Konsistensi Kebiasaan dalam Proses Pembentukan Identitas

Kabar Persma190 Views

Kabar Damai I Senin, 03 Januari 2022

Jakarta I kabardamai.id I Mempunyai perilaku yang baik merupakan cerminan dari kebiasaan kita sehari-hari. Bila sebelumnya memiliki kebiasaan buruk, bukan berarti tidak bisa diubah. Banyak cara yang bisa dilakukan dalam pembentukan kebiasaan baru. Merubah kebiasaan jangan hanya terpaku pada tujuan yang ingin didapat. Tapi juga harus diiringi dengan pemahaman dalam diri kita secara aktif, bagaimana membentuk kebiasaan baru tersebut agar bertahan lama.

Nah, sebelum membahas lebih lanjut kita pahami dulu yuk apa itu habit dan bagaimana dampaknya dalam kehidupan kita.

Kebiasaan atau habit adalah sesuatu yang kita lakukan secara otomatis karena telah melalui proses pengulangan yang terus-menerus. Kebiasaan ini bisa bersifat baik atau buruk, tergantung diri kita sendiri. Makanya, habit yang dimiliki tiap orang itu berbeda-beda.

Misalnya, kalian terbiasa berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Karena sudah menjadi kebiasaan percakapan keseharian kalian pun akan menggunakan bahasa Indonesia secara otomatis. Begitu pula dengan yang terbiasa menggunakan Bahasa Sunda, pasti ketika berbicara otomatis yang keluar dari mulutnya ialah Bahasa Sunda.

Bisa dibayangkan, bagaimana habit bisa sangat berpengaruh dalam kehidupan kita. Dengan memiliki kebiasaan yang baik kita bisa mendapatkan kesan serta penilaian yang baik pula dari orang lain. Selanjutnya, aktivitas yang kita jalani akan terasa lancar, bermanfaat, dan terstruktur. Lalu, bisa berdampak baik pada fisik dan mental kita. Jangan salah! kebiasaan yang baik akan membuat fisik dan pikiran kita lebih positif.

Sekarang bagaimana dampaknya kalau kita memiliki kebiasaan buruk? Tidak jauh berbeda dengan kebiasan baik, namun ini sebaliknya. Kita akan mendapat penilaian buruk dari orang sekitar yang disebabkan kebiasaan buruk yang sering kita lakukan.

Contohnya malas, otomatis setiap aktivitas yang kita lakukan akan terhambat dan terganggu. Dengan banyaknya hal negatif yang kita lakukan, itu akan berpengaruh pada diri kita sendiri. Contoh lainnya misal kebiasaan begadang, hal ini bisa memicu suasana hati yang buruk yang nantinya berbuntut pada aktivitas lainnya. Lantas, bagaimana sih cara membentuk kebiasaan yang baik?

Perlu Konsistensi dalam Proses Pembentukan Habit

Dalam membentuk kebiasaan, kita pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Saat tujuan kita jelas, diri kita akan termotivasi untuk melakukan berbagai macam aktivitas yang menunjang terwujudnya tujuan tersebut. Jangan langsung berusaha melakukan sesuatu yang besar. Tentu pembentukan kebiasaan ini memerlukan proses. Maka mulailah dengan hal-hal kecil, asal kita mampu melakukannya.

Karena kita ingin membuat habit, tidak bisa hanya dilakukan sekali saja. Perlu pengulangan dalam pembentukan habit, tentunya agar kita makin terlatih sampai menjadi kebiasaan baru yang diinginkan.

Pastinya di tengah-tengah perjalanan, kita akan menemukan kegagalan, seperti munculnya keraguan dan kemalasan yang menghambat perjalanan menuju tujuan kita. Maka tidak usah terburu-buru. Nikmati setiap proses yang kita lakukan, karena tidak ada yang instan. Serta, diperlukan konsistensi dalam menjalankannya.

Identity Based Habit

Bukan hanya bisa mencapai tujuan yang diinginkan, kebiasaan yang kita lakukan bisa menjadi cerminan dari identitas diri yang kita yakini. Inilah yang dimaksud dengan konsep Identitiy based habit. Contohnya, jika kita meyakini diri sendiri sebagai seorang yang religius, kemungkinan besar kita menjadi rajin ibadah. Semakin kita rajin ibadah, semakin besar juga keyakinan kita terhadap diri sendiri bahwa kita orang yang religius. Dengan begitu, kita bisa dengan mudah untuk terus melakukan aktivitas ibadah  menjadi kebiasaan yang nantinya otomatis dilakukan.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dalam membentuk kebiasaan kita berfokus pada tujuan yang ingin dicapai. Karena umunya pendekatan membangun kebiasaan ini berfokus pada dua hal, outcome atau hasil yang ingin dicapai. Juga, process atau cara mencapai tujuannya. Biasanya, dua pendekatan ini tidak bertahan lama. Banyak orang yang berhenti  melakukan kebiasaannya ketika telah mendapat tujuan yang ia mau. Dengan begitu, adanya identity based habit, lebih berfokus pada diri kita sendiri. Identitas diri ini, Kita ingin menjadi orang seperti apa?

Dengan berfokus pada hal tersebut, kebiasaan yang kita bangun cenderung akan bertahan lama. Lalu, bagaimana cara kita menerapkan identity based habit ini?

Caranya tidak jauh beda dengan yang sudah dijelaskan diatas. Pertama, kita tentukan ingin menjadi orang yang seperti apa. Misalnya, kita ingin menjadi seorang penulis. Kedua, lakukan small wins atau kebiasaan yang mudah kita lakukan, agar semakin percaya diri dengan bayangan kita ingin menjadi ‘orang’ seperti apa. Karena ingin menjadi penulis, maka biasakan diri dengan menulis. Dengan terbiasa melakukannya, kamu akan semakin yakin bisa menjadi yang kamu inginkan.

Adinda Nuurlatifah, Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *