Oleh: Dr. Anil Dawan M.Th
Coaching dalam Tranformational Learning dalam Konteks Pandemi
Dalam situasi pandemi ketika banyak perusahaan mengalami tantangan ketika harus memperkerjakan staf dan karyawannya yang non esensial dengan bekerja dari rumah (Work From Home/WFH) apakah masih penting melakukan proses mentoring dan coaching? Dan bagaimana melakukannya sekaligus bagaimana ouput prosesnya?
Referensi yang membuat pemimpin lebih awal untuk penting melakukan couching adalah menyediakan pekerja dengan umpan balik performance. Coaching dalam perkembangannya adalah bagian dari setiap peran dari supervisor dan manager. Hal tersebut juga sebuah pelayanan yang disediakan untuk staf yang potensial atau eksekutif level atas. Bila ini dilakukan, seringkali konsultan eksternal yang bertemu secara teratur dengan individu selama periode tertentu memberikan saran dan bereaksi terhadap tindakan yang direncanakan pada pihak individu. Mentoring sering dikacaukan dengan pembinaan, tapi itu melayani tujuan yang berbeda. Pelatihan secara khusus difokuskan pada kinerja. Meskipun pendampingan dapat mencakup hal ini, tujuan utamanya adalah untuk pengembangan dan keuntungan pribadi seseorang, sedangkan tujuan utama pembinaan adalah untuk keuntungan organisasi. Mentoring bisa formal (ditugaskan oleh organisasi) atau informal (disediakan oleh seseorang yang hanya menaruh minat pada individu). Sekali lagi, bagaimana pembinaan dan pendampingan diterima oleh organisasi dan oleh individu akan sangat ditentukan oleh budaya individu dan organisasi yang terlibat. Antropologi dapat memberikan pemahaman tentang apa yang dapat diterima baik oleh organisasi maupun individu. Pendekatan antropologi ini dapat menyarankan cara untuk membuat pembinaan dan pendampingan dapat diterima, untuk kepentingan karyawan dan organisasi.
Kepemimpinan transformasional mempunyai pengaruh langsung terhadap coaching. Adanya pengaruh langsung kepemimpinan transformasional terhadap coaching dapat diartikan bahwa kepemimpinan merupakan faktor yang menentukan coaching karyawan. Hal ini disebabkan kepemimpinan transformasional sangat berperan dalam meningkatkan coaching. Hasil penelitian ini terdapat kesesuaian dengan kajian teoritik bahwa kepemimpinan transformasional sangat menunjang coaching. Coaching merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh coaches atau pemimpin sebagai pelatih untuk meningkatkan kinerja karyawan, dengan melakukan penekanan pada motivator pribadi, memberikan wawasan ke depan, membangun tujuan, menciptakan rencana pengembangan, serta mengenalkan prestasi yang dimiliki oleh karyawan. Coaching bertujuan meningkatkan kinerja yang lebih baik (Salim, 2014) karena membangun sikap mental dan staf menemukan jawaban dengan sendirinya.
Coaching dilakukan orang perorang atau kelompok sesuai dengan keperluan masing-masing. Hal ini dapat dilakukan secara tidak resmi atau secara resmi, dilakukan langsung di tempat kerja atau pada waktu khusus, dengan indikator yang berhubungan dengan motivator pribadi, wawasan ke kepan, tujuan, rencana pengembangan, dan prestasi. Coaching dalam transformational learning mencakup beberapa aspek yaitu: pengalaman, refleksi kritikal, dialog, pengalaman holistik yang mencakup tema mengenai ruang dan konteks lingkungan coaching, pembelajaran dan hubungan coaching, dialog, bahasa dan komunikasi, transformasi. Kepemimpinan transformasional yang berkualitas dapat membantu pelaksanaan coaching yang diharapkan memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan kinerja karyawan dalam perusahaan.
Baca Juga: Halili Hasan: Walikota Bogor, Malang dan Salatiga Tunjukan Gerak Maju Kepemimpinan Toleransi
Coaching dilaksanakan oleh para coach pemimpin sebagai pelatih yang pada dasarnya terdiri dari para manajer dan pimpinan, atau orang – orang yang dianggap mampu untuk memberikan coaching untuk meningkatkan kinerja. Pendekatan kepemimpinan transformasional menunjukkan tingkat kepedulian yang dibawa pemimpin untuk transformasi dan yang mempengaruhi tindakan yang mereka lakukan dan pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin berdampak pada setiap aspek kapabilitas dan pengalaman kepemimpinan perubahan, termasuk kemampuan pribadi untuk berubah, strategi perubahan yang dikembangkan, gaya kepemimpinan, dan keputusan mereka, pola komunikasi, hubungan dengan stakeholder, reaksi pribadi, dan hasil akhir mereka. Kepemimpinan transformasional, pemimpin senantiasa dalam bekerja memberikan inspirasi kepada pengikutnya untuk berkomitmen bersama mewujudkan visi, artinya mengharapkan pengikut bekerja sesuai dengan visi yang ada serta memberikan
Terkait dengan ruang dan konteks lingkungan coaching yang dimaksud adalah ruang lingkup dan konteks emosional yaitu ruangan yang aman dan pribadi. Pemimpin yang melakukan coaching kepada stafnya harus mengidentifikasi ruang lingkup dan konteks emosional dalam suasana yang aman dan nyaman, tidak menghakimi, tidak memburu atau memaksa, relasi yang terpercaya dan dipercaya, dan aktif mendengar (K. Sammut, 2014). Kredibilitas pemimpin dalam melakukan coaching kepada staf atau bawahanya bukan hanya harus dekat dan terpercaya dalam relasi emosional, namun secara fisik. Dalam pengertian waktu untuk mencoaching harus direncanakan dengan baik dan disepakati oleh kedua belah pihak, dan tempat harus disediakan dan dipersiapkan, baik pemimpin dan staf yang dicoaching. Tujuan utamanya adalah kualitas waktu yang didedikasikan untuk proses coaching dimana pemimpin dan stafnya dapat dengan tenang dan kondusif sehingga merasakan bahwa proses coaching adalah hal yang prioritas dan penting.
Dalam pembelajaran dan hubungan coaching perlu dilihat bahwa bingkai adalah pembelajaran bahwa kebutuhan pemimpin dan staf mengalami kemajuan yaitu meningkatkan pemahaman dan pengertian sadar dan tak sadar pikiran dan bagaimana mereka bisa bekerjasama. Membantu pemimpin dan staf memahami kekuasaan personal dan sebab serta akibatnya. Pemimpin dan staf sama-sama mengidentifikasi aspek-aspek otentik sebagai hal yang penting dalam relasi. Coaching yang dilakukan pemimpin adalah saat appraisal kesepakatan kinerja dan evaluasi yang dilakukan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan, dilakukan sebanyak 4 kali dalam 1 tahun fiskal. Meliputi kinerja rutin, inisiatif dan pengembangan individu. Sedangkan pengembangan individu meliputi: Achieving Capabilities: Semangat untuk Berprestasi Dimensi Intensitas dan Kelengkapan, Semangat untuk Berprestasi Dimensi Dampak Prestasi, komitmen terhadap organisasi dan empati. Dalam situasi pandemi semua proses coaching dan mentoring bisa dilakukan virtual, dengan menggunakan sarana-sarana yang ada seperti zoom, google meet, ms teams atau aplikasi lainnya.
Dr. Anil Dawan M.Th
Dosen Prodi Manajemen UPJ dan Aktivis Sosial Kemanusiaan WVI