Kabar Damai | Jumat, 11 Agustus 2023
Yogyakarta | kabardamai.id | Angin di pagi hari bergerak menari mengisi ruang udara. Langit sangat cerah pagi itu, peserta Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Lintas Agama (PKPLA) duduk berkumpul di pendopo ditemani pemandangan sawah dengan segala keasriannya.
Benar, tanpa terasa PKPLA sudah memasuki hari ketiga. Kegiatan hari ketiga diawali dengan kunjungan ke Pesantren Assalafiyyah Mlangi, salah satu diantara sekian pesantren di Yogyakarta yang berusia tua.
Gus Irwan, pengasuh Assaliyyah II yang inovatif menceritakan bahwa pondok ini didirikan oleh Kiai Mashduqi (trah Mbah Nur Iman) pada tahun 1936 dalam rangka ikut serta menyebarkan dakwah Islam ala Ahli Sunnah wal Jamaah di Indonesia.
“Pengajaran di Pesantren Assalafiyah berbasis akseleratif, sistem cepat dan praktis untuk penguasaan santri pada penguasaan kitab kuning, yang mirip model kursus lembaga modern,”terang Gus Irwan, Jumat (11/08/2023).
Baca Juga: Listia Suprobo: Meneladani Sumartana Merespon Kemajemukan Agama
Selain itu, pesantren ini juga menerapkan sistem cashless, dimana para santri dilarang membawa uang cash. Dengan sistem ini hal yang paling dikhawatirkan bisa teratasi, seperti pencurian, pemborosan, misal untuk membeli rokok, internetan di luar pondok, dan lain-lain. Santri hanya bisa belanja di koperasi pondok.
E-Santri Assalafiyyah juga berfungsi sebagai alat presensi digital untuk check in dan check out asrama, presensi kehadiran di sekolah, pengambilan loundry, izin pulang dan lain-lain. Semuanya diatur secara digital sehingga memudahkan tugas pengurus pesantren.
Gus Irwan, mengungkapkan mereka menerapkan pola kedisiplinan dalam pembelajaran, khususnya untuk tujuan pembacaan serta pemahaman kitab kuning.
“Pesantren Assalafiyah juga selalu menerima siapapun yang mau belajar di pesantren Assalafiyah termasuk teman-teman lintas iman,” pungkasnya.
Fathoni, peserta PKPLA memberikan pendapatnya tentang pesantren Assalafiyah,
“Saya sangat takjub dengan pesantren ini, sangat bagus dan implikatif seharusnya ponpes bisa mencontoh seperti ini, saya juga sangat kagum dengan pengaplikasian toleransi disini, senang melihat pesantren sesantai ini bisa guyon dengan teman lintas iman,” ujar Fathoni.
Penulis: Ai Siti Rahayu