Kabar Damai |Jumat, 03 Juni 2022
Solok I Kabardamai.id I Moderasi beragama merupakan suatu perilaku, sikap, maupun pikiran yang mampu menjadi penengah, wasit dalam upaya mengikapi atau menyelesaikan berbagai persoalan yang berkaitan dengan agama baik pengamalan ajaran agama yang dianut oleh pemeluknya maupun terhadap perbedaan dan pertentangan yang berhubungan dengan masalah antar umat yang berbeda. Sehingga, segala persoalan yang dihadapi menghasilkan solusi, jalan keluar dengan menghindari kekerasan atau sikap yang sesuai dalam penyelesaiannya.
Hal tersebut diungkapkan oleh H. Zulkifli, S. Ag, MM, Kepala Kemenag Kabupaten Solok dalam kanal Moderasi Kemenag Kab Solok.
Menurutnya pula, moderasi beragama harus dipahami sebagai suatu sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri dan pengamalan terhadap praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan.
Ada beberapa hal atau poin yang menjadi bukti pentingnya memahami moderasi beragama. Pertama, moderasi beragama adalah sebuah keniscayaan karena agama yang paling cintai oleh Tuhan adalah agama yang lurus, moderat sebagaimana yang disampaikan oleh sabda rasul.
Kedua, kondisi Indonesia yang majemuk. Sebagai bangsa yang heterogen sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan hal baik dalam berbangsa dan bernegara yakni pancasila dalam NKRI yang disepakati bukan negara agama, tetapi juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai agama dijaga dan dipadukan dengan nilai-nilai kearifan dan adat lokal. Beberapa hukum agama dilembagakan oleh negara. Ritual agama dan budaya terjalin berkelindan dengan hukum dan damai.
Ketiga, kunci terciptanya toleransi dan kerukunan baik tingkat lokal, nasional dan juga global dengan cara moderasi inilah masing-masing umat beragama dapat saling memperlakukan orang lain secara terhormat, menerima perbedaan serta hidup bersama dalam damai dan harmonis.
“Karena kita yakin bahwa jaket boleh tidak seragam, pendapat boleh tidak sama, pikiran boleh berbeda tapi yang harus diingat kita berada dibingkai NKRI yang beridiologikan pancasila,” ujarnya.
Keempat, menguatnya ekstrimisme, radikalisme dan terorisme akibat dangkalnya pemahaman terhadap agama. Oleh karenanya, sebagian umat beragama yang menjadi pelaku tindakan kekerasan dan teror seringkali menyandarkan tindakannya pada teks-teks suci agamanya sendiri.
Baca Juga: Ahmad Nurcholish: Pentingnya Moderasi Beragama di Tanah papua
Lebih jauh, ia memaparkan bahwa ada beberapa indikator dari orang-orang yang berfikiran moderat. Pertama sikap tengah-tengah yaitu sikap tidak condong kepada ekstrim kanan, kelompok yang cenderung pada agama maupun kelompok ekstrem kiri seperti komunis.
Kedua, adalah sikap seimbang dalam segala hal termasuk dalam penggunaan dalil yang berasal dari penggunaan sumber rasional dan dalil yang bersumber dari Alquran dan hadist.
Ketiga adalah gerak lurus. Keempat adalah sikap toleransi dengan menghargai perbedaan, menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama namun dengan tidak berarti mengakui dan membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam apa yang diyakini.
Dari uraian diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, moderasi beragama adalah jalan tengah dalam beragama, seseorang tidak ekstrem dan tidak berlebihan saat mempraktikkan ajaran agamanya.
Kedua, seseorang dapat dikatakan moderat dalam dirinya apabila terdapat sifat pertengahan, kedua seimbang, ketiga toleransi dan keempat adalah berlaku adil.
Ketiga, dengan kondisi bangsa yang majemuk dan tantangan zaman yang semakin kompleks. Moderasi beragama diharapkan dapat menciptakan kehidupan generasi milenial yang kondusif dan jauh dari diskriminasi, ekstrimisme maupun radikalisme sehingga kehidupan berbangsa dan bernegara bisa kondusif, aman, nyaman dan harmonis.
Penulis: Rio Pratama