Pesan Damai dari Ajang Miss Universe 2020

Kabar Puan96 Views

Kabar Damai  | Senin, 17 Mei 2021

Jakarta | kabardamai.id | Tak hanya kontestan asal Myanmar, Ma Thuzar Wint Lwin yang menggunakan ajang Miss Universe 2020 untuk menyebarkan pesan, kontestan Singapura Bernadette Belle Wu Ong juga membuat penyataan yang kuat untuk melawan rasisme.

Dalam babak National Costume, Bernadette mengenakan jubah merah dan putih dengan tulisan, “Hentikan Kebencian terhadap Asia.”

“Untuk apa platform ini jika saya tidak dapat menggunakannya untuk mengirimkan pesan perlawanan yang kuat terhadap prasangka dan kekerasan! Terima kasih #MissUniverse karena telah memberi saya kesempatan ini!,” kata Bernadette melalui laman Instagram pribadinya dikutip Antara dari  Indian Express pada Minggu, 16 Mei 2021.

Melansir Antara, Bernadette mengenakan kostum monokini merah berpayet dengan lengan yang dramatis, satu merah dan sisi yang lainnya putih. Ia juga menggunakan sepatu boots setinggi lutut.

Kostum nasional Bernadette terinspirasi dari bendera nasional Singapura yang melambangkan persatuan untuk semua dan harmoni sosial di negara yang multi-rasial, multi-budaya, dan antar-agama.

Kostum yang dilukis dengan tangan oleh Paulo Espinosa dirancang oleh Arwin Meriales. Warna merah dan putih juga memiliki makna simbolis.

Baca Juga: Perempuan dan Terorisme Selaksa Panggung Teater Feminisasi Terorisme

“Warna merah melambangkan kesetaraan untuk semua. Putih melambangkan kebajikan yang abadi. Singapura adalah tempat untuk semua ras dan mereka sangat bangga menjadi orang Asia,” ujar Bernadette.

Bernadette mengatakan bahwa kostum tersebut dibuat hanya dalam dua hari.

“Saya menghubungi desainer Filipina @arwin_meriales04 untuk membuat desain saya sendiri dan dia mengeksekusinya! Ketika dia menawarkan untuk meminta @kuyapawlo untuk melukis sesuatu di bagian belakang, saya langsung tahu bahwa itu pasti tentang gerakan yang memutarbalikkan kebencian dan prasangka rasial!,” kata Bernadette.

Bernadette juga mengatakan pesan yang disampaikan melalui kostumnya diperuntukkan bagi semua orang.

“Ini adalah kemenangan BESAR untuk semua orang! Kami menyampaikan pesan kami dengan lantang dan jelas! Terima kasih telah membalas kami dengan cinta dan pujian,” tandas Bernadette.

Sebelumnya, lontestan Miss Universe 2020 asal Myanmar, Ma Thuzar Wint Lwin mencuri perhatian dunia lantaran dalam babak National Costume ia memperagakan busana tradisionalnya sambil membawa sebuah pesan bertuliskan “Berdoa untuk Myanmar”.

Ma Thuzar Wint Lwin berharap bisa menggunakan platform internasionalnya sebagai kontestan untuk mengkritik kudeta militer negara yang terjadi di negaranya dan mendukung gerakan pro-demokrasi.

Perempuan Banyak Alami kekerasan Seksual

Kekerasan telah menyebar ke seluruh kawasan Myanmar sejak militer merebut kekuasaan pada Februari dari pemerintah sipilnya dan menangkap pemimpinnya Aung San Suu Kyi.

Data yang dihimpun CNN Indonesia menyebut lebih dari 700 orang tewas dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan mereka yang memprotes perebutan kekuasaan. Tak hanya itu, kekerasan fisik serta seksual juga dialami banyak perempuan Myanmar ketika ditahan pasukan keamanan junta.

Mereka telah menembak demonstran di jalan-jalan, menangkap orang-orang dalam penggerebekan malam hari, mengunci jurnalis dan memerintahkan pemadaman internet.

Ribuan orang dari bagian perkotaan Myanmar telah melarikan diri ke daerah perbatasan, termasuk banyak yang memiliki hubungan dengan partai politik Suu Kyi dan lainnya menghadapi penangkapan karena keterlibatan mereka dalam gerakan protes dan pemogokan buruh.

Kelompok pemberontak etnis bersenjata telah meningkatkan serangan terhadap militer dan polisi dalam beberapa bulan terakhir, meningkatkan kekhawatiran Myanmar berkembang menjadi konflik sipil yang lebih luas.

Militer membalas dengan serangan udara yang menyebabkan puluhan ribu warga sipil mengungsi.

 

Kisah Kontestan Myanmar Serukan Perjuangan di Miss Universe 2020

Dalam wawancara dengan The New York Times, Ma Thuzar Wint Lwin berharap bisa menggunakan platform internasionalnya sebagai kontestan untuk mengkritik kudeta militer negara yang terjadi di negaranya dan mendukung gerakan pro-demokrasi.

Ma Thuzar Wint Lwin membuat serangan militer yang terjadi di Myanmar telah membuat warganya hidup dalam ketakutan setiap saat.

“Para tentara yang berpatroli di kota setiap hari dan kadang-kadang mereka membuat penghalang jalan untuk mengganggu orang-orang yang datang,” kata Ma Thuzar Wint Lwin, yang juga dikenal dengan nama Candy dikutip The New York Times pada Minggu, 16 Mei 2021.

“Dalam beberapa kasus, mereka menembak tanpa ragu. Kami takut pada tentara kami sendiri. Setiap kali kami melihatnya, yang kami rasakan adalah kemarahan dan ketakutan,” imbuh Ma Thuzar Wint Lwin.

Pada minggu-minggu awal gerakan protes, Ma Thuzar Wint Lwin bergabung dengan para demonstran, di mana ia memegang sebuah karton bertuliskan, “Kami tidak menginginkan pemerintahan militer,” dan menyerukan pembebasan pemimpin sipil negara itu, Daw Aung San Suu Kyi yang menjadi tahanan rumah sejak kudeta.

Ia juga membagikan botol air kepada pengunjuk rasa di Yangon, kota terbesar Myanmar, dan menyumbangkan tabungannya kepada keluarga yang orang-orang terkasihnya terbunuh.

Ma Thuzar Wint Lin juga menyatakan penentangannya terhadap junta melalui Facebook dengan mengunggah foto hitam-putih dirinya yang ditutup matanya dengan selotip di mulutnya dan tangannya diikat.

Setiap malam di televisi, militer mengumumkan surat perintah penangkapan baru untuk selebriti dan orang lain yang mengkritik rezim. Beberapa dari mereka yang disebutkan adalah orang-orang yang dikenal Ma Thuzar Wint Lwin.

Sebelum berangkat ke Amerika Serikat, ia mengamati dengan cemas untuk melihat apakah namanya masuk dalam daftar buronan militer. Ia melihat laporan tentang orang-orang terkenal yang ditahan ketika mereka mencoba meninggalkan negara itu, jadi ia memutuskan untuk mengenakan hoodie dan kacamata agar tidak dikenali di bandara Yangon.

“Saya harus melewati imigrasi dan saya sangat takut,” ujar Ma Thuzar Wint Lwin.

 

Miss Universe Myanmar Taksendirian

Antara menyebut, dalam mengkritik junta dari luar negaranya, Miss Universe Myanmar tidak sendirian.

U Win Htet Oo, salah satu perenang terbaik negara itu, mengatakan dari Australia bahwa ia melepaskan mimpinya untuk pergi ke Olimpiade dan tidak akan bersaing di bawah bendera Myanmar sampai pemimpin rezim, Jenderal Senior Min Aung Hlaing, disingkirkan dari kekuasaan.

Selain itu, petarung seni bela diri campuran U Aung La Nsang, seorang warga negara Amerika dan salah satu atlet paling terkenal di Myanmar, telah mendesak Presiden Joe Biden untuk membantu mengakhiri penderitaan rakyat Myanmar.

Ma Thuzar Wint Lwin mengatakan ia percaya bahwa tidak akan aman baginya untuk kembali ke Myanmar setelah berbicara menentang rezim. Kini ia tidak tahu ke mana akan pergi setelah kontes berakhir.

Jurusan Bahasa Inggris di East Yangon University ini mengenal gerakan pro-demokrasi sejak kecil. Ia dibesarkan di keluarga kelas menengah, di mana ayahnya seorang pengusaha dan ibunya seorang ibu rumah tangga yang tidak berani membicarakan pemerintahan militer yang sedang berkuasa.

Ma Thuzar Wint Lwin adalah bagian dari generasi pertama di Myanmar yang tumbuh terhubung sepenuhnya dengan dunia luar dan bagi mereka masyarakat bebas tampak normal. Pada 2015, negara ini pejabat dipilih secara demokratis untuk pertama kalinya dalam lebih dari setengah abad.

“Kami telah hidup dalam kebebasan selama lima tahun. Jangan bawa kami kembali. Kami tahu semua tentang dunia. Kami memiliki internet,” katanya.

Ma Thuzar Wint Lwin mulai menjadi model ketika masih di sekolah menengah dan setelah ayahnya pensiun, membantu menghidupi keluarga. Ia adalah salah satu kontestan Myanmar yang jumlahnya tidak sampai selusin yang pernah berkompetisi dalam Miss Universe. [ ]

 

Penulis: Ahmad Nurcholish

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *