Pendeta Christyo dan Perannya dalam Membangun Dialog Keberagaman di Lampung

Kabar Utama18 Views

Kabar Damai | Jumat, 12 Mei 2023

Lampung | Kabardamai.id | Membangun toleransi dan perdamaian antar umat beragama di sebuah tempat, bisa dimulai dengan membangun pandangan tokoh agama yang inklusif dan terbuka menerima keberagaman.

Bukan hanya menerima, para tokoh agama juga harus didorong dan mendorong semua umatnya agar menjadikan setiap keberagaman sebagai modal sosial untuk membangun bangsa. Inilah yang dilakukan oleh Pendeta Christyo, beliau adalah seorang pendeta yang bertugas di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan di Pringsewu Lampung.

Dalam perjumpaan di kegiatan Peace Train Indonesia Goes To Lampung-Palembang yang diselenggarakan oleh ICRP, pendeta yang juga merupakan bagian dari Forum Kerja Lintas Agama (FKLA) di Lampung ini menyampaikan tentang pengalaman, peluang, dan tantangan yang dialami dalam membuka dialog-dialog terbuka antar umat beragama.

Latar Belakang dan Riwayat Pendidikan Pendeta Christyo

Memiliki pemikiran yang terbuka dalam melakukan kerja-kerja membangun toleransi antar umat beragama, tentu saja menjadi sesuatu yang menarik untuk menggali latar belakang kehidupan Pendeta Christyo.

Terlahir dari keluarga yang plural, di mana keluarga ibunya yang muslim, menjadi penyebab mengapa Pendeta Christyo sudah menjalani kehidupan yang toleran. Ditambah lagi pendidikan yang beliau tempuh di Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) dalam bidang Islamologi.

Setelah menamatkan program pascasarjana di tahun 2002-2005, beliau ditugaskan di Sinode Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan menjadi koordinator manajer program untuk bidang program identitas dalam pluralisme.

Baca juga: Rombongan Peace Train Beranjak dari Lampung Menuju Palembang

Dari sini lah kemudian beliau mengembangkan dialog dengan berbagai pihak di Lampung, hingga berkembang lah sampai membentuk Forum Kerja Lintas Agama yang sudah ada di 8 Kabupaten yang ada di Provinsi Lampung.

Sejak kecil, Pendeta Christyo sudah bercita-cita menjadi pendeta. Beliau bercerita bahwa ia memiliki foto yang menggambarkan dirinya menggunakan pakaian pendeta. Hingga suatu hari ia bertanya pada orang tuanya “Apakah ada sekolah pendeta?,’ setelah itu ia benar-benar termotivasi dan menempuh pendidikan teologi untuk mencapai cita-citanya tersebut.

Melalui Beasiswa Sinode Gereja Kristen Jawa, kemudian beliau dipanggil ke Lampung untuk menjadi pendeta. Inilah menjadi awal perjalanan beliau sebagai pendeta di Gereja Kristen Sumatera Bagian Selatan di Pringsewu Lampung.

Dari perjumpaan dan latar belakang keluarga inilah yang menjadikan beliau memiliki pendekatan yang empatik dalam memandang keberagaman.

FKLA dan Pengaruhnya dalam Keberagaman di Lampung

Forum Kerja Lintas Agama (FKLA) memiliki perkembangan yang cukup baik dan menjadi kekuatan komunikasi antar lintas agama di Kabupaten-kabupaten Lampung.

Dari tokoh-tokoh yang ada di FKLA ini, kemudian banyak yang menjadi pengurus FKUB. Meskipun kini FKLA secara kelembagaan tidak bisa aktif lagi, tapi para pegiatnya masih sering bertemu. Adapun kerja-kerja kelembagaannya telah diambil alih oleh FKUB. Bahkan sekarang ketua FKLA sudah menjadi ketua FKUB di Provinsi Lampung.

Tantangan Membangun Dialog Keberagaman Antar Umat Beragam

Pendeta Christyo juga mengalami tantangan saat membangun dialoh keberagaman antar umat beragama, baik dari umat lain, maupun umatnya sendiri.

Ketika beliau berupaya untuk mengubah cara berfikir dan mencoba mengarahkan ke sesuatu yang lebih baik tentu tidak mudah. Umat yang dogmatis, akan beranggapan bahwa pendetanya yang keliru, juga terjadi segregasi di jamaah.

Pendeta Chrisyo bercerita ketika bekerja di keberagamaan ada umatnya yang berkomentar ‘Ngapain ngurus orang lain? Ngurus jamaat dan umat sendiri saja.’ Namun beliau tidak pantang menyerah dengan berbagai tantangan yang dialaminya.

“Ketika saya mengurus umat, saya tidak hanya mengurus umat sendiri, tetapi juga saudara-saudara dan rekan-rekan umat ini. Karena apa yang terjadi di keumatan seringkali bersinggungan dengan orang lain”. Ungkapnya

Pendeta Christyo juga menegaskan bahwa kalau tugas membangun keutuhan dan dialog antar umat beragama tidak dilakukan, itu sama saja dengan tidak melakukan tugas kependetaan dengan baik. Inilah yang menjadi semangat dan motivasi beliau untuk terus-menerus melakukannya sampai sekarang.***

 

Penulis: Vevi Alfi Maghfiroh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *