Kabar Damai | Senin, 28 Februari 2022
Jayapura | kabardamai.id | Maryam Deda (Pengajar STT Baptis Papua): “Saya bersyukur dengan modul dan materi MPI yang dipikir dengan cerdas dan itu menjawab kebutuhan kami di Papua. Pelatihan ini menolong kami sebagai peserta untuk lebih tajam dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang ada, mencari akar persoalan hingga bertindak memberikan kontribusi nyata dalam lingkup pengaruh kami”
Materi dan refleksi Alkitab dalam Pelatihan MPI berbicara tentang bagaimana saya harus bersikap, menciptakan situasi dan suasana harmoni di tengah kemajemukan, baik dalam kehidupan bertetangga, maupun dalam tugas dan pelayanan sebagai pengajar di STT. Materi ini mempertajam saya untuk menjadi pendidik yang “high impact” (berdampak luas) bagi para mahasiswa.
“Saya berharap, Pelatihan MPI yang mengubah pola pikir, sikap dan tutur kata ini dapat berdampak di tengah situasi Papua yang rumit dan penuh persoalan. Dimulai dari kita yang mengalami pembaharuan dalam Kristus dan menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah itu di semua dimensi kehidupan”.
Baca Juga: Mempraktekkan Hidup yang Berguna bagi Sesama Melalui MPI (Membangun Paradigma Inklusif)
HPI ke-167 menjadi catatan bagi gereja untuk tidak memikirkan diri sendiri, melainkan berkolaborasi dalam proses menciptakan Papua yang lebih baik ke depan. Api injil tetap menyala dari Tanah Papua, dimulai dari Orang Papua mengalami transformasi, lalu hidup dalam harmoni dan kemajemukan yang ada di dalam Bangsa ini. Semuanya itu bertujuan untuk menjadikan suasana yang lebih baik dan memberkati orang lain di berbagai tempat.
Pdt. Dr. Robert Marini M.Th. (Ketua Sinode Gereja Pentakosta di Papua): “Kegiatan sejak HPI hingga Workshop ini sangat baik dan berguna. Saya bersyukur bisa berdampingan dengan teman-teman dari denominasi lain dan para tutor dari Jakarta. Ini sesuatu yang luar biasa, membuka paradigma serta kapasitas baru dalam pergerakan oikumene demi pembaharuan gereja.”
Rangkaian peringatan HPI ke-167 seperti sebuah “revival” (kebangkitan baru) karena wacana-wacana yang sudah direncanakan sejak 20 tahun lalu, seperti pendirian PCC (Papua Christian Center) kini bisa ditindaklanjuti dan diaktualisasikan bersama PGGP.
Kami optimis bahwa ini akan menjadi suatu momen kebangkitan baru di tengah gejolak pandemik global, serta kondisi Indonesia yang multi suku, budaya dan agama. Terlebih lagi, Pemerintah bersinergi dengan PGGP dan Gereja.
“Ini sesuatu yang belum pernah kita lihat, dan Ketua DPR Papua sendiri yang menjadi Ketua Panitia HPI”. Kesempatan ini dinilai sebagai waktu / kesempatan dari Tuhan yang harus dimanfaatkan oleh gereja-gereja di Papua demi keberlangsungan generasi mendatang.
“Kebangkitan gereja ini bukan sesuatu yang kecil, namun dengan adanya rekomendasi / keputusan HPI melalui konferensi yang juga diperdalam melalui Lokakarya MPI ada suatu kekuatan baru yang luar biasa. Kami sangat berterima kasih pada para fasilitator yang sangat akrab seperti keluarga dan setia mendampingi dalam Lokakarya MPI sehingga para peserta dapat mengeksplor sejauh mana masalah-masalah di Papua dapat diselesaikan.
Harapan saya, PGGP dapat terus membuat kegiatan-kegiatan seperti ini setiap tahun sehingga dapat lebih mempertajam para hamba Tuhan dalam proses pengambilan keputusan yang adil dan cermat.”
Pdt. Dr. Alfius Aninam (Wakil Ketua II STAKPN Sentani): “Saya bersyukur untuk kegiatan Lokakarya MPI yang luar biasa dan telah berkontribusi besar kepada kami sebagai pimpinan-pimpinan perguruan tinggi dan gereja di Tanah Papua.
Ini menjadi masukan berharga bagi kami. Kadang kita cenderung memikirkan program besar, namun hasilnya tidak maksimal. Melalui pelatihan ini, diperkenalkan cara dan metode dalam mencari solusi dan aplikasi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Terima kasih untuk penyelenggara dan para fasilitator MPI yang luar biasa maksimal memberikan bekal pemikiran inklusif sehingga para peserta mampu menjembatani dan menghadirkan kerajaan Allah bagi semua masyarakat di Papua dari berbagai latar belakang suku, agama, ras, dsb.”
“Harapan kami, kegiatan ini terus dilaksanakan agar semakin banyak orang yang ditolong untuk berpikir secara komprehensif dan lebih metodis sehingga mampu menangani persoalan-persoalan di Papua”.
Pdt. Reinhard Jefri Berhitu (Ketua Klasis Gereja Kemah Injil Indonesia / GKII Kota Jayapura): Workshop ini sangat menolong para pimpinan gereja untuk membuka simpul-simpul yang terikat selama ini dan mulai membangun kolaborasi-kolaborasi penting dalam hal membangun komunitas bersama, secara khusus pada Hari Pekabaran Injil di Papua.
Ada banyak program dan rekomendasi yang telah diputuskan bersama di bidang ekonomi, pendidikan, serta sosial-kemasyarakatan. Dari kegiatan ini, kami dipandu dan ditolong oleh para fasilitator untuk membuat program yang mendetail serta bisa dilaksanakan oleh gereja bersama pihak-pihak terkait lainnya. Inilah yang disebut sebagai kekuatan.
“Saya pribadi berterima kasih karena lewat Lokakarya ini, kami ditolong untuk mengembangkannya di komunitas gereja kami, serta dalam persekutuan dengan gereja-gereja lainnya di Papua. Biarlah kegiatan ini bukan hanya diadakan saat HPI, namun juga dalam kegiatan-kegiatan rohani di skala klasis dan sinode dengan mengundang tim fasilitator untuk memperkenalkan “Pohon / Akar Masalah” dan merancang program yang bermanfaat”.
Pst. Kostantinus Bahang (STT Fajar Timur) sebagai salah satu Panitia Penyelenggara HPI menyampaikan Pelatihan MPI bermanfaat membuat seluruh program dalam perayaan dan konferensi menjadi siap untuk diimplimentasikan. Selama ini hasil HPI selalu bermasalah di tahap implementasi rekomendasi karena tidak ada fasilitator dan metodologi / cara kerja yang siap untuk mem-break-down seluruh rekomendasi. Sekarang dengan adanya PCC sebagai dapur kebijakan, Lokakarya MPI sangat membantu untuk memberikan bekal pola dan cara kerja yang baik dalam penyusunan program.