Sikap sebagai Makhluk Sosial di Tengah Kemajemukan Masyarakat

Kabar Utama368 Views

Oleh: Wahyu Pardomuan Sianturi, Mahasiswa Filsafat dan Teologi STFT Jakarta

Agama adalah satu hal yang tidak bisa lepas dari manusia. Tanpa adanya agama, maka hidup manusia akan kacau. Dalam pengertiannya yang diambil dari bahasa Sanskerta, a memiliki arti tidak sedangkan gama berarti kacau.

Maka, agama adalah hal yang paling penting dalam menjalankan hidup sebagai manusia. Ditambah lagi, setiap manusia sekarang ini memiliki agama dan kepercayannya masing-masing. Agama menjadi acuan tentang benar dan salah dalam kehidupan manusia, sehingga agama menjadi hal yang paling penting dan menjadi prioritas untuk manusia.

Segala hal yang ada akan dikaitkan dengan agama tentang baik dan buruknya. Memberikan perintah serta larangan yang menjadi pedoman hidup sesuai ajaran agama masing-masing.

Sebagai makhluk sosial di tengah kemajemukan masyarakat, tentu sudah dapat menjadi gambaran dari humanity, karena sifat manusia yang begitu beragam dan kadang kala berubah-ubah. Menurut pendapat saya “Agama di atas kemanusia” adalah hal yang harus dimunculkan dalam sifat kemajemukan dalam masyarakat.

Bila dikatakan “Kemanusiaan di atas agama” merupakan kurang tepat. Karena agama sendiri sudah mengajarkan tentang kemanusiaan dan hal-hal yang baik. Humaninty above Religion atau dalam bahasa Indonesia memiliki arti kemanusiaan di atas agama.

Arti kata ini mungkin sedikit melenceng dari pernyataan pada paragraf pembuka. Bagaimana bisa ada hal yang lebih tinggi di atas dari sebuah agama. Dalam Pancasila saja, Sila yang mengatur tentang ketuhanan terdapat di sila pertama, kemudian pada sila-sila berikutnya yang mengatur tentang kemanusiaan.

Baca Juga: Pandangan, Respons, dan Kritik terhadap Diskriminasi Sosial yang Marak Terjadi

Jika dipahami lebih lagi, arti kata humanity above religion memiliki arti yang mendalam. Kenapa bisa ada pernyataan ini sehingga kemanusiaan bisa lebih penting dari sebuah agama. Banyak kasus yang melibatkan dan menjadikan agama sebagai alasan untuk merendahkan kemanusiaan.

Segala tindak kejahatan yang mengatasnamakan agama untuk bisa menjalankan segala tindak kejahatannya. Padahal, bukan karena agama melainkan seorang/sekelompok orang tertentu yang melakukannya. Seorang/sekelompok ini membalikkan kata humanity above religion menjadi religion above humanity.

Namun demikian, tidak banyak dari masyarakat dapat memanusiakan manusia diatas agama, menurut saya jika demikian manusia belum seutuhnya dapat memanusiakan agama. Selain itu manusia belajar mengenai sikap sebagai makhluk hidup di tengah-tengah masyarakat. Tidak dapat disangkal bahwa semua agama mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan, dan tidak dapat disangkal bahwa banyak tindakan manusia yang bertentangan dengan kemanusiaan atas nama agama.

Tidak heran ada juga keragaman agama tertentu yang menghancurkan dan bahkan melumpuhkan umat manusia yang didukung agama. Bahkan dalam praktiknya, tidak jarang sebagian orang menggunakan jargon “atas nama agama” untuk membenarkan dan melegitimasi tindakan yang sebenarnya bersumber dari agamanya.

Agama selalu membela kemanusiaan. Ketika agama melarang tindakan manusia, agama pada dasarnya melarang kerusakan yang dapat merusak nilai-nilai kemanusiaan. Di sisi lain, ketika agama mendorong manusia untuk bertindak, agama justru mengembalikan manusia pada kemanusiaannya, atau setidaknya agama memperkuat kemanusiaan.

Tetapi kita harus kembali pada kenyataan bahwa ajaran agama bergantung pada pemahaman manusia. Agama sering dipahami secara tekstual, disadari atau tidak, karena ini memisahkan agama dari sejarah risalah. Maka tidak heran bila orang yang beragama menjadi keras kepala, maka ia menjadi lemah lembut.

Masalahnya bukan berada pada apa yang menjadi prioritas, agama atau kemanusiaan. Melainkan lebih dari sekedar agama dan lebih dari sekedar kemanusiaan. Ini adalah krisis kemanusiaan terhadap kemanusiaan. Tidak ada agama yang lebih besar dari kemanusiaan dan tidak ada kemanusiaan yang lebih besar dari agama.

Agama seharusnya tidak menjadi penghalang dalam memperlakukan manusia dengan cinta. Karena kemanusiaan lebih besar dari apa pun dan agama lebih penting dari apa pun. Seseorang harus bisa menunjukan rasa hormat terhadap agama lain dan tidak menebarkan kebencian terhadap agama lain.

Dewasa ini, rasa kemanusiaan sudah mulai berkurang yang disebabkan oleh adanya perbedaan agama. Dahulu saya merasakan untuk menolong sesuatu tidak ditanyakan agama apa yang di anut, namun pada saat ini menanyakan agama tersebih dahulu kemudian menolong.

Harapan saya, rasa kemanusiaan dapat ditingkatkan lagi tanpa memandang suku, ras, agama dan hal lainnya. Saya teringat cerita pada masa penjajahan, keberagaman menjadi salah satu kunci kemerdekaan. Kiranya semangat keberagaman tersebut dapat terwujud kembali.

Jika kita melakukan segala hal yang diperintahkan oleh agama kita, mengikuti segala perintahNya dan peraturan yang ada maka agama sama dengan kemanusiaan. Sederhananya, segala hal perbuatan baik apa pun yang dilakukan karena agama seperti cinta, kebaikan, damai, bersikap baik kepada semua orang.

Nilai-nilai yang diajarkan dalam agama memiliki peran penting dalam kemanusiaan. Agama menjadi sumber dari segala hal yang baik untuk dijalankan oleh umat yang mempercayainya. Tidak ada hal buruk diajarkan dalam agama karena Tuhan tidak akan membuat umatnya menderita.

Penulis: Wahyu Pardomuan Sianturi, Mahasiswa Filsafat dan Teologi STFT Jakarta

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *