Tommy Wong: 5 Poin Penting untuk Menjadi Pemimpin Masa Depan

Kabar Utama18 Views

Kabar Damai I Sabtu, 18 Desember 2021

Jakarta I kabardamai.id I Realita akan problematika terkait dengan regenerasi dan kaderisasi bukan hanya terjadi di level organisasi kampus saja, namun juga terjadi di organisasi-organisasi lainnya. Untuk itu lah Sekolah Kepemimpinan Pemuda Lintas Agama (SKPLA) yang diselenggarakan oleh Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP)  hadir, dengan didukung oleh Ford Foundation dan Kementerian Dalam Negeri. SKPLA bertujuan sebagai wadah untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru yang dibutuhkan oleh Indonesia di masa depan.

Memasuki Pertemuan ketiga, SKPLA menghadirkan Tommy Wong, atau Ko Tommy sapaan akrabnya, yang hadir menjadi teman belajar. Ko Tommy adalah seorang pengusaha, serta CEO Fictorindo Group dan Ketua Billionaire Mindset.

Tommy memulai penyampaiannya dengan mengajak peserta melihat bahwa manusia saat ini memiliki ketakutan untuk ketinggalan sesuatu, fear of missiong out (FOMO). Padahal, dunia yang berputar dengan sangat cepat tidak seharusnya menjadi masalah jika manusia memegang 5 poin penting, Kelima poin penting inilah  yang akan dibagikannya.

Hubungan dengan Tuhan

Poin pertama adalah memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Dengan memperbaiki hubungan dengan Tuhan, juga berarti memperbaiki hubungan dengan orang tua, meskipun hubungan dengan orang tua mungkin tidak harmonis.

“Cacian dan makian dari orang tua hendaknya dijadikan sebagai cambuk untuk meraih kesuksesan sementara dukungan dari orang tua hendaknya menjadi penyemangat dan diturunkan lagi kepada anak-anak di masa depan. Memperbaiki hubungan dengan Tuhan bisa juga ditunjukkan dengan mensyukuri apa yang sudah kita miliki,” terang Tommy, dalam kelas kedua SKPLA bertajuk Karakter Pemimpin Masa Depan, Jumat (10/12/2021).

Merepresentasikan Diri dengan Baik

Poin kedua adalah kemampuan untuk menceritakan dan merepresentasikan diri dengan baik. Untuk itu, diperlukan kemampuan public speaking yang baik. Ini karena dunia tidak kenal siapa diri kita sampai kita berani menceritakan siapa diri kita sebenarnya.

Representasi diri yang baik juga perlu memperhatikan bagaimana nilai, karakter dan integritas personal yang baik. Karakter yang baik tersebut akan menumbuhkan rasa empati yang dengannya seseorang mampu untuk melihat dan melakukan sesuatu dengan dasar untuk belajar atau menolong, bukan karena ada uangnya.

Kemampuan untuk menceritakan dan merepresentasikan diri yang baik juga mampu membuat seseorang membuat penawaran yang tidak dapat orang lain tolak. Kedua poin tadi tercermin dari kisah hidup Ko Tommy sendiri.

“Dulu saya merantau dari Lampung ke Jakarta dengan mimpi menjadi bos. Tapi, yang terjadi adalah saya menjadi kuli panggul,” ceritanya.

Baca Juga: Pembukaan Sekolah Kepemimpinan Pemuda Lintas Agama (SKPLA) Angkatan 1

Ayah Ko Tommy meninggal saat usianya 7 tahun. Ia hidup bersama ibu dan adiknya. Saat itu, ia kesulitan untuk membayar biaya sekolah adiknya dan ibunya juga sempat menerima amarah dari bosnya. Ko Tommy menyaksikan bagaimana ibunya dihina karena statusnya yang masih janda namun tidak bisa berbuat apa-apa karena posisinya yang hanya seorang kuli panggul.

Namun, ia melihat di toko sebelah terdapat toko yang menjual ponsel dan sangat ramai sehingga pekerjanya kewalahan. Ia pun memberanikan diri melamar ke toko tersebut. Namun, ia ditolak. Ko Tommy pun menceritakan kisahnya dan menawarkan dirinya untuk bekerja 2 kali lipat lebih keras dari pegawai lainnya dan rela dibayar setengah dari upah pegawai lainnya, Pemilik toko kemudian menerimanya dan setahun kemudian ia menjabat sebagai General Manager di toko tersebut.

Saat itu kerusuhan 1998 terjadi. Toko tempatnya bekerja bangkrut karena dijarah oleh massa. Ia kehilangan pekerjaannya dan kembali menganggur selama 1 tahun, meskipun sudah mencoba melamar pekerjaan kemana-mana. Dengan sisa uangnya yang terakhir, ia pun kemudian membuka pameran di mall dengan menjual boneka, bahkan korek api. Meskipun, impiannya adalah menjadi pemilik toko hand phone.

Mencintai dan Percaya Diri

“Ini membawa kepada poin ketiga, yaitu mencintai dan percaya pada diri sendiri untuk dapat mengejar mimpi. Banyak orang yang tidak percaya bahkan meremehkan mimpi saya untuk membuka bisnis hand phone sendiri. Saya tidak menyerah,” ungkap Tommy.

Setiap malam ia menggunting model-model hand phone yang ada di katalog dan menempelkannya di gabus untuk kemudian dipajang di toko miliknya di mall. Ia tidak mampu memajang hand phone siap jual sendiri karena keterbatasan modal. Hanya bisa memajang gambarnya saja, pelanggan yang mau membeli perlu untuk membayarkan uang muka padanya baru kemudian ia akan mengambil hand phone ke toko lain. Ini adalah ide gila.

“Mana ada orang yang mau beli begitu, orang kan maunya megang langsung hand phone-nya ya,” ceritanya.

Kegigihan dan kesiapannya untuk sukses membuka kesempatan bagi dirinya ketika suatu hari lewat lah bos dari merk hand phone asal Korea yang pada saat itu produknya tidak terlalu dikenal di Indonesia. Bos tersebut memberikannya 5 buah hand phone yang harus dijual oleh Ko Tommy dalam waktu 3 hari. Ini adalah momen yang sangat bersejarah dalam hidupnya.

Orang-orang yang sukses menurutnya adalah orang yang siap ketika kesempatan datang menyapa. “Keberuntungan dan hoki itu sebenarnya adalah saat ada kesempatan datang dalam hidupmu, kamu siap,” jelasnya.

Tommy siap untuk menjual hand phone tersebut, meskipun ia belum tahu dengan cara apa ia menjual hand phone yang merk-nya saja tidak dikenal orang di Indonesia saat itu. Pada hari Jumat, tidak satu pun hand phone yang dapat ia jual, begitu juga pada hari Sabtu.

Maka, pada hari Minggu, saat selesai khotbah, ia menjajakan hand phone-nya pada jemaat. Tidak ada satu orang pun yang menjajakan hand phone pada saat itu, kebanyakan hanya menjajakan makanan.

Pikirannya adalah, “orang habis mengikuti khotbah, semoga hatinya terbuka untuk berbagi rezeki ke saya.” Kelima hand phone tersebut terjual dan Ko Tommy pergi ke kantor pemasaran merk hand phone tersebut. Selanjutnya, selama 15 tahun tokonya menjadi tempat penjualan pertama merk tersebut dan meraih banyak penghargaan dari berbagai belahan dunia.

Sebelum melanjutkan ke poin keempat dan kelima, Ko Tommy pun memberikan kesempatan pada para peserta yang ingin berbagi kesulitan yang mereka hadapi.  Ali Fikri penasaran apakah untuk menjadi orang yang sukses harus merasakan keterpurukan sedemikian hebatnya?

Ko Tommy menanggapi, “justru jangan sampai terpuruk terlebih dahulu baru menyadari.” Peserta SKPLA beruntung karena bisa belajar dari cerita keterpurukan orang lain sehingga tidak perlu harus merasakannya dan bisa menghindari situasi keterpurukan tersebut.

Penting untuk belajar proses bangkit dari keterpurukan tersebut dari orang lain, jangan hanya belajar atau melihat kesuksesan apa saja yang sudah diraih seseorang. Karena jika hanya melihat harta atau kesuksesan seseorang saja bisa jadi itu adalah hal yang semu.

Networking, Menjalin Pertemanan

Junior Franata Ananda Tarigan penasaran dan bertanya bagaimana Tommy bisa tetap percaya diri dalam meraih mimpi meskipun berada di tengah lingkungan yang tidak mendukung? Menanggapi pertanyaan ini Tommy menjawab, “kalau orang tuamu, keluargamu dan lingkunganmu tidak percaya? Lantas siapa lagi yang bisa percaya pada dirimu selain kamu dan Tuhanmu?” Menumbuhkan rasa percaya diri ketika semua seperti tidak percaya memang tidak mudah.

Ia berkali-kali menangis dan berbicara pada dirinya sendiri di depan cermin untuk menguatkan dirinya. Ia selalu ingat bahwa ketika tidak ada dinding untuk bersandar, masih ada lantai untuk bersujud. Bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya dan berdoa serta berusaha untuk meraih apa yang menjadi mimpinya adalah kunci.

Pertanyaan Junior juga membawanya kepada poin keempat yaitu networking atau menjalin pertemanan dengan banyak pihak. Karena rezeki bisa datang melalui teman. Mottonya yang terkenal ajak temanmu makan, jangan makan teman juga terinspirasi dari pengalaman nyatanya dimana pada tahun 2017 ia pernah dikhianati temannya.

Pengkhianatan tersebut membuatnya jatuh bangkrut dan terlilit hutang hingga 30 miliar. Namun, ia tidak pernah merepresentasikan dirinya sebagai orang yang kesulitan secara ekonomi. Melalui jaringan pertemanannya, ia kemudian bisa bangkit perlahan. Selama kita merepresentasikan diri dengan baik, berbuat baik pada orang lain, maka orang lain juga akan tertarik pada kita.

“People will always remember how you make them feel,” jelasnya.

Pengalaman dimana saat ia pertama kali merantau ke Jakarta untuk mencari penghidupan yang lebih baik, ia bekerja sebaga cleaning service dan tidur dari satu masjid ke masjid yang lain. Namun, karena relasi pertemanan yang dijalinnya, ia kemudian ditawarkan untuk tinggal di salah satu rumah temannya selama 7 bulan. Kemudian, ia juga mendapatkan tawaran pekerjaan yang lebih baik, yaitu menjadi office boy sehingga ia akhirnya bisa berada di posisinya saat ini.

Syukur adalah Kunci

Harkirtan Kaur bertanya mengenai mindset seperti apa yang dimiliki oleh Ko Tommy sehingga bisa selalu menjalin relasi dengan Tuhan dan tidak menyalahkan Tuhan ketika kondisi sedang sulit. Ko Tommy berbagi bahwa, syukur adalah kuncinya. Mensyukuri apa yang sudah diberikan Tuhan akan membuat Tuhan memberikan banyak rezeki lainnya. Ini tertulis dalam kitab suci, barangsiapa yang bisa dipercaya untuk mengelola hal-hal kecil maka bisa dipercaya untuk hal-hal besar.

Prinsip yang dimiliki oleh Tommy dalam perjalanannya meraih kesuksesan sekaligus pesan yang ingin ia bagikan kepada semua peserta adalah agar berprasangka baik pada Tuhan. Prasangka baik akan mendatangkan hal-hal yang baik juga.

 

Editor: Ai Siti Rahayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *