Kabar Damai | Selasa, 16 Mei 2023
Lampung | kabardamai.id | Nasir Ahmad Tahir merupakan Mubaligh Wilayah Sumatera Selatan (Sumsel). Ia berperan dalam memberikan kegiatan di internal seperti Tarbiyat, Ta’lim, dan lainnya maupun kegiatan ke eksternal Ahmadiyah.
Nasir mengungkapkan bahwa berdasarkan pengamatannya kondisi toleransi di Sumatera Selatan terkhususnya Kota Palembang telah mengedepankan kerukunan beragama yang ditandai minimnya konflik antarkelompok pun antaragama.
“Di Palembang ini tidak ada yang sensitif dan itu menjadi permusuhan. Tetapi justru dikarenakan kita berbeda, kita jadi saling menghormati dan menghargai,” tuturnya saat ditemui di Palembang, Sabtu (13/05/2023).
Di dalam Jemaat Ahmadiyah sendiri guna memperkuat relasi baik antar umat beragama, maka dibentuk badan pengurus khusus antara laki-laki dan perempuan dengan memisahkan kegiatan keduanya agar tak adanya batasan dalam ruang bergerak.
Peran badan pengurus laki-laki lebih kepada melakukan pendekatan dengan kelompok lain (Rabtah). Sedangkan, peran perempuan dalam badan pengurus ini melakukan kegiatan sosial dan kemanusiaan dengan masyarakat setempat seperti bantuan bencana, kunjungan panti asuhan, donor darah, hingga pengobatan gratis.
“Kita sudah berbaur dengan masyarakat setempat itu dengan baik, memperlihatkan bahwa kita ini seorang muslim dan juga kita mengamalkan ajaran Islam,” ungkapnya.
Secara internal guna menumbuhkan rasa toleransi, Ahmadiyah mengadakan pertemuan seperti pengajian dan rapat internal. Dengan adanya badan pengurus khusus laki-laki dan perempuan, di internal masing-masing tersebut pun terdapat kegiatan penanaman bagaimana mengamalkan ajaran Islam yang baik dan ajaran dalam menjunjung tinggi rasa toleransi.
“Kita harus menjadi agen yang mana kita pun menyampaikan hal-hal baik kepada orang-orang tersebut khususnya ialah orang-orang yang belum memahami Ahmadiyah seratus persen,” katanya.
Baca juga: Mengenal Pura Agung Sri Wijaya, Destinasi PTI ke 15
Dalam menghadapi situasi dengan masih adanya kelompok atau individu yang intoleran, Nasir mengatakan bahwa pendekatan persuasif pun dilakukan atau dengan menjalin persaudaraan baik terhadap ke sesama tanpa harus menyebutkan identitas agama.
Menurut Nasir, penanaman rasa toleransi pun utamanya harus disertai dengan adanya kesadaran di dalam diri terlebih dahulu. Ia turut menjelaskan bahwa menjadi tantangan tersendiri dengan masih adanya narasi intoleran dalam pemberitaan oleh media massa maupun melalui media sosial di tengah era cepatnya penyebaran informasi, karena justru ihwal tersebut akan menimbulkan polemik di tengah masyarakat.
“Masyarakat khususnya generasi muda harus bisa memilih dan tidak langsung menghakimi, karena merupakan tugas seorang muslim atau di dalam agama apapun berprasangka baik itu harus ada,” ungkapnya.
Tantangan lainnya, Nasir menuturkan dirinya lebih memilih menghindari diskusi dengan kelompok yang membawa sentimen karena nantinya akan membawa iklim yang tak sehat. Sebab dalam interaksi lintas agama atau kelompok lainnya, ia mengutamakan nilai bahwa tak ada paksaan dalam agama.
“Kalau misal ada dari kawan-kawan kita di masyarakat itu yang memang ingin mencari tau atau mencari wawasan, atau misalkan ingin bersilaturahmi, kita persilahkan. Bahkan lebih ke berdikusi itu lebih sehat gitu ya,” jelasnya.
Penulis: Hengky Roynaldo