Kabar Damai | Kamis, 02 Mei 2022
Jakarta I Kabardamai.id I Perihal sholat sebagai kebutuhan manusia, Quraish Shihab menuturkan tentang sepengetahuannya seperti yang diungkapkan oleh seorang filsuf, pakar psikologi agama dari Amerika diawal abad 19.
Filsuf tersebut menyatakan ‘jika lihat masyarakat, manusia maka tidak bisa ditemukan disana pasar atau tempat hiburan namun pasti akan menemukan tempat sholat karena sholat adalah kebutuhan manusia, bukan kewajiban,”.
Menjadi kebutuhan karena didalam hidup manusia pasti punya harapan, punya kecemasan, Itu tabiat manusia sejak dulu dan harapan serta kecemasan itu boleh jadi pertama kali digantungkan pada sesuatu, atau manusia.
Tapi pada saat ia tidak memperoleh apa yang diharapkan itu maka ia akan kembali keatas, ketika itulah ia akan salat. Karenanya filsuf tersebut menyatakan, ‘orang akan tetap sholat selama manusia masih memiliki rasa cemas dan harap,”.
“Manusia butuh sholat supaya hilang kecemasannya atau terpenuhi harapannya, paling tidak jika tidak terpenuhi, dia sudah hidup dalam harapan dan penting hidup dalam harapan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa sholat itu perlu, apalagi orang yang merasa dekat kepada Tuhan, mencintai Tuhan. Nabi ketika ada kesulitan dan atau masalah, beliau selalu berkata, ‘ayo mari memperoleh ketenangan, bahagia dengan sholat,’.
Dalam prosesnya, dinyatakan bahwa Muhammad sempat bertanya dan bernegosiasi dengan Tuhan tentang berapa kali jumlah sholat dalam sehari. Menjawab hal tersebut, Quraish Shihab menuturkan ketika nabi mi’raj dan bertemu Tuhan, ada perintah sholat lima puluh kali dan diterimanya, namun dalam satu langit dan bertemu dengan Nabi Musa menyatakan itu berat sehingga meminta potongan dan dipotong lima dan seterusnya sampai terakhir lima rakaat.
Baca Juga: Menjadi Islam yang Inklusif
Riwayat ini boleh jadi diperselisihkan, tapi paling tidak mempunyai makna simbolik. Dalam ilustrasi, seorang anak yang disuruh oleh orang tuanya untuk membersihkan sepuluh kamar, menawar sembilan saja lalu kemudian delapan saja sampai tinggal satu.
Ketika sudah pada angka satu, mana mungkin enggan melaksanakannya, begitulah kira-kira sikap Muhammad kala itu. Terlebih jika kembali pada uraian tadi bahwa sholat itu adalah kebutuhan.
Ditanya tentang lebih penting tentang hubungan dengan Tuhan dibanding ritualnya. Menanggapi hal tersebut, Quraish Shihab mengibaratkan tentang adanya protokoler dalam banyak bidang, misal ketika hendak mengirim surat perlu perangko. Begitu pula dengan upaya berhubungan dengan Tuhan yangmana ada tata cara seperti halnya dengan sholat. Harus diingat pula bahwa sholat adalah pengagungan kepada Tuhan.
Tidak ada satu cara pengagungan yang dikenal oelh umat manusia sejak dulu sampai sekarang yang tidak terdapat dalam ritual sholat. Untuk hormat pada satu orang dengan berdiri tegak lurus, ada ruku, sujud, angkat tangan, bacaan yangmana semua itu tergabung dalam sholat yang diajarkan kepada Muhammad.
“Jadi, pada intinya pengagungan dalam sholat sambil berkata Allahu Akbar terdapat pengagungan berganda disitu. Itu pula yang menjadi gambaran kedekatan kepada Tuhan,” pungkasnya.
Penulis: Rio Pratama