Oleh : Dinda Oktaviani Azzahra
Moderasi beragama ada dan mulai berkembang pada 2019 yang ditetapkan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, dimana konsep moderasi beragama juga sempat mengalami polemik di masyarakat, ada perbedaan pandangan, ada yang menganggap moderasi beragama ini karya orang barat dan sama seperti bentuk radikalisme.
Pandangan ini pernah ramai diperbincangkan di salah satu media sosial yaitu Twitter pada bulan Oktober 2021. Ada juga yang menganggap konsep ini sebagai wujud persatuan dan kesatuan bangsa, terutama Indonesia negara yang kaya akan keragaman. Dari pro dan kontra yang terjadi, kita lihat dan pahami dulu arti dari moderasi beragama yang merupakan pandangan tingkah laku dalam melaksanakan kegiatan beragama dengan mengambil jalan tengah melalui toleransi atau menghargai berbagai perbedaan yang ada.
Dari arti, dan polemik di masyarakat, konsep moderasi beragama ini walaupun dianggap karya orang barat jika memberikan hal positif dalam beragama, mengapa tidak?, dan konsep ini lebih kepada membawa persatuan dan kesatuan bangsa dikarenakan sebagai penengah polemik, agar beragama tidak terlalu ekstrem, dan memperkuat toleransi di masyarakat.
Sekarang kita hubungkan konsep moderasi beragama dengan perayaan hari besar keagamaan, saya mengambil salah satu hari besar pada setiap agama yang diakui di Indonesia, di Islam ada perayaan idul fitri, di Kristen baik Protestan maupun Katolik ada perayaan natal, di Hindu ada perayaan nyepi, di Budha ada perayaan waisak, di Konghucu ada perayaan imlek.
Perdebatan semua agama yang diakui di Indonesia diawali dengan pengucapan selamat pada peringatan hari besar keagamaan masing masing agama, di agama Islam mengharamkan umatnya untuk mengucapkan selamat pada peringatan hari besar keagamaan agama lain dikarenakan dianggap mengakui keyakinan mereka.
Baca Juga: Pentingnya Moderasi Beragama
Sedangkan umat agama lain memperbolehkan umatnya untuk mengucapkan selamat pada peringatan hari besar keagamaan agama lain. Hal ini menimbulkan pertanyaan, lalu apakah Islam tidak toleransi untuk pengucapan selamat hari besar keagamaan lain, apakah umat Islam tidak turut berbahagia atas kebahagiaan saudara mereka yang berbeda keyakinan dengan mereka?
Hal ini bisa kita bahas melalui konsep moderasi beragama sebagai penengah adanya berbagai perbedaan dan polemik di masyarakat. Adanya keragaman bukan berarti toleransi yang dijalankan harus sama, cara toleransi yang dijalankan juga beragam. Bukan berarti umat Islam tidak toleransi untuk pengucapan selamat hari besar keagamaan , namun umat Islam menjaga umat beragama lain agar tetap pada keyakinan mereka, dan umat Islam sendiri tidak mengingkari aqidah ajaran dalam Islam sendiri.
Jadi umat Islam tetap toleransi pada umat beragama lain, turut berbahagia juga atas kebahagiaan umat beragama lain namun melalui cara toleransi yang berbeda. Dalam menerapkan konsep moderasi beragama melalui cara toleransi ini dijelaskan oleh Ustad Dwi Condro Triono, Ph. D melalui pengibaratan, jika saya artikan maksud dari pengibaratan itu cukup dengan mencintai agama yang kita anut masing masing, dan tidak mengganggu umat agama lain. Tidak perlu memaksa untuk mengungkapkan rasa cinta pada agama lain, hal tersebut malah akan membuat terganggu, atau memicu perdebatan.
Seperti itulah penerapan konsep moderasi beragama terhadap polemik di masyarakat pada setiap hari besar keagamaan. Konsep ini sangat penting ada di Indonesia karena banyaknya konflik tentang agama, moderasi beragama bertujuan untuk menertibkan semua umat beragama, membela umat beragama, dan membebaskan umat beragama menjalankan sesuai ajaran mereka masing masing, asalkan tetap aman, damai, dan sejahtera dalam hidup berdampingan, bermasyarakat, dan berbangsa.
Dinda Oktaviani Azzahra doazzahra05.dd@gmail.com , Prodi Studi Agama Agama Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya