Perempuan dan Peran Aktifnya di Ruang Publik

Kabar Puan139 Views

Kabar Damai | Senin, 25 April 2022

Jakarta I Kabardamai.id I Dilansir dari IDT Times menyebutkan bahwa Kalis Mardiasih ialah seorang penulis dan pemerhati isu gender. Ia lahir pada 16 Februari 1992 di Blora ini juga merupakan sarjana Bahasa Inggris di Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).

Kalis juga dikenal sebagai aktifis muda Nahdatul Ulama (NU) dan anggota Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian. Suaranya dalam mengkampanyekan isu perempuan lantang dan diamini oleh banyak kalangan. Hal ini turut menjadi dampak baik dalam masyarakat yang haus akan referensi pemikiran perempuan yang terbuka dan maju.

Melalui kanal GUSDURian TV, Kalis menjelaskan bahwa perempuan harus memiliki keterkaitan dengan dunia publik. Hal tersebut satu diantaranya dengan mengkampanyekan sisi baik dari feminisme.

Ia menuturkan bahwa goals dari feminisme adalah kemanusiaan bagi semua. Hal ini karena penggunaan term feminis berhubungan dengan ketertindasan yang dialami oleh perempuan.

“Jika perempuan termarjinalisasi, terdiskriminasi dan terstigmatisasi maka akan berkaitan dengan seluruh hal kemanusiaan,” ungkapnya.

Baca Juga: Kepemimpinan Perempuan dalam Islam

Lebih jauh, Kalis memberi contoh, termarjinalisasi artinya peminggiran. Andai seorang perempuan terpinggirkan dan tidak mendapatkan akses pendidikan yang setara maka akan membuatnya terhambat pada pengetahuan.

Contoh selanjutnya, jika perempuan terpinggirkan dan tidak mendapatkan akses layanan kesehatan yang setara, sehingga dapat menyebabkan kasus ibu yang melahirkan dan meninggal dunia, kasus stunting, kasus bayi dengan kekuarangan gizi dan lain sebagainya menunjukkan keterkaitan masalah dengan segala hal.

“Jadi feminisme itu intersection, tidak hanya hak perempuan saja tapi juga ternyata pemenuhan hak perempuan itu berkaitan dengan dampak-dampak kemanusiaan lainnya, berpihak pada hak perempuan berarti membantu keberlansungan kemanusiaan,” jelasnya.

Ia juga menyoroti pentingnya perempuan terlibat dalam ruang publik. Menurutnya kebijakan soal cuti menstruasi, cuti pasca melahirkan akan ada jika perempuan berpartisipasi dalam politik serta ikut serta dalam membangun kebijakan.

Menurutnya pula, perempuan yang hidup dengan nyaman dan baik akan menyebabkan ketahanan keluarga yang lebih bertahan.

“Kalau perempuan happy, tidak stress dan perempuan setara maka akan membuat lebih bertahan ketahanan keluarganya,”  pungkasnya.

Penulis: Rio Pratama

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *