PTKI Diminta Lebih Responsif Beri Solusi Persoalan Bangsa

Uncategorized270 Views

Kabar Damai I Rabu, 6 Oktober 2021

Jakarta I kabardamai.id I Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa’adi menekankan pentingnya peran Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) dalam merespon persoalan sosial keagamaan. Untuk itu, Wamenag minta PTKI tidak hanya reaktif, tapi lebih responsif dan merumuskan beragam solusi atas berbagai persoalan bangsa.

“Persoalan bangsa, khususnya di bidang sosial keagamaan, membutuhkan respon dari kita yang tidak bersifat reaktif belaka, melainkan harus berdasar pada pertimbangan empirik hasil riset,” terang Wamenag saat membuka International Conference on Islamic Studies (ICIS) secara virtual, Senin, 4 Oktober 2021.

Mengacu siaran pers Selasa, 5 Oktober 2021, acara ini digelar oleh Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh dengan Tema Besar: “Islam and Sustainable Development”.

Wamenag menandaskan, civitas akademika PTKI tidak boleh berada di  menara gading yang terlalu asyik dengan penelitian atau diskusi yang hanya bermanfaat buat pribadi atau kampus saja, tanpa memberi kontribusi bagi penyelesaian masalah-masalah sosial, politik, keagamaan, dan kebangsaan yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia secara keseluruhan.

Untuk itu, Wamenag berharap PTKI dapat memikirkan kontribusi yang bisa diberikan untuk perdamaian dunia. Menurutnya, era keterbukaan global telah melahirkan sejumlah tantangan di kalangan masyarakat muslim, baik Indonesia maupun Asia Tenggara.

Tantangan itu antara lain; menguatnya politik identitas, menularnya gagasan populisme dari belahan bumi lain, bergesernya kecenderungan keagamaan menjadi lebih konservatif, ditambah dengan kepentingan politik yang menunggangi.

“Ini adalah beberapa contoh dinamika masyarakat yang dalam level tertentu telah mengakibatkan terciptanya segregasi sosial,” ujar Wamenag.

Baca Juga: Mahasiswa PTKI Harus Siap Jadi Agen Moderasi Beragama

“Kita wajib merespon tantangan semacam itu. Dunia kini semakin menyadari bahwa Muslim Nusantara memiliki kekhasan tersendiri dalam merespon konservatisme dan ekstremisme berbasis keagamaan. Perjalanan sejarah dan peradaban Islam di kawasan ini telah mengajarkan kepada kita betapa para ulama Nusantara sesungguhnya telah mewariskan nilai-nilai wasathiyah yang telah lama mengakar dalam berbagai tradisi, budaya, dan agama yang ada,” tambahnya.

Untuk itu, Wamenag mengajak para sarjana dan peneliti Indonesia untuk memupuk kepercayaan diri dalam mempromosikan dan menjadikan Islam Wasathiyah sebagai harapan masa depan peradaban dunia.

“Mari kita buktikan bahwa praktik keagamaan yang kita miliki ini telah mampu menciptakan masyarakat yang toleran, rukun, serta sekaligus solutif menghadapi berbagai tantangan global, khususnya tantangan ekstrimisme dan terorisme,” tegasnya.

 

Transformasi Pendidikan Tinggi Islam

Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan, saat ini salah satu mandat pendidikan tinggi keagamaan Islam adalah peningkatan kualitas dan  transformasi lembaga.

Dilansir dari laman Kemenag, pernyataan tersebut disampaikan Menag saat menyampaikan pidato kunci dalam International Conference on Islamic Studies (ICIS) Tahun 2021 yang digelar UIN Ar-Raniry Aceh.

“Sebagai implementasi mandat tersebut, kapasitas perguruan tinggi keagamaan Islam di Indonesia telah ditingkatkan dengan membuka fakultas sains dan teknologi, bahkan fakultas kedokteran,” ungkap Menag yang hadir secara virtual mewakili Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, Senin, 04 Oktber 2021, dikutip dari kemenag.go.id (4/10).

Transformasi menjadi perhatian pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, untuk memastikan agar Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) yang ada, mampu mendukung visi untuk menjadikan Indonesia pusat kajian Islam rahmatan lil ‘alamin. Tranformasi kelembagaan yang dimaksud Menag Yaqut antara lain adanya perubahan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

“Saat ini kita telah memiliki 24 UIN, dan ada 6 IAIN yang akan segera bertransformasi menjadi universitas. Yang menarik, salah satu IAIN akan ditingkatkan menjadi Cyber Islamic University atau UISSI (Universitas Islam Siber Syek Nurjati Indonesia) Cirebon,” papar Menag.

Apa yang saat ini dilakukan Kemenag, menurut Menag sejalan dengan tema ICIS 2021, yaitu Islam and Sustainable Development.

“Apa yang telah kami lakukan, merupakan upaya untuk memperluas kontribusi pendidikan tinggi keagamaan Islam untuk menjawab tantangan yang ada. Tentunya dengan distingsi yang dimiliki yaitu Islam Wasathiyah, menghargai perbedaan, memahami berbagai sudut pandang, serta Islam rahmatan lil’alamin sebagai DNA kami,” imbuhnya.

Pembangunan berkelanjutan dalam pendidikan tinggi keagamaan Islam, lanjut Menag, juga tidak berhenti dengan menghadirkan fakultas sains dan teknologi.

“Lebih jauh, untuk menghindari konflik antara muslim dan komunitas lainnya, Kemenag juga menyiapkan ‘duta muslim moderat’. Kami juga mendirikan Rumah Moderasi Beragama pada setiap Pergurutaun Tinggi Keagamaan Islam untuk mencegah ekstremisme,” ujar Menag.

ICIS 2021 juga menghadirkan Presiden Indonesia ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)  dan Wakil Presiden Indonesia ke-10 dan 12 M.Jusuf Kalla. Konferensi yang digelar secara virtual ini berlangsung selama dua hari, 4-5 Oktober 2021 dan dibuka oleh Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi.

Konferensi tahunan ini juga menghadirkan pembicara lainnya seperti Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional RI Sofyan Djalil;  Menteri Agama RI periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin;  dan Ketua Taman Iskandar Muda, Jakarta Surya Dharma.

Hadir pula akademisi dan peneliti dari Fatoni University Prof Sukree Lungputeh PhD, Prof Amin Abdul Aziz PhD dari Universiti Brunei Darussalam, Prof Ts Dr Mohd Sobhi bin Ishak dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Prof Wen Chin Ouyang PhD dari SOAS University of London dan Prof Adham Hamawiya PhD dari Al-Baath University of Suriah. [kemenag.go.id]

 

Editor: Ahmad Nurcholish

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *