MUI adalah Perekat Bangsa!

Opini861 Views

Oleh: Albertus Patty

Pada hari Senin, 22 November 2021, saya mendapat kehormatan menjadi pembicara dalam Refleksi Akhir Tahun 2021 Lintas Agama yang diselenggarakan Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pusat. Pembicaranya hanya dua: saya dan KH. Dr. Abdul MoqsithGhazali, Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pusat.

Acara yang digagas MUI Pusat ini sangat penting dan momennya pun sangat pas. Mengapa? Karena paling sedikit 2 aspek.

Pertama, MUI sedang disorot akibat ditangkapnya salah seorang pengurus MUI Pusat oleh Densus 88. Oknum yang bersangkutan diindikasikan terlibat dalam terorisme. Meskipun penangkapan terhadap aktifis terorisme tidak ada hubungannya dengan jabatannya sebagai pengurus MUI Pusat, tetap saja penangkapan itu menaikkan suhu sosial-politik berupa pro-kon di masyarakat.

Kedua, situasi makin memanas dengan munculnya flyer yang seolah dibuat oleh PGI. Isinya mengerikan: dukungan PGI dalam pembubaran MUI. Tujuan flyer ini nampaknya untuk menghasut sekaligus menaikkan militansi umat Islam dan mengadu domba antar umat yang ujungnya bisa menimbulkan kekacauan di tengah masyarakat dan bangsa kita.

Pada Refleksi Akhir Tahun yang dibumbui canda dan tawa karena semangat persaudaraan dan keakraban itu, saya memiliki kesempatan untuk menyampaikan 4 hal penting.

Pertama, MUI adalah institusi agama yang sangat penting bagi terwujudnya integrasi sosial bangsa Indonesia yang majemuk ini. Kita semua harus ikut mengawal eksistensi MUI, sebagai aset bangsa. MUI memiliki posisi yang sangat jelas: anti radikalisme dan anti terorisme serta menjadi penjaga utama Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Tanpa MUI bangsa kita justru akan rapuh. Jelas: MUI adalah perekat bangsa!

Baca Juga: BPET MUI: 45,5% Aksi Teror Dipengaruhi Ideologi Agama

Kedua, saya kemukakan bahwa Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) tidak mungkin menerbitkan flyer yang mendukung pembubaran MUI. Flyer itu jelas dari provokator yang pastinya bukan penganut Kristen. Diksi yang digunakan sangat aneh dan tidak pernah digunakan oleh umat Kristen. Flyer yang menyudutkan MUI tidak mungkin dibuat oleh PGI karena secara institusional, antara PGI dan MUI memiliki relasi yang baik. Secara personal pun terjalin relasi yang sangat baik antara pengurus PGI dan pengurus MUI. Relasi yang baik ini yang membuat PGI dan MUI (serta KWI) selalu berkoordinasi di saat ada potensi konflik yang membahayakan bangsa kita. Oleh karena itu, adanya flyer yang menyudutkan MUI itu pasti diproduksi oleh provokator yang hendak memecah-belah bangsa kita. Pemuka agama dan masyarakat harus mampu bersikap kritis agar bangsa kita tidak terjebak pada konflik antar anak bangsa seperti yang terjadi di Irak, Suriah atau Yaman Selatan.

Ketiga, adanya beberapa peristiwa di atas mengharuskan semua institusi agama melakukan self-reflection dan self-correction. Semua institusi agama harus waspada pada kemungkinan dan potensi penyalahgunaan agama dan institusi agama oleh oknum-oknum tertentu untuk kepentingan primordial-sektarian, untuk kepentingan ekonomi atau untuk memenuhi syahwat politik. Institusi agama seperti MUI dan PGI harus berguna bukan saja untuk kepentingan umat, tetapi juga bagi kepentingan bangsa dan negara kita.

Keempat, sudah saatnya komunikasi dan dialog antar para pemuka agama dan antar masyarakat di akar rumput harus semakin diperbanyak. Relasi persaudaraan dan keakraban dengan ngopi dan canda bareng yang bersifat informal perlu dipersering. Integrasi sosial yang menjadi ciri budaya bangsa kita harus makin diperkuat dengan semangat persaudaraan demi keadilan dan perdamaian masyarakat, bangsa dan negara.

Salam Merdeka!
Jakarta 23 Nov. 2021

Pdt. Dr. Albertus Patty, Pendeta Sinode GKI, aktivis lintas agama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *