kepada warga desa apabila akan datang bantuan dari lintas iman. Ia meyakini bantuan yang datang adalah bentuk ketulusan orang-orang yang ingin membantu dan turut berempati atas musibah yang dialaminya khususnya warga desa.

“Saya sampaikan, mereka yang berbeda agama dengan kita ingin membantu, dengan niat baik dan tulus, harusnya kita menyambut hal tersebut dengan baik”, tutur Neuis.

Hal ini dirasakan langsung oleh Tim Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) yang datang bersama Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (Jakatarub) saat mampir pada Minggu(11/10). Kedatangan kami disambut baik dan sangat hangat oleh warga desa, anak-anak dan para ibu yang sedang menunggu di tenda.

Menariknya, para warga terkesima dengan salah seorang teman kami, tampilannya bak artis yang biasa tampil di televisi, kata mereka.

Teh Neuis mengajak tim kami berkeliling desa untuk melihat dan menyapa warga yang masih berada di tenda pengungsian. Saat di jalan. Neuis cerita, ada yang berbisik padanya, “teteh itu(sambil menunjuk) artis bukan ya bu, apa dia saudaranya Roma Irama, coba tanyain bu”, tanya salah seorang warga dengan penasaran.

Betul saja, Harkirtan Kaur memang pemeluk Agama Sikh keturunan Punjabi yang besar di Indonesia. Keluarganya sudah empat generasi menetap di Indonesia.

Jika dilihat secara visual, Kirtan akan sangat berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya, apalagi orang Jawa dan Sunda yang sangat khas dengan tubuh mungil dan kulit sawo matang. Berbeda sekali dengan Kirtan yang berkulit putih dengan tampilan yang anggun dan tubuh semampai bak artis India.

Meski demikian, besar dan tumbuh di Indonesia membuat Kirtan sangat berjiwa pancasila dan memiliki rasa Nasionalisme yang besar. Perjalanan mengelilingi desa pun terasa ramai sekali, mungkin warga desa berfikir ada artis yang sedang menyambangi desa mereka. Jujur saja kami justru merasa lebih nyaman dan diterima baik oleh warga desa.

Mengatahui hal demikian, Neuis justru sangat berterima kasih kepad ICRP sudah memberikan kesempatan dirinya dan warga desa bertemu dengan Kirtan. Ia mengaku belum pernah mendengar Agama Sikh, “apalagi bertemu orangnya secara langsung”, katanya.

Harkirtan Kaur Pemuda Agama Sikh Menyalurkan Bantuan Al-Qur'an dan Sembako kepada Korban Bencana Gempa Cianjur - Foto Oleh Ai Siti Rahayu
Harkirtan Kaur Pemuda Agama Sikh Menyalurkan Bantuan Al-Qur’an dan Sembako kepada Korban Bencana Gempa Cianjur – Foto Oleh Ai SIti Rahayu

Neuis adalah sosok yang sangat sederhana, ia berprofesi sebagai guru SD Citamiyan yang memang berada di Desa Ciputri. Katanya tidak banyak dari warga desa yang memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan, kebanyakan warga yang sudah sepuh masih buta huruf.

Tepat berada di bawah kaki Gunung Gede Pangrango, mayoritas warga desa masih berprofesi sebagai petani. Sebagai desa kecil di bawah kaki gunung, tentu saja warga desa masih memiliki tali kerabat satu sama lain.

Seperti Arfin, dia penduduk asli Desa Ciputri, ia menyebutkan sebagian besar warga desa masih memiliki hubungan kerabat dengan dirinya. Memang sepertinya keluarga Arfin lah yang menjadi penggerak di desa. Rupanya, Neuis ketua posko utama Desa Ciputri merupakan bibi kandung dari Arfin. Pun dengan banyaknya donasi dan volunter yang datang dari lintas iman, mengenal Desa Ciputri melalui Arfin.

Sebelum ICRP, sudah banyak sekali kelompok agama yang hadir mengantarkan donasi dan menjadi volunter di desa.

Baca juga: ICRP Peduli dan Jaringan Lintas Iman Salurkan Bantuan Al-Quran dan Sembako untuk Korban Bencana Gempa Cianjur

“Sepertinya hampir semua kelompok agama dalam waktu 3 minggu belakang sudah singgah ke desa kami”, kata Neuis. Buddha Suci, Bagong Mogok, Persekutan Gereja Indonesia)PGI) dan Gereja Kristen Indonesia(GKI), sudah lebih dulu memberikan donasi.

Neuis sangat mengerti kondisi warga desa, ia tidak menyembunyikan fakta bahwa bantuan yang diterimanya berasal dari kelompok lintas iman. Walaupun ramai sekali berita soal penolakan bantuan lintas iman yang terjadi di beberapa posko lokasi gempa, Neuis meyakinkan warganya agar terbuka dengan perbedaan.

Penyaluran donasi ICRP di Desa Ciputri

Katanya, saat-saat musibah seperti inilah setiap orang baik akan berbuat kebajikan, tidak peduli beragama apa, jika dia manusia dia pasti akan membantu sesama. Menariknya, Neuis sempat menyinggung soal pertanyaan yan diajukannya kepada warga desa.

“Bagaimana jika kita ingin membantu saudara yang terkena musibah, namun kita ditolak karena agama yang kita anut, sedang mereka saat itu membutuhkan bantuan kita”, kata Neuis.

Arfin sebagai inisiator dan perpanjang tangan donatur kepada penerima manfaat menjelaskan bahwa tujuan utamanya adalah melahirkan satu sudut pandang baru dan pengalaman nyata dengan memfasilitasi ruang perjumpaan warga kampungnya dengan berbagai orang dari lintas iman.

Katanya, desa pelosok ini sangat tidak terjangkau dengan ragam perbedaan, bukannya tertutup namun warga desa hanya tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan warga lain yang berbeda dengan mereka.

“Ini kesempatan baik untuk mengenalkan perbedaan kepada warga, kesan baik yang dibawa teman lintas iman akan membangun satu paradigma baru dalam masyarakat”, kata Arfin.

Strategi yang dipakai Neuis dan Arfin sangat memungkinkan jika dilakukan di masyarakat lain. Kemanusiaan menjadi titik temu kita untuk saling mengenal dan memberi.

Seperti kata Gusdur, memperoleh perdamaian dibutuhkan keadilan, namun keadilan saja tidak cukup, perlu kerjasama antar umat beragama agar menciptakan situasi yang harmoni dalam perdamaian.

 

Penulis: Amatul Noor

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *