Cerita Hendra, Pemuda Kalbar dalam Temu Pemuda Lintas

Kabar Damai I Selasa, 18 Januari 2022

Pontianak I Kabardamai.id I Tingginya kasus intoleransi dan diskrimnasi yang terjadi di Indonesia khususnya Kalimantan Barat menjadi peristiwa kelam yang harus dicari jalan keluarnya. Hal ini karena konflik yang pernah terjadi memberikan  dampak buruk yang besar bagi masyarakat yang ada terutama kelompok yang dipersekusi.

Masih jelas dalam ingatan, konflik suku dan etnis yang terjadi dibeberapa kabupaten di Kalbar tidak hanya menyebabkan hilangnya harta benda namun juga melayangnya nyawa. Lebih mirisnya lagi, dari banyaknya konflik ini nyaris tidak ada upaya penyelesaian konflik dan atau trauma healing bagi korban.

Sejarah konflik yang panjang belum berhenti hingga saat ini. Peristiwa lalu yang telah terjadi tidak hanya berkutat pada golongan tua saja melainkan juga terwarisi kepada anak-anak muda. Prasangka dan stigma menjadi hal yang dikhawatirkan dapat menjadi alasan terjadinya konflik dan diskriminasi serta intoleransi baru nantinya.

Sadap Indonesia sebagai komunitas anak muda yang berfokus pada isu dan kampanye toleransi dan keberagaman gencar mengedukasi generasi muda agar dapat saling hidup berdampingan dan menerima satu sama lain.

Baca Juga: Pemuda Sebagai Aktor Mengkampanyekan Perdamaian Di Tengah Kebhinekaan

Sejak tahun 2017, komunitas ini selalu melakukan edukasi dan kampanye keberagaman dengan berbagai cara dan upaya. Upaya-upaya tersebut seperti melalui diskusi, nonton bareng, bedah buku, kunjungan rumah ibadah hingga yang paling besar ialah Tepelima atau Temu Pemuda Lintas Iman.

Tepelima sudah dilaksanakan sejak tahun 2018, menjadi wadah perjumpaan anak muda dari berbagai latar belakang baik suku, agama, ras dan golongan. Rutin dilaksanakan setiap tahunnya sejak kini dan bekerjasama dengan organisasi-organisasi perdamaian lainnya.

Hendra adalah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang lolos dalam Tepelima angkatan ketiga. Sebagai peserta termuda, ia menyatakan baru pertama kali mengikuti kegiatan serupa.

“Belum pernah sebelumnya ikut kegiatan seperti ini, taunya dari abang yang juga alumni pada angkatan sebelumnya. Karena lihat baik dan seru jadi memutuskan untuk mendaftar juga dan lulus,”.

Lebih jauh, ia juga menceritakan tentang penerimaan dalam peserta Tepelima. Ia juga yang merupakan keturunan dari Timur menceritakan bahwa sebelumnya pernah mengalami bullying namun tidak ia dapatkan dalam keluarga baru pada kegiatan Tepelima ini.

Terakhir, ia berharap Tepelima terus ada dan semakin rutin dilaksanakan. Selain itu, ia berharap agar jangkauan dari pelaksanaannya dapat lebih diperluas mengingat potensi konflik di Kalbar juga besar terjadi di kabupaten dan kota lainnya.

Penulis: Rio Pratama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *