Peristiwa Perang Sampit dan Upaya Menyelesaikan Konflik

Oleh: Zenny Aprilia

Apakah anda ingat tentang peristiwa konflik Perang Sampit? Peristiwa kerusuhan yang terjadi 20 tahun yang lalu tersebut merupakan peristiwa konflik antar suku yang memakan banyak korban jiwa dan trauma yang membekas di antar suku. Konflik ini terjadi pada tahun 2001 di Sampit yang selanjutnya meluas ke seluruh Kalimantan.

Konflik ini melibatkan kedua belah entitas etnis antara suku dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Banyak faktor yang menyebabkan konflik ini semakin membesar, maka dari itu kita akan mengetahui lebih lanjut tentang penyebab konflik antar suku hingga upaya damai penyelesaian konflik dalam lingkup antar suku.

Konflik dapat terjadi pada tiap anggota negara, maupun konflik antar individu, antar ras, suku, hingga konflik antar agama. Contohnya konflik antar suku Perang Sampit. Perang Sampit terjadi diawali dengan masyarakat Madura mendominasi populasi di Kalimantan Tengah, hal ini memicu sentimen bahwa masyarakat Kalimantan Tengah merasa tersaingi oleh Madura.

Karena permasalahan ekonomi ini, munculah perselisihan antara orang Madura dengan suku Dayak. Kericuhan muncul ketika terjadi pembakaran sebuah rumah Dayak yang dilakukan oleh masyarakat Madura berdasarkan rumor yang beredar. Mendengar hal ini warga Dayak pun mulai membalas dendam dengan membakar rumah orang Madura.

Pertengahan Desember 2000, bentrokan antara etnis Dayak dan Madura terjadi di Desa kereng Pangi, membuat keduanya menjadi bersitegang. Ketegangan semakin memuncak setelah terjadi perkelahian di sebuah tempat hiburan di desa pertambangan emas Ampalit.

Seorang etnis Dayak bernama Sandong, tewas akibat luka bacok yang ia dapat. Hal ini kemudian memicu amarah keluarga dan tetangga Sandong. Dua hari kemudian, 300 warga Dayak mendatangi lokasi tewasnya Sandong untuk mencari sang pelaku yang kemudian penyerangan ini membuat 1.355 orang Madura mengungsi.

Baca Juga: Sejarah Perang dan Dampaknya Bagi Kehidupan

Konflik ini mulai mereda pada saat pemerintah mengirim pasukan militer dan polisi untuk mengamankan situasi di Sampit serta mengevakuasi warga, meningkatkan keamanan di daerah terjadi konflik, rehabilitasi mental dan penangkapan provokator.

Dari peristiwa tersebut dapat kita lihat bagaimana konflik antar suku tersebut bisa terjadi. Sebuah konflik tak pernah luput dari indikator pendukung dari terjadinya sebuah konflik. Seperti konflik Perang Sampit dapat dilihat bahwa Kesenjangan Ekonomi menjadi salah satu penyebab konflik tersebut.

Dalam pola relasi masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi dapat dilihat kesenjangan ekonomi tersebut. Masyarakat pendatang cenderung memiliki tingkat ekonomi yang lebih tinggi dari ekonomi masyarakat pribumi karena masyarakat pendatang bekerja lebih keras karena jauh dari tempat asalnya, sedangkan masyarakat pribumi merasa sudah nyaman dengan keadaan sehingga mereka tak perlu bekerja lebih keras. Hal ini menyebabkan rasa iri terhadap masyarakat pendatang dan rasa tersaingi di tempat asal mereka.

Lalu perasaan Prejudice atau kecurigaan yang berlebihan terhadap suatu etnis yaitu keberadaan sebuah etnis dianggap membahayakan keberadaan sebuah etnis. Seperti kecurigaan bahwa suatu etnis akan mengambil alih perekonomian daerahnya dan akan mengambil alih daerahnya secara keseluruhan. Kecurigaan tersebut yang akhirnya akan membuat hubungan antar etnis tidak harmonis dan berkembang menjadi konflik antar suku bangsa.

Selanjutnya dari kecurigaan berlebihan tersebut muncullah stereotip negatif terhadap sebuah etnis. Stereotip negatif adalah sikap yang memberikan cap negatif terhadap suatu suku yang digeneralkan pada semua warga suku tersebut. Hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan terhadap suku yang dilabeli negatif yang selanjutnya akan menimbulkan perselisihan atau konflik antar suku bangsa.

Lalu bagaimana cara mengatasi konflik antar suku tersebut? Peran pemerintah dan suku tersebut sangatlah penting demi menciptakan keharmonisan antar suku. seperti tersedianya lembaga-lembaga Arbitrase negara dalam proses mediasi terhadap suku yang sedang berkonflik.

Lalu bagaimana dengan cara mencegahnya? Salah satunya adalah pemberian edukasi sejak dini terhadap anak bangsa tentang pentingnya toleransi terhadap sesama sebagai warga negara Indonesia dengan beragam suku, budaya dan agama untuk membentuk karakter yang memiliki sikap toleransi yang tinggi, serta membangun rasa kekeluargaan sebagai warga negara yang satu agar tak terpecah belah oleh provokator.

Sebagai warga negara yang kaya akan keragaman suku dan budaya kita harus menjunjung tinggi toleransi agar kita tidak terpecah belah, kita juga harus pandai dalam memilah dan memilih rumor yang beredar dan tidak mudah tersulut amarah karena hasutan provokator.

Konflik antar suku sangatlah sering terjadi di negara yang memiliki 1.300 suku bangsa ini, walau sering terjadi bukan berarti kita tidak harus berupaya dalam mengatasi dan mencegah konflik ini terjadi kembali.

Oleh: Zenny Aprilia , Siswi SMAN 1 Pontianak

Sumber referensi:

1)     https://www.matamatapolitik.com/sejarah/perang-sampit

2)     https://nasional.tempo.co/read/25225/penyelesaian-sampit-dengan-rehabilitas-mental

3)     https://www.kompas.com/stori/read/2021/07/30/090000179/konflik-sampit-latar-bela kang-konflik-dan-penyelesaian?amp=1&page=2&jxconn=1*1h4j5um*other_jxampid *S2IycGJ5RlVHNG5ZdG5ZSWJCSXJydXk1WW1fMFRWOGdsdjJFczM1aktxWH ZXUjdPUGpfSXRxcTdNZUVWQ2RYYw..

4)     https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produk-files/kontenkm/km2016/KM201

638/materi1.html

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *