Perayaan Naw-Ruz Bertepatan dengan Nyepi dan Ramadhan, Umat Baha’i Dukung Persatuan Indonesia

Kabar Utama118 Views

Kabar Damai | Selasa, 21 Maret 2023

Jakarta | Kabardamai.id | Seluruh umat Baha’i di dunia pada Selasa, 21 Maret 2023 lalu merayakan Hari Raya Naw-Ruz.

Umat Baha’i mengisi perayaan Naw-ruz dengan penuh suka cita dan kegembiraan, mereka juga mengundang Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) dan jaringan lintas iman dalam momen perayaan tersebut.

Perayaan Hari Raya Naw-Ruz adalah perayaan tahun baru umat Baha’i di seluruh dunia yang dirayakan pada tanggal 21 Maret.

Perayaan ini didahului dengan puasa selama satu bulan Baha’i yaitu 19 hari.

Perayaan Nawruz tahun ini juga terasa lebih istimewa karena bertepatan dengan Hari Raya Nyepi umat Hindu dan memasuki ibadah ramadhan umat Muslim. Karena itu, Najib Khaidar Perwakilan Majelis Rohani Nasional Umat Baha’i di Indonesia mendukung persatuan Indonesia melalui keragaman yang ada di Indonesia.

Perayaan Nawruz sendiri  memberikan kesempatan untuk berkontribusi terhadap kemajuan di negeri ini.

“Bila kita renungkan dalam 3 tahun terakhir, ada daya integrasi dan diintegrasi yang berkerja dalam kehidupan masyarakat,” terang Najib Khaidar, Selasa (21/03/2023).

Baca Juga: Pengalaman Menumbuhkan Sikap Toleransi Dalam Berorganisasi Melalui Kegiatan ICRP

Komunitas Bahai bekerjasama dengan berbagai pihak mendedikasikan diri terlibat dalam upaya integrasi baik tingkat lokal hingga nasional. Kami percaya bahwa transformasi menuju kesatuan umat manusia terjadi dengan persatuan manusia.

Tiga peran utama adalah individu, masyarakat dan lembaga, ketiganya memainkan peran yang signifikan.

“Kami merenungkan pula tentang tujuan agama, sebagaimana di jelaskan oleh Bahaullah, bahwa tujuan agama adalah mentransformasi kehidupan batin dan kondisi lahiriah umat manusia. Kemampuan agama untuk menginspirasi, mentransformasi dan mempersatukan serta menumbuhkan kedamaian dan kemakmuran,” tambahnya.

Musdah Mulia, Pendiri ICRP juga hadir dalam perayaan ini ia mengungkapkan pertama kali hadir dalam perayaan Hari Naw-Ruz umat Baha’i pada tahun 2001.

Menurutnya refleksi yang penting dalam puasa adalah menyadari bahwa beragama lebih mengedapankan kemanusiaannya.

“Karena agama sepenuhnya untuk kemanusiaan,” ungkap Musdah.

Romo Johannes Hariyanto, Pendiri ICRP juga berbagi kisah, tentang bagaimana ia bisa mengenal Bahai yaitu dari Djohan Effendi dan ICRP.

ICRP sendiri secara prinsip menolak agama formal.

“Hak apa agama menentukan agama diakui atau tidak diakui. Indonesia umurnya belum 1000 rahun, bagaimana yg lebih muda menetukan agama ini boleh dan tidak boleh. Kami menolak prinsip agama resmi atau tidak resmi. Mari kita merayakan perbedaan, maka salah satunya bahwa agama harus menjadi jalan bukan tujuan,” tutupnya.

 

Penulis: Ai Siti Rahayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *