Kabar Damai I Rabu, 15 Desember 2021
Salatiga I Kabardamai.id I Hidup dengan aman dan damai serta terjauh dari konflik adalah dambaan semua orang didunia. Untuk mencapainya, tentu diperlukan daya dan upaya serta komitmen serta konsistensi didalamnya.
Upaya-upaya tersebut terus dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat di Salatiga. Hal ini semakin terbukti seiring dengan dijadikannya Salatiga sebagai kota tertoleran di Indonesia. Menjadi kota yang penuh akan hal-hal beragam adalah sebuah anugerah dari Tuhan yang tidak dapat disangkal lagi hari ini.
“Kota Salatiga ditakdirkan oleh Tuhan sebagai kota yang multiklutural dan kota kecil yang cukup beragama. Ciri Horizontal adalah adanya keberagaman suku, agama, dan tradisi, sedangkan ciri veritkal adalah adanya perbedaan ekonomi dan pandangan politik, sehingga memberikan ciri khusus di Kota Salatiga,”.
“Pada umumnya, pemeluk agama yang ada di Salatiga cukup beragam dan juga aliran kepercayaan, semuannya menyatu menjadi msayarakat Salatiga. Walau masjid menjadi dominan dalam pembangunannnya, namun tidak pernah terjadi gesekan atau bisa dibilang non demonstrasi,” jelas Kementerian Agama Kota Salatiga.
Baca Juga: Studi Banding Virtual, Pemkot Salatiga Bagi Tips Merawat Toleransi Kepada Pemkot Pontianak
Lebih jauh, dalam rangka menciptakan kota yang semakin toleran Salatiga juga memiliki rumah moderasi, yaitu rumah bersama yang menjadi tempat berkumpul dan penyelesaian jika terjadi sebuah konflik antaragama.
Kebijakan Kementrian Agama menguatkan peran agama dalam menciptakan perdamaian. Pada umumnya, Kota Salatiga masih kental dengan unsur kebudayaan, jadi perlu peran agama dalam memberikan keseimbangan namun tidak bertubrukan dengan nilai-nilai budaya.
Di Salatiga, agama juga diupayakan dalam peningkatan ekonomi dan melaksanakan penyuluhan agama dengan konteks budaya lokal. Sebelum melakukan penyuluhan, biasanya penyuluh harus mengenali kulutur budaya lokal, dan setelah itu baru memberikan penyuluhan sesuai dengan kebudayaan popular di suatu tempat, seperti penggunaan pakaian ataupun yang lainnya. Adapun metode pendekatan yang biasa dilakukan penyuluh, antara lain:
- Pendekaatan budaya
- Pendekatan sejarah
- Pendekatan sosial
- Pendekatan IPTEK
- Pendekatan IMTAQ
- Pendekatan Pendidikan.
Di kota lain, penyuluh biasanya melakukan aktivitas sesuai dengan agamanya masing-masing, namun di Salatiga dilakukan secara periodik atau biasanya dibingkai dalam dialog antariman untuk merajut kerukunan dan harmoni dalam keberagaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan di Rumah Moderasi, sebagai bentuk wujud nyata pemerintah dan Kementerian Agama dalan merawat keberagaman. Hal yang menarik lainnya adalah dalam kegiatan bersama FKUB kami tidak menyantumkan logo Kemenag atau Pemkot, kami hanya membiarkan logo FKUB berdiri sendiri, tujuannya tidak menonjolkan pemerintah daerah namun memberikan ruang FKUB untuk menunjukkan perannya dalam merawat kerukunan.
Ada juga hal yang bisa dipelajar dalam terbentuknya suasana toleransi di Kota Salatiga, yaitu:
- Saling menerima perbedaan dan keberadaan agaman lain.
- Saling mengetahui kebutuhan agama lain
- Saling percaya dan tidak curiga
- Kemauan tumbuh dan berkembang bersama
- Mampu rela berkorban
- Tokoh agama sebagai role modeldi Salatiga.
Penulis: Rio Pratama