Seni dan Terapi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus

Kabar Utama616 Views

Kabar Damai | Senin, 11 Juli 2022

Jakarta I Kabardamai.id I Kanal Katolikana menghadirkan talkshow dengan tema penanganan  terhadap anak berkebutuhan khusus. Turut hadir sebagai narasumber  Agustinus Kris Widianto, Yayasan Pangon Utomo dan Timotius Suwarsito, Art Mentor for Special Needs dalam tayangan tersebut yang membagikan cara dan upaya dalam penanganan terhadap ABK yang ditanganinya.

Agustinus Kris Widianto menjelaskan bahwa Pangon Utomo dalam bahasa Indonesia artinya Gembala Baik, ini karena menurutnya baik apabila seseorang menjadi gembala bagi anak-anak dan yang mampu memberi ketenangan dan rasa aman bagi siapa saja. Terlebih, Pangon Utomo memang ditujukan kepada mereka yang kurang beruntung.

Pangon Utomo didirikan dengan latarbelakang saat Kris yang sebelumnya bekerja di klinik tumbuh kembang kerap tidak menemui anak-anak yang datang ke kliniknya dan tidak kembali lagi karena berbagai alasan, padahal jika itu terjadi maka tumbuh kembangnya belum tentu akan berjalan baik. Oleh karenanya, ia mencari anak-anak tersebut dan mendatanginya lalu mengajaknya untuk berkunjung ke rumahnya untuk diberi terapi.

Awalnya hanya dua anak dan ditangani sendiri, namun kelamaan menjadi banyak yang datang. Maka, ia mengajak rekan untuk bergabung. Bahkan, gajinya sendiri yang ia sisihkan untuk diberikan kepada rekan-rekan terapis yang membantunya.

Karena semakin banyak yang datang pula, kemudian ia mendirikan yayasan sebagai payung dan merenung untuk memastikan bahwa apa yang ia lakukan bukanlah hal yang salah. Yayasan ini dimulai sejak 2012 dan disahkan pada tahun 2016. Kris juga menuturkan, berbagai anak dengan kebutuhan khusus dapat melakukan terapi di yayasannya.

Baca Juga: Festival Peace Innovation Academy: Seni Untuk Keberagaman

Dalam prosesnya, Kris menyatakan yang utama ia tidak pernah menyebut anak-anak yang datang kepadanya sebagai anak yang cacat. Ia juga menggunakan program yang dibuatnya yang diberi nama Brayat Pinilih yang artinya keluarga terpilih, yang berarti orang-orang terpilih dari Tuhan untuk mendapatkan anugerah.

Kemudian, dari Brayat Pinilih tersebut menjadi tempat dan pembelajaran bagi orang tua serta pendampingan serta saudara kandung agar dapat dididik dalam memahami saudaranya dalam ikut serta mengasuh dan sebagainya.

“Biasanya, baik orang tua, saudara kandung hingga keluarga kerap diajak untuk berpergian bersama agar dapat melihat anak-anak berkebutuhan khusus dan mendekati agar dapat memahami,” ujarnya.

Selain Kris, Timotius Suwarsito, Art Mentor for Special Needs juga membagikan pengalamannya.  Berkecimpung dan bergaung dengan anak-anak berkebutuhan khusus bagi Toto adalah sebuah panggilan. Kemudian, setelah ia memutuskan untuk menjadi seniman dan menjadi seorang pendidik ia mencari hal yang banyak dicari namun tidak banyak ditempuh oleh kebanyakan orang. Darisana, ia melihat bahwa orang dengan kebutuhan khusus ketika berkarya kerap diremehkan dan ditinggalkan karena secara teknis dan pengetahuan tertinggal akibat minimnya pengajaran dan perhatian sehingga minim pula yang akan mengangkatnya.

Pada tahun 2003, ada seorang ibu yang menghubunginya dan meminta ia mengajari anaknya yang autis. Memulai dengan belajar dan hampir sempat putus asa, namun keberanian mengantarnya untuk terus semangat dengan tantangan yang ada.

“Mengajari atau mendidik teman-teman ini gampang, yang sulit adalah meyakinkan orang tuanya jika anaknya hebat,” ujarnya.

Untuk meyakinkan kepada orang tua bahwa anak-anaknya luar biasa, ia mulai dengan upgrade pengetahuan melalui banyak membaca. Apa yang ia pelajari itulah yang ia jadikan senjata untuk meyakinkan apa yang ada dihadapannya, termasuk kepada orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus yang ditanganinya.

Penulis: Rio Pratama

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *