Kabar Damai | Jumat, 13 Januari 2023
Bogor | Kabardamai id | Perkumpulan Penulis Indonesia (satupena) memberikan penghargaan Satupena Awards 2022 kepada Musdah Mulia sebagai penulis yang dianggap berdedikasi kategori non-fiksi.
Diselenggarakan secara hybrid, berlokasi di Galeri Cemara dan live streaming melalui channel youtube Satupena pada Kamis (12/2/2023).
Sebagai aktivis perempuan, Musdah dikenal sebagai penulis yang vokal menyuarakan emansipasi wanita dengan perspektif tafsir keagamaan secara modern.
Musdah aktif dalam berbagai organisasi perempuan, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Women Shura Council (Majelis Perempuan Ulama berpusat di New York). Selain itu ia kerap kali mendapatkan penghargaan bergengsi internasional lainnya.
Sejak lama Musdah juga fokus pada isu perdamaian dan toleransi, bersama K.H Abdurrahman Wahid, Djohan Efendi dan sejumlah pemuka agama lainnya mendirikan ICRP (Indonesian Conference on Religions for Peace). Sekarang Musdah menjabat sebagai Ketua Umum ICRP.
Ketua Umum Satupena Denny JA menjelaskan, penghargaan yang diberikan kepada para penulis berdedikasi merupakan bagian dari gerakan literasi yang menghidupkan Indonesia sebagai negara budaya.
“Sebagai bentu penghargaan terhadap dedikasi penulis, juga menjadi bagian dari gerakan literasi untuk menghidupkan Indonesia dan budaya kita,” ujarnya.
Baca juga: Musdah Mulia Sebut Jalsah Salanah Jadi Solusi Hadapi Masalah Kebangsaan
Ketua Dewan Juri, Anwar Putra Bayu, menjelaskan pada tahun ini Satupena hanya memberikan dua penghargaan untuk dua kategori penulis. Ia menyampaikan beberapa kesulitan yang dialami oleh dewan juri dalam mencari 12 nominasi untuk dua kategori fiksi dan non-fiksi.
“Pada tahun ini Satupena hanya memberikan penghargaan kepada dua penulis, banyaknya penulis di Indonesia membuat kami kesulitan dalam penetapan 6 nominasi setiap kategorinya,” ungkapnya.
Hal ini menunjukan banyaknya penulis dengan dedikasi tinggi di Indonesia dari Aceh hingga Merauke. Anwar menambahkan, pekerjaan ini menjadi tugas yang paling berat baginya, mengingat penulis yang dimiliki Indonesia sudah seperti kebun raya.
“Sebuah tugas yang paling berat, membayangkan dari sabang sampai merauke seperti kebun raya yang isinya penulis-penulis Indonesia,” jelasnya.
Penulis: Amatul Noor