Mujizat Tuhan: Dari Pinggir Jalan Ke Sepanjang JalanNYA (Markus 10:46-52)

Mimbar Agama36 Views

Oleh: Pdt Iswari Setyanti

Sebuah lagu dengan judul “When You believe” menggambarkan relasi antara doa, mujizat dan pengharapan.

Many nights we prayed (Sepanjang malam kami berdoa),

With no proof, anyone could hear (Tanpa bukti, siapa pun bisa mendengar),

In our hearts a hopeful song (Di hati kami sebuah lagu yang penuh harapan),

We barely understood (Kami hampir tidak mengerti dan memahami)

Now, we are not afraid (Sekarang, kami tidak takut).

Although we know there’s much to fear (Meskipun kita tahu ada banyak yang harus ditakuti)

We were moving mountains (Kami memindahkan gunung)

Long before we knew we could, whoa, yes (Jauh sebelum kita tahu kita bisa, wah, ya)

There can be miracles (Keajaiban bisa terjadi)

When you believe (Ketika kamu percaya)

Though hope is frail, it’s hard to kill (Meskipun harapan itu lemah, sulit untuk dibunuh)

Who knows what miracles you can achieve? (Siapa yang tahu keajaiban apa yang bisa Anda capai? When you believe, somehow you will (Ketika Anda percaya, entah bagaimana Anda akan melakukannya),

You will when you believe (Anda akan melakukannya ketika Anda percaya)

Mujizat digemari dan diharapkan setiap orang. Mujizat juga memukau orang, tak terkecuali rasa kagum kepada mereka yang dipakai Tuhan untuk menyatakan mujizatNya. Saat pandemi melanda menyerang sendi-sendi kesehatan, ekonomi dan relasi antar manusia hingga cara kita beribadah dan bersekutupun menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Kita tetap bersekutu/berkoinonia melalui sarana online ataupun offline.

Saat ini teknologi menjadi sarana mujizatNya saat digunakan untuk kemuliaanNya, yaitu melayani Tuhan dan sesama. Dalam kondisi sulit terjepit, kita selalu bertanya apakah mujizatNya masih ada? Apakah saya adalah orang yang akan dilawatNya dengan mujizatNya? Melalui Pendalaman Alkitab kita belajar memahami dan mengalami MujizatNya dari pinggir jalan menjadi disepanjang jalan kehidupan dengan pasang dan surutnya.

Jika kita mengalami mujizat itu juga bukan berarti kita menjadi posesif rohani dimana mujizat kita klaim hanya menjadi milik kita. Tengok dan lihatlah juga ada kemiskinan disekitar kita, ketidakadilan merajalela, penderitaan umat manusia yang juga membutuhkan campur tanganNya. Melalui PA ini kita belajar dan memahami Bagaimana Cara Kerja Mujizat Tuhan dan supaya kita bisa mengalami mujizatNya di sepanjang perjalanan hidup kita.

 

  1. Mujizat Tuhan: Mengharumkan NamaNya di Tengah Penderitaan UmatNya

10:46 Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho. Dan ketika Yesus keluar dari Yerikho, bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan orang banyak yang berbondong-bondong, ada seorang pengemis yang buta, bernama Bartimeus, anak Timeus, duduk di pinggir jalan. 

Mujizat yang dilakukan Yesus ini terjadi dalam perjalanaNya ke Yerusalem, tepatnya di Kota Yerikho. Pada diri seorang bernama Bartimeus, anak Timeus yang duduk di pinggir jalan. Dari lokasinya, Yerikho memiliki seting lokasi yang menarik.

Baca Juga: Pertolonganku Ialah dari Tuhan

Yerikho dijuluki sebagai “place of fragrance” yaitu kota parfum yang menghasilkan berbagai wewangian, balsam, bunga, madu dan berbagai tumbuh-tumbuhan serta turunannya yang menghasilkan parfum yang wangi. Namun yang menjadi ironi disitu ada seorang pengemis bernama Bartimeus yang duduk di pinggir jalan. Di kota yang terkenal dengan parfum yang wangi, masih saja ada orang yang dianggap aib social dengan kemelaratan dan ketidakberdayaan orang miskin yang terabaikan.

Bartimeus adalah orang buta yang berprofesi sebagai pengemis. Keterbatasanya hanya memungkinkan dirinya bekerja sebagai pengemis. Peminta-peminta. Meskipun dalam jaman sekarang, ada banyak orang yang mengalami tuna netra.

Disepanjang jalan menuju ke gereja saya menemukan penjual kerupuk di Witana Harja, kadang tuna netra berprofesi sebagai tukang pijat, pengamen jalanan dsb. Mereka berupaya bekerja dengan segala daya dan kemampuan mereka.

Sebagai orang yang buta, maka Bartimeus hanya mengandalkan indera pendengaranya, sebagaimana dikatakan dalam 10:47 Ketika didengarnya, bahwa itu adalah Yesus orang Nazaret,  mulailah ia berseru: “Yesus, Anak Daud,  kasihanilah aku!”.

Pendengaran adalah indera yang menjadi sarana pertumbuhan iman, tatkala mata jasmani tak mampu melihat, mata rohani bisa dimaksimalkan fungsinya. Iman memang tidak berhubungan selalu dengan yang visual, namun juga bisa bersifat audio.

Nampaknya cara kerja iman itu diteguhkan dalam Roma 10:17 Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus”. Kata Pendengaran ditulis dengan akoe yang artinya: telinga yang mendengar berita. Berita kabar baik atau Injil Yesus Kristuslah yang menumbuhkan iman.

Di tengah kota parfum itulah iman Bartimeus bertumbuh karena pengajaran dan firman Kristus yang didengarnya. Iman dapat mengalahkan keterbatasan dan penderitaan, jika iman itu tumbuh dan tambah dan terus disirami dan diterangi oleh Firman Tuhan.

 

Bersambung ke Bagian II

Pdt Iswari Setyanti, Pendeta Jemaat GKI Pamulang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *