Pang Suma: Pejuang Dayak dan Peranannya Untuk Kemerdekaan

Kabar Utama91 Views

Kabar Damai Kamis, 09 Juni 2022

Pontianak I Kabardamai.id I Pang Suma adalah tokoh pejuang dari suku Dayak yang tinggal di Dusun Nek Bindang di tepian Sungai Kapuas di Desa Baru Lombak Kecamatan Meliau Kabupaten Sanggau. Anak ketiga dari enam bersaudara ini memiliki nama asli Bendera bin Dulung.. Namun ada pula yang menyebutnya Menera.

Arti nama Pang Suma itu sendiri adalah Bapak si Suma. Panggilan dengan menggunakan Pang merupakan satu kebiasaan penduduk setempat memanggil orang tua dengan menyebut nama anaknya yang paling besar. Ini dikarenakan agar lebih sopan dan hormat dari pada menyebut nama langsung orang tersebut.

Pang Suma adalah sosok pejuang yang menentang penjajah Jepang di Borneo Barat. Pangsuma menentang ketika Jepang masuk ke daerah Meliau dan memaksa masyarakat sekitar untuk bekerja paksa. Ketika Jepang masuk ke Meliau, masyarakat di sana dipaksa untuk berkerja paksa, salah satunya disuruh untuk menebang pohon, membawa batang-batang pohon yang besar.

Tatkala itu, Pangsuma yang telah beranjak dewasa dan memiliki jiwa pemberani, ia menolak segala bentuk penindasan yang dilakukan oleh Jepang. Pangsuma akhirnya bertekad untuk bergerilya melawan Jepang. Ia adalah sosok yang pemberani, hingga ia bergerilya melawan Jepang.

Baca Juga: Belajar dari Kerusuhan Sambas 1999: Konflik Suku Dayak-Melayu dan Madura

Menjelang akhir hayatnya, ia telah mendapatkan pertanda buruk. Ujung Nyabur (pedang) yang dimilikinya patah, sebelum ia menyerbu markas Jepang di Kantor Gunco (Camat) Meliau pada 17 Juli 1945. Pertanda itu pun menjadi kenyataan. Sebuah peluru menembus pahanya yang konon merupakan rahasia kekuatan dari Panglima Perang ini. Namun, disaat menahan kesakitan itu, ia sempat berpesan kepada rekan seperjuangannya yang membopongnya dari lokasi perang.

“Tinggal aja aku disito uda nada aku to idop lagi, pogilah kita, maju terus berjuang,” pesan Pang Suma dalam bahasa Dayak seperti yang dikutip dari “Pangsuma Riwayat Hidup dan Pengabdiannya” yang artinya tinggalkan saja saya di sini saya tidak bisa hidup lagi pergilah kamu maju terus berjuang.

Kegigihan seorang Pang Suma melawan tentara Jepang pada tahun 1945 telah membakar semangat masyarakat Kalbar yang lain ketika itu untuk mengusir penjajahan Jepang. Informasi kematian salah satu pejuang Kalbar dan Panglima Perang ini, tidak menyurutkan para anggota Perang Majang (pasukan pimpinan Pang Suma) saat itu untuk melanjutkan perjuangan. Mereka justru bergelora untuk mengusir Jepang dari Bumi Kalimantan Barat. Seperti di Ngabang yang dipimpin Panglima Batu, di Sanggau oleh Panglima Burung serta di Ketapang oleh Panglima Banjing dan Pang Layang. Mereka lakukan agar Jepang mengakhiri kekejamannya dan pergi dari Kalbar.

Nama beliau diabadikan pada gedung olahraga Pontianak, GOR Pangsuma. Gedung Olahraga (Gor) Pangsuma Pontianak, hingga kini masih ramai digunakan oleh masyarakat Kalimantan Barat, khususnya masyarakat Kota Pontianak, untuk melakukan aktivitas olahraga.  Perjuangannya adalah pengorbanan yang patut dijadikan berikan apresiasi bagi masyarakat Kalbar dan pemerintah meskipun dia dan keluarganya tidak mengharapkan imbalan apapun.

 

Penulis: Cindy Krisdayanti, Mahasiswa

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *