Kabar Damai | Kamis, 09 Juni 2022
Jakarta | kabardamai.id | Kawasan Pasifik semakin menjadi ajang rivalitas pengaruh di antara negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Tiongkok. Kawasan Pasifik sendiri merupakan kawasan yang paling dinamis. Tentunya, geopolitik yang diwanai dengan rivalitas negara besar ini, menimbulkan kekhawatiran akan terganggunya stabilitas keamanan dan potensi konflik yang akan terjadi.
Laus Deo Calvin Rumayom, Ketua Analisis Papua Strategis dan Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Cenderawasih, Jayapura Papua mengungkapkan Posisi Indonesia di Pasifik berada di daerah yang paling strategis karena terletak diantara tiga benua.
“Untuk itu Indonesia perlu membangun kekuatan dan strategi diplomasi Indonesia di kawasan Pasifik dengan menggunakan paradigma baru, lompatan baru dan juga pendekatan baru. Karenanya diperlukan model dan desain kontruksi yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut,” ungkap Laus dalam Papua dalam kegiatan Sarasehan Pemetaan Strategi Keamanan Indonesia di Pasifik yang diselenggarakan oleh Direktorat Pasifik dan Oseania Kementerian Luar Negeri RI Senin (30/05/2022).
Pentingnya Papua Bagi Dunia
Laus juga menerangkan tentang mengapa Papua penting bagi dunia? Papua saat ini, menduduki issue utama dalam dinamika ekonomi politik dan keamanan global. Papua dan Indonesia Timur harus menjadi poros maritim dunia yang kuat dengan infrasruktur dan sumber daya manusia yang memadai.
Indonesia perlu memperkuat sumber daya manusia di Papua untuk salah satunya untuk komositi, “Masa depan dunia ada di Pasifik. Maka dari itu, jika Indonesia membangun Papua maka hal ini juga berarti membangun kejayaan Indonesia,” terang Laus.
Memahami dinamika geopolitik dan geostrategi Pasifik, kita perlu melihat dari persektif masa lalu, kini dan masa depan. Papua hari ini adalah konstruksi geopolitik eksternal di masa lalu, sejarah menjadi saksi bagaimana pertimbangan politik dunia terhadap Papua semenjak ditemukannya tambang di tengah pegunungan Papua. Hingga saat ini, negara besar menetapkan kepentingan mereka di Papua.
Potensi Perdagangan Internasional di Papua
Wilayah papua juga memiliki komoditas-komoditas strategis yang dapat masuk ke dalam pasar Internasional di sejumlah Kawasan. Melihat potensi komoditas strategis wilayah Papua menjadi sebuah potensi besar bagi Indonesia untuk meningkatkan hubungan perdagangan dengan Kawasan Pasifik, terutama melalui wilayah Papua yang secara geografis memiliki posisi strategis sebagai jalur perdagangan Internasional Indonesia-Pasifik.
Potensi perdagangan Internasional yang dimiliki oleh papua bagi Indonesia, membuat pemerintah Indonesia harus menyiapkan langkah strategis untuk dapat mengembangkan potensi wilayah Papua sebagai jalur perdagangan Internasional Indonesia-Pasifik.
“Potensi besar yang dimiliki oleh Papua sebagai jalur perdagangan Internasional Indonesia-Pasifik harus dapat dioptimalisasi dengan meningkatkan pembagunan jalur konektivitas perdagangan,” tegasnya.
Konektivitas Perdagangan Indonesia di Kawasan Pasifik ini harus dibarengi dengan peningkatan kapasitas keamanandan pertahanan Indonesia di wilayah Papua yang menjadi arena rivalitas geopoliik oelh negara-negara asing.
Biak Numfor sebagai Zona Eksklusif Area
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan politik teknologi antariksa, Pulau Biak Papua menjadi zona eksklusif area untuk pelucuran satelit. Sejak era 1990-an Rusia juga sedang berusaha membangun system peluncuran pesawat antariksa ke luar angkasa secara komersial yang disebut sebagai Air Lunch (Peluncuran di Udara).
Pada tahun 1999 Rusia mendirikan Air Launch Aerospace Corporation (ALAC). Proyek Air Launch merupakan salah satu program antariksa Federasi Rusia untuk tahun 2006-2015 yang kemudian menarik perhatian banyak negara di dunia termasuk Indonesia
Pada tahun 20023, Air Launch Aerospace Corporation mulai mengadakan perundingan dengan Lembaga negara dan swasta Inodnesia yang membahas keikutsertaan dalam program antariksa tersebut.
Ketika Indonesia berkunjung ke Rusia pada Desember 2006, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Vladimir Putin menandatangani kerjasaa di bidang penelitian dan penggunaan ruang angkasa untuk maksud damai, serta mendukung terwujudnya proyek Air Launch.
Baca Juga: Peran Masyarakat Adat dalam Pembangunan di Tanah Papua
Proyek Air Launch Indonesia-Rusia ini merupakan proyek pembangunan pusat peluncuran satelit yang akan dilaksanakan di Pulau Biak Papua. Direncanakan peluncuran satelit akan dilaksanakan dari Bandara International Frans Kaisiepo Kota Biak pada tahun 2018.
Laus kemudian mengaskan, “dengan begitu, Biak menjadi satu satunya zona eksklusif area di Dunia. Tetapi hingga hari ini indonesa tidak mengembangkan potensi tersebut. Pasifik itu kecil. Pesawat itu harus disimpan di Biak jangan di Makasar.”
Melaui Proyek ini posisi Pulau Biak yang strategis dapat membawa Papua pada situasi yang sangat kompleks dalam persaingan bisnis dan kepentingan geopolitik dunia.
Indonesia Sebagai Bangsa Pasifik Selatan
Edy Prasetyono, Pakar Isu Pertahanan dan Keamanan, Universitas Indonesia memaparkan bahwa saat ini Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah ras Melanesia terbanyak dibandingkan negara-negara ras Melanesia lainnya, yang tersebar di lima Provinsi Melanesia di Indonesia.
Jumlah ras Melanesia di Indonesia berjumlah 13 Juta Jiwa tersebar di lima Provinsi di Indonesia. Yang tergabung dalam ras Melanesia adalah Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sementara ras Melanesia di negara lainnya hanya berjumlah Sembilan juta jiwa, yang tersebar di enam negara lainnya yaitu Papua Nugini, Timor Leste, Vanuatu, Kaledonia Baru, Kepulauan Solomon serta Fiji.
“Karena itu Indonesia berhak untuk mengklaim dirinya sebagai bangsa Pasifik Selatan. Seharusnya Indonesia sudah memiliki suatu kebijakan yang komprehensif mengenai bagaimana menyikapi Pasifik Selatan,” terangnya.
Strategi yang Perlu dilakukan Indonesia
Eddy juga menjelaskan tentang bagaimana strategi yang perlu dilakukan oleh Indonesia adalah dengan menjadi full member dalam Melanesian Spearhead Group (MSG), Keterlibatan Indonesia pada forum tersebut dapat memberikan sumbangsih positif akan terciptanya Kawasan Pasifik yang aman dan stabil.
Indonesia juga perlu mengamankan kepentingan Republik Indonesia dalam masalah Papua melalui pendekatan ke Australia, Amerika Serikat dan China.
“Hal penting lainnya adalah mendirikan beberapa pusat studi berupa Melanesia Culture Centre di Jayapura atau Kupang untuk mendorong kedekatan antara Indonesia dan Pasifik Selatan,”
Dari segi diplomasi seharusnya dibentuk utusan khusus Pasifik Selatan untuk kerja sama di bidang sosial budaya. Untuk memainkan perananan di Pasifik, Indonesia juga harus mendukung Papua nugini menjadi anggota aktif di ASEAN.
Indonesia juga harus memperkuat pertahanan di Indonesia bagian Timur, melakukan kerjasama maritim surveillance, melakukan pemberantasan Illegal, Unreported and Unregulated (IUU), transnasional crimes, penanganan bencana, ancaman lingkungan, dan perubahan iklim.
Melakukan Connecting People
Laus Deo Calvin Rumayom, juga menuturkan mengenai pentingnya pendekatan baru karena pendekatan birokrasi terlalu lambat, yaitu dengan melakukan connecting people.
“Diplomasi kita harus melihat bagaimana caranya melakukan connecting people. Masyarakat seharusnya tahu tentang apa yang bisa Indonesia lakukan di Kawasan Pasifik, karena Pasifik pasti menyediakan akses tersebut jika ada relasi yang terhubung,”
Contoh konkretnya adalah gereja yang bisa menjadi suatu basis, namun jarang disasar menjadi mitra strategis. Padahal, gereja di seluruh dunia terutama di Asia-Pasifik bisa memberikan masukan dan bantuannya terhadap gereja di Papua.
Salah satu media yang cukup kuat untuk mengkontruksi cara berpikir gereja-gereja di Papua adalah dengan riset yang dilakukan di Pasifik. Riset ini harus sampai pada tahap implementasi terhadap projek-projek antara agama dan pemerintah dengan Kementerian Agama. Peran Kementerian Budaya dan Pendidikan tentunya sangat dibutuhkan untuk mendukung riset-riset tersebut.
“Indonesia perlu melakukan riset mengenai konstruksi lokal bagaimana orang Papua melihat dunia, bagaimana mereka merespon dan bagaimana mereka menghadapainya. Seperti halnya bagaimana Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) memahami gereja-gereja di Papua atau bagaiamana PGI memahami gereja gereja di Pasifik dalam konteks theology masa depan gereja,” terang laus.
Ini akan sangat meneolong perspektif negara, karena negara, tidak bisa bergerak hanya karena regulasi tetapi harus connecting people atau membangun relasi.
Untuk melihat Indonesia kedepan kuat kita harus memposisikan Papua dalam kerangka Strategis Indonesia untuk Pasifik dan orang Papua harus mendapatkan perannya.
“Masa depan dunia ada di Pasifik, membangun Papua berarti membangun kekuatan dan kejayaan Indonesia di Pasifik,” tutup Laus.
Penulis: Ai Siti Rahayu