Menjalani Kehidupan Manusia sebagai Seorang Junzi

Mimbar Agama77 Views

Manusia diciptakan Tian ke atas dunia ini berbeda-beda, baik jenis kelamin, warna kulit, bangsa dan negara. Dalam iman agama Khonghucu, manusia diciptakan Tian disertai dengan pemberian Watak Sejati (Xing 性), di antaranya:Z

1) Ren (仁), merupakan sifat cinta kasih yang berasal dari sifat ketuhanan Yuan (元). 2) Li (礼) merupakan sifat susila yang berasal dari sifat ketuhanan Heng (亨). 3) Yi (义), merupakan sifat kebenaran yang berasal dari sifat ketuhanan Li (利). Dan 4) Zhi (智) merupakan sifat Bijaksana yang berasal dari sifat ketuhanan Zhen (贞).

Baca Juga: Pergaulan Sehat Seorang Junzi (Susilawan)

Watak Sejati yang merupakan benih-benih kebajikan yang berasal dari sifat-sifat Tian tersebut memiliki pemahaman sebagai berikut:

1. Yuan (元) mengandung makna Maha Besar, Maha Mulia, Maha Esa, dan Maha Sempurna, yang menjadikan sifat Khalik

2. Heng (亨) mengandung makna Maha Menembusi, Maha Menjalin, Maha Meliputi, yang menjadikan sifat Akbar

3. Li (利) mengandung makna Maha Pemberkah, Maha Pengasih, yang menjadikan sifat Rahmat

4. Zhen (贞) mengandung makna Maha Benar, Maha Abadi Hukum-Nya, Maha Bijak, yang menjadikan sifat Kekal

”Firman Tian itulah dinamai Watak Sejati (Xing 性). Hidup berbuat watak sejati itulah dinamai menempuh jalan suci. Bimbingan menempuh jalan suci inilah dinamai Agama.” (Zhongyong Bab utama pasal 1)

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa Xing 性 merupakan pemberian dari Tian yang mendasar untuk manusia agar dapat menjalankan kehidupannya di dunia ini dengan baik dan benar sesuai yang difirmankan Tian. Namun perlu disadari bahwa Watak Sejati yang diberikan oleh Tian ini, hanya berupa benih-benih kebajikan. Bila benih ini tidak dirawat dan dikembangkan dengan baik dan benar, maka Xing 性 tersebut tidak akan akan mendatangkan manfaat dan berguna bagi dirinya dan orang lain. Seperti benih tanaman, wajib disiram dan diberi pupuk agar dapat terpeliihara dengan baik sehingga akan mendapatkan hasilnya untuk tumbuh dan berkembang serta menghasilkan bunga atau buah yang akan berguna bagi pemiliknya maupun orang disekitarnya.

Watak Sejati menurut iman Khonghucu merupakan kodrat manusia untuk berbuat Kebajikan, maka dalam ajaran Khonghucu disebutkan ”Bahwa Watak Sejati manusia pada dasarnya baik, karena lingkunyanlah menjadi buruk”. Agar manusia dapat merasakan adanya Watak Sejati Xing 性, dapat kiranya dipahami dan direnungkan ayat suci yang terdapat didalam kitab  “Mengzi berkata:”

Rasa hati kasihan dan tidak tega, tiap orang mempunyai. Rasa hati malu dan tidak suka, tiap orang mempunyai. Rasa hati hormat dan mengindahkan tiap orang mempunyai. Rasa hati membenarkan dan menyalahkan, tiap orang mempunyai. Adapun rasa hati berbelas kasihan dan tidak tega itu menunjukkan adanya benih cinta kasih. Rasa malu dan tidak suka menunjukan adanya benih menjunjung kebenaran. Rasa hati hormat dan mengindahkan menunjukkan adanya benih kesusilaan. Dan rasa hati menyalahkan dan membenarkan menunjukkan adanya benih kebijaksanaan.Cinta kasih, kebenaran, kesusilaan, dan kebijaksanaan itu bukanlah hal-hal yang dimaksudkan dari luar ke dalam diri, melainkan diri kita sudah mempunyainya. Tapi seringkali manusia tidak mawas diri. Maka dikatakan, ‘carilah dan engkau akan mendapatkannya, sia-siakanlah dan engkau akan kehilangan!’ Sifat orang memang kemudian berbeda-beda, mungkin berbeda berlipat dua sampai lima atau bahkan tidak terhitung , tetapi itu tidak dapat dicarikan alasan kepada watak dasarnya. (Mengzi VIA: 6/7)

Untuk menguatkan pemahaman di atas, dapat kiranya dibaca juga isi dari kitab Mengzi di bawah ini.

“Mengapakah kukatakan tiap orang mempunyai perasaan tidak tega akan sesama manusia? Kini bila ada orang sekonyong-konyong melihat seorang anak kecil hampir terjerumus ke dalam perigi, niscaya dari lubuk hatinya timbullah rasa terkejut dan belas kasihan. Ini bukanlah karena  dalam hatinya timbul keinginan untuk dapat berhubungan dengan orang tua anak itu, bukan karena ingin mendapat pujian kawan-kawan sekampung, bukan pula karena khawatir mendapat celaan. Dari hal ini kelihatan bahwa yang tidak mempunyai perasaan berbelas kasihan lagi itu bukan orang. Yang tidak mempunyai perasaan malu dan tidak suka itu bukan orang lagi. Yang tidak mempunyai perasaan rendah hati dan mau mengalah itu bukan orang lagi. Dan yang tidak mempunyai perasaan membenarkan dan menyalahkan itu bukan orang lagi. Perasaan belas kasihan itulah benih cinta kasih. Perasaan malu dan tidak suka itulah benih kebenaran. Perasaan rendah hati dan mau mengalah itulah benih kesusilaan . Dan perasaan membenarkan dan menyalahkan itulah benih kebijaksanaan. (Mengzi IIA:6/3-5)

Dari penjelasan ayat-ayat di atas, menjadi jelas bahwa manusia mempunyai Watak Sejati (Xing性) yang harus dikembangkan dan dipraktikkan nyata di dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.

Perlu dipahami, selain Tian menganugerahi Xing 性, Tian juga memberikan nafsu kepada manusia sebagai Daya Hidup Jasmani sebagai upaya kemampuan manusia untuk menggenapi kehidupannya. Daya Hidup Jasmani ini terdiri dari Gembira (Xi), Marah (Nu), Sedih (Ai) dan senang (Le). Peradaban manusia dapat bertahan sampai sekarang ini karena memiliki Daya Hidup Jasmani tersebut. Namun demikian, nafsu tersebut hendaknya digunakan secara bijaksana. Dengan nafsu seseorang bisa menjadi manusia yang berkembang dan dengan menuruti nafsu manusia bisa menjadi rusak kehidupannya.

Dalam ajaran Khonghucu “nafsu harus dikendalikan dan bukan juga untuk dimusnakan”. Nafsu-nafsu tidak boleh dimatikan karena akan melanggar kodrat kita sebagai manusia. Lalu bagaimana jika nafsu-nafsu tersebut timbul? Agama mengajarkan jika nafsu tersebut timbul maka jangan sampai melewati batas tengah harmonis. Dalam ayat jelas dikatakan.

“Gembira, marah, sedih, senang sebelum timbul dinamai tengah, setelah timbul tetapi masih tetap di dalam batas tengah, dinamai harmonis. Tengah itulah pokok besar dari pada dunia dan keharmonisan itulah cara menempuh jalan suci di dunia. Bila dapat terselenggara Tengah dan Harmonis, maka kesejahteraan akan meliputi langit dan bumi, segenap mahluk dan benda akan terpelihara  (Zhongyong Bab Utama : 4-5).

Dijelaskan dalam ayat di atas, bahwa manusia mempunyai nafsu-nafsu di dalam dirinya itu. Karena suatu keadaan tertentu, nafsu –nafsu tersebut akan timbul. Ketika nafsu tersebut timbul dan dapat dikendalikan serta mampu memposisi sikap tengah, maka manusia akan hidup  harmonis. Dan harmonis itulah jalan suci sebagai manusia.

Sebagai contoh nyata, ketika cinta seorang laki-laki diterima oleh seorang wanita belahan hatinya, maka tentu hatinya akan senang dan bergembira. Ketika rasa itu timbul masih di dalam batas tengah, tentunya pria ini akan merasakan senang dan bergembira. Tentunya akan membawa hal yang positif di dalam dirinya. Misalnya, termotivasi untuk semakin giat dalam hal belajar dan bekerja. Namun bila rasa gembira ini melebihi batas tengah, dikarenakan diterima cintanya, lalu diluapkan dengan cara merayakannya dengan meminum minuman berakohol sehingga menjadi mabuk, ini tentunya akan merugikan dirinya.

Di dalam kehidupan ini,  tentunya manusia tidak akan terlepas hidup dengan orang lain. Bahkan dalam kehidupan bersosial ini tidak terlepas adanya ketergantung dengan manusia lainnya. Maka untuk menjalani kehidupan manusia sebagai seorang Junzi, dia tidak akan terlepas dari Lima Hubungan Kemasyarakatan (Wu Lun) yaitu: 1. Hubungan antara atasan dan bawahan; 2. Hubungan antara Orang tua dan anak; 3. Hubungan antara Suami dan istri; 4. Hubungan antara kakak dan adik; dan 5. Hubungan antara kawan dan sahabat.

Agar kelima hubungan ini dapat berjalan dengan baik hendaknya melakukan prinsip Zhonghe 忠和. Zhonghe 忠和artinya tengah tepat. Artinya semua hubungan harus dilakukan dengan tepat, benar, dan semestinya, sesuai kedudukannya. Dan dalam implementasinya harus He 和 artinya; bersikap Harmonis.

Dalam pelaksanaan sikap Zhonghe 忠和 ini, dijelaskan dalam kitab Sishu bagian Mengzi IIIA:4/8):  1) Antara orang tua dengan anak ada kasih; 2) Antara pemimpin dengan pembantu ada kebenaran/keadilan/kewajiban; 3) Antara suami dan istri ada pembagian tugas; 4) Antara yang tua dan muda ada pengertian tentang kedudukan masing-masing; dan 5) Antara kawan dan sahabat ada sifat dapat dipercaya.

Tentunya di dalam kehidupan ini, sebagai seorang Junzi di manapun posisinya yang terkait dengan hubungan masyarakat ini, harus melakukan yang terbaik. Dan sebagai tuntunan atau pedoman dalam menjalankan Lima Hubungan tersebut, hendaknya berlandaskan sikap Tripusaka yaitu; Bijaksana (Zhi), Cinta Kasih (Ren), Berani (Yong).

Seorang Junzi dalam kehidupannya juga harus berupaya lebih baik dan lebih baik. Karena seorang Junzi itu menurut Nabi Kongzi “hidupnya selalu menuju ke atas”.

Ingatah! seorang Junzi berperilaku baik, bukan karena ia ingin dipuji, bukan karena ia ingin mendapat imbalan, dan juga bukan karena takut akan mendapat hukuman Tian. Namun apa yang dilakukan seorang Junzi karena yakin dan percaya, bahwa ini memang sudah kodrat yang seharusnya dilakukan manusia sebagai mahluk yang termulia di antara yang lain. Shanzai.

 

Ws. Gunawan S.Kom (Rohaniwan Khonghucu)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *