Kabar Damai I Minggu, 25 Juli 2021
Jakarta I kabardamai.id I Pernahkah kalian membayangkan, bagaimana jika hak Tuhan dan hak pemimpin disatukan? Tuhan jelas berbeda dengan pemimpin yang notabene diciptakan sebagai jabatan untuk memegang kendali makhluk hidup yang ia ciptakan. Tetapi apa jadinya ketika pemimpin diberi kekuasaan lantas seolah-olah menganggap dirinya sebagai manusia yang tak bisa disalahkan melebihi Tuhan?
Manusia paling sial di dunia adalah yang tak seorang pun berani menyalahkannya. Pemimpin paling berbahaya bagi rakyatnya adalah pemimpin yang semua orang tidak dapat mengemukakan sebuah kebenaran kepadanya, baik karena takut, kepentingan untuk menjilat, ataupun karena kemunafikan.
Tidak ada salahnya menaruh kepercayaan kepada pemimpin, tetapi ketika kepercayan itu berlebihan hingga berakhir kepada sebuah pengkhianatan. Itulah kehidupan manusia di zaman ini. Hak dan kewajiban dikesampingkan demi terciptanya pribadi yang mapan, berkesesuaian dan yang lebih penting tidak pernah disalahkan oleh para makhluk hidup baik itu manusia maupun alam semesta.
Buku ini menggambarkan kepada kita bagaimana keadaan pemimpin zaman sekarang yang lebih mementingkan amarah tanpa mengingat kepercayaan yang telah diberikan. Menganggap dirinya sebagai Tuhan seolah-olah apa yang mereka buat itu baik kebijakan, tindakan, perlakuan tak perlu disalahkan. Dengan buku ini penulis mengajak kita untuk mawas diri. Tidak hanya kepada pemimpin yang zalim dan jangan sampai terjebak menjadi rakyat yang zalim.
Baca Juga: Membaca Lagi Rumi
Tidak hanya berbicara soal pemimpin di masa sekarang, buku setebal 388 halaman ini memberikan sebuah alternatif bagi kita dalam menanggapi isu-isu negatif yang berkaitan dengan pemimpin. Terlebih lagi perihal tindakan kekerasan yang selalu mendominasi dalam setiap aksi demonstrasi marak dilakukan, tetapi buku ini memberikan pemikiran lain bagaimana menghadapi isu serta tindakan tersebut.
“Umpamanya, orang menjadi pemimpin karena ambisi pribadi. Menjadi pemimpin karena karier. Menjadi pemimpin karena direkayasa oleh sindikat penjudi dan penjahat. Menjadi pemimpin untuk menumpuk kekayaan. Ada juga karena dia memang tidak paham bahwa menjadi pemimpin adalah menjadi buruhnya rakyat. Sehingga, dia tidak sunguh-sunguh dan tidak lengkap menguasai peta permasalahan yang ditangani” – halaman 224.
Disamping penulisan buku yang cenderung menggunakan kata-kata familiar dalam kosakata yang sering kira temukan, tetapi kemudian kosakata yang digunakan masih berbahasa daerah. Sehingga bagi kita yang kurang mampu memahaminya akan sulit untuk menemukan inti pembahasan dari buku ini.
Walaupun demikian, buku ini banyak memberikan kita dampak positif terhadap pemimpin zaman sekarang. Dengan bahasa-bahasa yang tidak bermuatan politik tetapi lebih kepada sistem sosial kemasyarakatan. Sehingga setelah membacanya selain membuat kesadaran dalam pemikiran juga tidak berusaha mengkritisi pemimpin dengan gaya-gaya ekstrimis yang banyak terjadi saat ini.
Judul Buku : Pemimpin Yang Tuhan
Penulis : Emha Ainun Nadjib
Penerbit : PT. Bentang Pustaka
Cetakan : Ketiga, April 2019
Jumlah halaman : 388 halaman
ISBN : 978 602 291 512 6
Penulis: Ai SIti Rahayu