Kabar Damai I Rabu, 15 Desember 2021
Balai Harapan I Kabardamai.id I Awal September 2021 lalu, melalui penyerangan ormas kepada Jamaah Ahmadiyah di Balai Harapan, Sintang menjadi isyarat bahwa kabupaten yang ada di hulu Kalimantan Barat ini sebagai kabupaten yang belum aman dan rawan konflik.
Melalui penyerangan itu pula, sebuah masjid dirusak serta bangunan lain didekatnya turut dibakar massa. Namun, nyatanya sebagian besar dari pelaku bukanlah masyarakat non Ahmadiyah yang ada di Balai Harapan melainkan dari luar desa itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa Ahmadiyah dan warga sekitar baik-baik saja hidup berdampingan selama ini.
Dalam upaya menciptakan suasana desa yang aman dan damai, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Balai Harapan, Kecamatan Tempunak, Kabupaten Sintang mengadakan Ritual Tolak Bala dan Deklarasi Damai yang dilaksanakan di lokasi terjadinya penyerangan terhadap Masjid Jemaat Ahmadiyah Sintang, pada 13 Desember 2021.
Dihadiri Kepala Camat, Kapolsek, Danramil, Gerakan Pemuda Dayak, Kades Balai Harapan, Jemaat Ahmadiyah Sintang, Tokoh Adat dan Masyarakat Desa Balai Harapan.
Kegiatan dimulai dengan Ritual Tolak Bala yang dipimpin Tokoh Adat Desa Balai Harapan lalu disambung dengan Deklarasi Damai yang dipimpin BPD Balai Harapan.
Baca Juga: Kiai dan Ulama Bersama-sama Gaungkan Moderasi Beragama Untuk Kedamaian NKRI
Tujuan dilaksanakannya kegiatan ini agar tidak lagi terjadi peristiwa penyerangan terhadap golongan manapun karena perbedaan pendapat di kawasan desa balai harapan.
Kepala Camat berharap etalasi ketegangan antara kedua kubu bisa mereda, dirinya juga menegaskan untuk mengadakan dialog-dialog yang dapat meminimalisir terjadinya kesalahpahaman.
“Kami berharap masing-masing nanti bisa pelan-pelan Kembali berbaur, sekat-sekat yang menjadi pemisah antara kedua kelompok ini bisa pelan-pelan teratasi dan kalo bisa hilang sekatnya,” ungkapnya.
Sementara Kades Balai Harapan berharap dengan diadakannya kegiatan ini agar membuat suasana aman, damai dan tentram untuk Desa Balai Harapan kedepannya, dirinya juga mengajak masyarakat Desa untuk saling menerima perbedaan satu dengan yang lainnya.
“Harapan kami dengan kegiatan-kegiatan seperti ini kita akan menjunjung tinggi hak-hak masyarakat kita, masalah adat istiadat masyarakat kita dengan harapan satu dengan yang lain bisa bersama-sama sebisa mungkin. Suatu perbedaan itu bisa kita jadikan suatu keindahan,” ungkapnya.
Kegiatan diakhiri dengan penandatanganan Deklarasi Damai, kain berwarna putih menjadi latar tanda tangan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan.
Kontributor/Penulis: Wildan