Kabar Damai | Senin, 18 Juli 2022
Jakarta I Kabardamai.id I Perkembangan zaman dan teknologi terus berjalan beriringan dan berpengaruh pada berbagai aspek kehidupan manusia. Pemanfaatan yang baik akan berdampak baik dan begitu pula sebaliknya. Oleh karenanya, pemahaman akan pemanfaatannya harus benar dan sesuai dengan aturan.
Pemanfaatan media dalam kehidupan sejatinya dapat dilakukan oleh siapa saja saat ini. Selain karena mudah dan murah, media yang hadir karena adanya perkembangan teknologi ini dapat dijadikan sebagai sarana branding hingga alat komunikasi serta informasi dalam kebaikan.
Dr. Abdulloh Hamid, Alumni Pesantren Tasywiquth Thullab Sallafiyah dalam Pendis Channel menuturkan, diera yang semakin maju ini santri juga harus memanfaatkan media untuk kebaikan. Tentu, cara atau strategi khusus juga harus disusun dan dilaksanakan pula kemudian dalam implementasinya.
Ia menuturkan, Gus Mus mendefinisikan santri adalah orang-orang yang punya akhlak baik. Baik pernah di pesantren maupun tidak pernah di pesantren. Itu adalah definisi ala Gus Mus.
Kedua, perihal mengapa santri harus bermedia, KH. Ahmad Sahal Mahfud, pengurus besar NU dan Ketua Umum MUI dalam sebuah tulisannya menyatakan santri memiliki beberapa karakter. Pertama adalah kuat didalam akidah. Jadi masalah akidah santri kuat, tidak bisa dilobby, tidak diganggu gugat.
Baca Juga: Santri dan Kepemimpinan Nasional
Kedua, fleksibel dalam muamalah. Santri harus punya jiwa fleksibel dan mudah bergaul. Ketika dalam hal-hal muamalah, kemasyarakatan dan kebangsaan.
Ketiga, karakter santri dalam syariah, santri juga mengikuti syariat yang sudah diterapkan dalam ajaran agama Islam. Dalam akidah kuat, dalam syariah sesuai dengan perkembangan zaman dan dalam muamalah bisa fleksibel.
Untuk hal media, santri harus ikut bermedia karena selama ini santri banyak menjadi penonton sehingga sudah saatnya kini untuk menjadi pemain. Sekarang sudah era distrubsi yaitu era dimana matinya kepakaran, semua bisa berkata sebagaimana yang ia harapakan.
Ketika ada orang yang tidak memiliki latarbelakang keagamaan yang jelas, tidak memiliki guru dan juga tidak punya guru yang jelas tapi akhir-akhir ini banyak berbicara tentang beragama itu berakibat karena para santri yang diam.
“Oleh karena itu, para santri mari semangat untuk menjadi pemain dalam mewarnai sosial media yang ada disekitar kita,” ujarnya.
Para santri dimanapun anda berada, mari mewarnai sosial media dunia maya ini dengan konten kebaikan, konten agama yang dipelajari ketika berada di pesantren dan madrasah serta mari mengisi sosial media dengan hal yang bermanfaat, mendamaiakan dan ajaran yang rahmat untuk semesta alam.
Penulis: Rio Pratama