Sunda Wiwitan: Ekspresi Kekayaan Budaya Nusantara

Kabar Utama72 Views

Kabar Damai I Sabtu, 18 Desember 2021

Kuningan I kabardamai.id I Indonesian Conference on Religion and Peace menghadirkan ruang diskusi bagi pemuda lintas agama untuk menebar toleransi dan merawat kebinekaan, melalui kegiatan “Anjangsana Pemuda Lintas Iman 2: “Hayu euy! diajar répéhrapih sareung Komunitas Sunda Wiwitan di Cigugur”

Saya termasuk salah satu peserta beruntung yang bisa mengikuti kegiatan yang penuh dengan makna toleransi ini dari tanggal 6 sampai 8 Desember 2021. Hal yang paling saya sukai dari kegiatan anjangsana ini adalah, ktika mengunjungi sunda wiwitan di Kuningan.

Sunda Wiwitan merupakan ajaran leluhur Sunda yang menuntun kesadaran spiritual masyarakat sunda terhadap kekuatan energi dalam semesta di luar dirinya sebagai manusia, sadar terhadap hukum ketetapanNya.

Pada saat seseorang mengalami pencerahan atau memahami tentang pengetahuan tentang bagaimana harus hidup di negara ini bagaimana harus hidup berbangsa bagaimana harus hidup bermasyarakat dan bagaimana harus hidup berbudaya, nah itulah yang disebut Sunda Wiwitan.

Tapi nilainya dan ajarannya sering disebut sebagai ajar pikukuh sunda. Jadi ajaran pikukuh sunda itu sebagai keyakinan da sunda itu artinya matahari. Jadi selama ini ada orang menganggap itu sebuah kepercayaan itu salah. Menurut orang sunda, mereka merasa diasingkan dan dilecehkan.

Kepercayaan-kepercayaan dari negara lain bangsa lain dipropaganda begitu hebat baik melalui agresi militer maupun secara politik merubah cara berpikir bangsa kita bukti kerusakan dari datangnya mereka adalah hilangnya kepercayaan diri karena disebut animisme dan akhirnya terjadi banyak kerusakan seperti hilangnya hutan, sungai menjadi kotor semuanya rusak karena malu disebut animisme dan dinamisme.

Padahal dengan animisme semua dijaga. Istilah animisme disalah artikan oleh bangsa Indonesia sehingga manusia menjauhkan diri dari alam dan merasa seolah-olah lebih hebat dari alam dan kesemestaan ini. Padahal saat ini kita dihidupi oleh kesemestaan. Sunda wiwitan merupakan sistem nilai ajaran kebudayaan yang hidup di tanah sunda yang ada di Jawa Barat sejak sunda dihuni oleh manusia.

Masyarakat sunda ini memiliki metodologi dalam pengelolaan lingkungan, ilmu tentang sistem sosial, dan pengelolaan alam sunda yang terdahulu. Semuanya telah diterapkan dalam ilmu pengelolaan air, ilmu mengelola pesawahan, ilmu penataan lingkungan, ilmu pengelolaan pemukiman, serta hubungan sosial masyarakat.

Baca Juga: Mengenal Sunda Wiwitan di Anjangsana Pemuda Lintas Iman

Masyarakat sunda wiwitan juga memahami bahwa alam semesta ini hanyalah sebuah titipan dari yang maha kuasa, jadi setiap manusia itu tidak boleh terlalu eksploitatif. Kita yang hidup sesama manusia harus saling memberi, sayang pada sesama, tidak boleh memiliki sifat yang serakah, bersamasama merawat alam, dan juga merawat lingkungan.

Dalam pengelolaan tanah tidak diakui milik pribadi dan dalam mengambil tidak boleh terlalu banyak. Jadi, intinya kita sebagai manusia tidak boleh serakah. Bahkan mereka menyadari jika alam ini milik besama dan bersifat titipan dari yang maha kuasa. Tak hanya itu masyarakat sunda wiwitan sangat menghormati ajaran sosial, Banyak diskriminasi yang telah dialami mulai dari saat zaman pangeran madrais hingga kini.

Dapat dilihat juga dari bukti administratif warga sipil yang dianggap membedakan seseorang atau masyarakat etnis Sunda yang memeluk keyakinan antara Sunda Wiwitan dan penganut agama umum seperti Islam, Kristen, hindu, dan lain-lain. Bahwa pada kolom agama di Kartu Tanda Penduduk (KTP) tidak tercantum agama semit atau agama yang datang dari luar negeri.

Selama sekian belas tahun dilarang karena dianggap sebagai tradisi upacara dari kelompok ajaran sesat. Pada era pemerintahan Gus Dur diangkat kembali, karena menurut beliau memahami justru di Cigugur inilah Gus Dur mengatakan bahwa ini justru desa pancasila, justru disinilah kita melihat bagaimana ekspresi budaya nusantara bersama-sama diwujudkan, bagaiamana ekpresi budaya nusantara dilihat dengan terbuka penuh suka cita dimana berbagai agama berdoa disini serta berbagai budaya bisa bersama-sama menghaturkan ekspresi budayanya.

Sejak itulah masa reformasi hingga sekarang upacara seren taun dihadiri juga oleh berbagai teman dan saudara-saudara dari berbagai komuitas adat dan suku-suku bangsa lainnya, bahkan dari luar negeri dari Brunei, Jepang, dan dari berbagai negara lainnya.

Meskipun mengalami banyak diskriminasi, masyarakat Sunda Wiwitan selalu optimis karena mereka meyakinini apa yang diwariskan leluhur itu sebagai penguatan untuk bangsa ini karena ketika menyadari atau meneguhkan bangsa kita dalam kebhinnekaan maka suku-suku bangsa yang menjadi roh kebangsaan ini harus tetap meneguhkan jati dirinya, tidak akan ada Bhineka Tunggal Ika jika tanpa ada suku Sunda, Jawa, Kalimantan, dan sebagainya.

Ada beberapa pandangan beragama terhadap penghayat kepercayaan, ada yang meyakini kepercayaan sebagai agama dan ada pula yang meyakini bahkan menyatakan dengan tegas bahwa kepercayaan bukan agama. Meski secara administratif kependudukan hak mereka telah dipulihkan, namun bukan tidak mungkin diskriminasi masih akan dialami.

 

Helfiana Miftakhul Alimah, Mahasiswa Studi Agama-agama UIN Sunan Ampel Surabaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *