Oleh Maharani Piliang
Dilansir dari vocasia.id Culture shock atau geger budaya adalah suatu perasaan cemas, gelisah, hingga depresi akut yang dimiliki oleh seseorang saat bermukim di lingkungan baru dengan waktu cenderung lama. Nah, berikut adalah gejala seseorang mengalami culture shock, salah satunya mengomentari budaya di lingkungan baru.
Sedikit berbagi pengalaman saya sebagai mahasiswa baru luar daerah yang bertepatan di Lhokseumawe, Aceh. Pengalaman pertama kali keluar jauh, sekalinya jauh, langsung luar daerah dan saya mengalami sedikit yang namanya culture shock.
Hal-hal yang sulit ketika berada di daerah orang yang pastinya itu menyesuaikan diri, dan bagaimana sikap tingkah laku kita yang kurang baik sebaiknya tidak dibawa ke tanah orang seperti pepatah mengatakan :
“di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”_ artinya bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya. Nah, apapun budaya atau kegiatan disuatu daerah orang harus kita hormati, dijunjung, hargai dan bukan melakukan hal sebaliknya.
Mungkin ada stigma tentang adat-adat di Aceh sudah mulai pudar itu memang menurut saya ada betul nya juga karena ketika sebelum menapaki daerah Aceh itu, ibu saya berpesan,
“kalau besok udah di Aceh rajin-rajin ibadah ya, nak, di sana jaga sikap ya, Aceh itu peraturannya ketat”.
Awalnya takut sih, ketika ibu berpesan seperti itu karena takut tidak bisa menjaga sikap selama di daerah orang tetapi ketika sudah menapaki dan sudah beberapa bulan tinggal di Aceh saya jadi nostalgia ketika mengingat pesan ibu waktu itu karena hampir kenyataan tidak seperti itu, memang itu sangat disayangkan sekali mungkin inilah adanya pengaruh dari luaran Aceh yang mengakibatkan sedikit pudarnya kepercayaan tersebut, sehingga orang-orang yang di jaman sekarang ketika berkunjung ke daerah tersebut berpendapat biasa-biasa saja dan tidak sesuai ekspektasi dari info yang mereka dapatkan.
Baca juga : Sikap Toleransi Beragama di Lingkungan Masyarakat
Nah, kembali lagi ke laptop!! Culture shock yang saya alami saat menempuh pendidikan di Aceh yaitu ketika hari libur banyaknya para pedagang yang tutup, ketika menjelang Maghrib, di hari Jumat ketika pukul 12.00 WIB, dan juga di hari-hari perayaan umat Islam lainnya, semua para pedagang tutup juga satu lagi ini menurut pengalaman juga ketika saya meminta belajar bahasa daerah Aceh dengan mereka malah diajarin bahasa yang tidak sopan dan bukan saya saja yang mengalaminya teman-teman saya dari daerah luar juga seperti itu. Karena ketika sampai di Aceh itu saya sangat awam sekali dengan daerahnya apalagi mereka sesama orang Aceh ketika berinteraksi pasti menggunakan bahasa daerah mereka dan menurut saya bahasa mereka sangat sulit untuk diucapkan juga di hapal tetapi bahasanya bagus sekali mirip-mirip bahasa Thailand gitu.
Semua hal baru yang saya temui selama saya belajar di Aceh itu membuat saya kagum sekaligus tercengang dengan Aceh, buktinya sampai sekarang mereka masih menjunjung tinggi peraturan serta norma-norma yang berlaku di daerah mereka, meskipun adanya beberapa stigma negatif yang saya temui tapi tidak dapat menandingi kekaguman saya terhadap peraturan yang dapat langsung saya saksikan sendiri. Semoga hal-hal yang berbau tidak baik di daerah Aceh tersebut dapat dipulihkan sebagaimana mestinya.
Penulis : Maharani Piliang