Toleransi Tonggak Persatuan

Kabar Utama3929 Views

Oleh: Faqih Arkan Saukani

Indonesia merupakan negara multikultural dengan berbagai keragaman antara lain suku, ras, bahasa dan juga agama. Keberagaman ini merupakan asset bangsa Indonesia yang harus dijaga dan rawat bersama.

Keberagaman dalam beragama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Sehingga setiap umat beragama mempunyai kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain tanpa membeda-bedakan.

Semboyan Bhineka Tunggal Ika memiliki makna sesuai dengan keberagaman Indonesia yang tidak hanya bersuku-suku, ber ras-ras, dan berbudaya tetapi kita punya makna yang jauh lebih luas bahwa kita memang ditakdirkan sebagai pribadi yang berbeda satu sama lain namun tetap satu tujuan. Hal inilah sebagai modal yang besar untuk kita maju bersama membangun bangsa Indonesia.

Contoh toleransi beragama seperti sikap menghormati pelaksanaan ibadah yang dianut pemeluk agama lain. Contoh toleransi terhadap agama lain adalah menjadi dasar untuk hidup saling berdampingan dalam kehidupan berbangsa. Nilai ini harus diamalkan untuk hidup bernegara. Nilai toleransi dan saling menghargai satu sama lain telah menjadi nilai moral yang sudah tertanam di Indonesia.

Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara dengan berbagai macam adat, budaya, dan juga agama. Pemerintah Indonesia mengakui enam agama. Agama tersebut ialah Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Perbedaan inilah yang membuat Indonesia kaya akan budayanya dan tertanamnya karakter bangsa Indonesia untuk saling menghormati.

Negara Indonesia juga memberikan kebebasan bagi warganya untuk memeluk dan mengamalkan ajaran masing-masing agamanya. Seperti yang tertulis pada UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29 ayat (2) yang berbunyi: ”Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Dari sini kita bisa melihat, bahwa Indonesia memberikan kebebasan penuh bagi warganya untuk memilih agamanya masing-masing, maka sudah seharusnya tingkat toleransi kita sebagai warga negara harus tinggi agar bisa menyesuaikan hak bebas tersebut.

Baca Juga: Gawai Naik Dango di Singkawang, Toleransi dalam Balutan Pesta Budaya

Beberapa cara dalam rangka mendapai tujuan diatas dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dengan saling berkunjung misalnya. Selain masyarakatnya yang harus sama-sama belajar untuk menghargai dan menghormati ajaran agama lain, para pemuka agama juga harus bisa melakukan hal tersebut. “Antar pemimpin agama juga harus saling berkunjung,” ujar motivator yang bukunya pertamanya “Financial Revolution” tersebut mendapatkan rekor MURI.

Selanjutnya adalah dengan saling bertukar hal positif. Tentunya, dalam sebuah pertemuan antar agama yang dibicarakan adalah hal-hal yang sifatnya positif. “Sebagai praktisi sehari-hari, komunikasi antar agama bukan yang salah-salah tapi (bicarakan) hal yang positif. Kenapa tidak?.

Selanjutnya dengan pertemuan dan saling belajar. Hal ini agar masyarakat lebih mengenal sejarah perjuangan para pendiri bangsa untuk mempertahankan negara dan keberagamannya. Masyarakat bisa belajar dari tempat-tempat seperti Monumen Pancasila Sakti dan juga Monumen Nasional.

Penulis: Faqih Arkan Saukani, Milenial di Pontianak

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *