Meningkatkan Kualitas Demokrasi untuk Masa Depan Bangsa yang Lebih Baik

Kabar Utama58 Views

Oleh M Abduh Hisyam

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Alhasyr/59: 18)

Ali ibn Ai Talib bersabda:

man kana yaumuhu khairan min amsihi fahuwa rabih, wa man kana yaumuhu sawa’an min amsihi fahuwa khasir, wa man kana yaumuhu syarran min amsihi fahuwa mal’un.”

Artinya: “Barang siapa yang pada hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia beruntung, apabila pada hari ini sama dengan kemarin maka dia merugi, dan barangsiapa yang hari ini keadaanya sama dengan buruk daripada hari kemarin, maka ia termasuk orang yang buntung (celaka).”

Kita berada di awal tahun 2022.  Mari kita bersyukur atas karunia Allah berupa umur anjang hingga kita dapat menghirup udara di tahun 2022.  Kita berharap di tahun 2022 kita akan mendapatkan kehidupan yang lebih berkah.

Berkah berarti ziyadatul khair, bertambahnya kebaikan.   Secara individu kita harus menjalani kehidupan lebih baik daripada hari-hari kemarin.  Tahun ini haus lebih baik daripada tahun kemarin.

Kita diwajibkan oleh Allah agar menjadikan apa yang telah kita perbuat di tahun 2021 cermin untuk kita merancang program kerja yang lebih baik di tahun 2022.

Orang yang bertakwa adalah mereka yang selalu beruaha menjadikan hidupnya lebih baik dari detik ke detik. Kebaikan individu yang disebut dalam alquran harus menjelma menjadi keaikan atau kesalehan social, dan kesalehan sosial harus mewujud ke dalam kesalehan publik.

Dan hendaknya ada di antara kamu komunitas yang mengajak kepada kebaikan, memerintahkan yang maruf dan mencegah kemungkaran.  Dan mereka adalah oang- orang yang Berjaya. (Ali Imran/3:104)

Apakah kesalehan sebuah masyaakat membuat keslehan itu terinstitusionaisasi di wilayah public? Ada sebuah kuadran yang digunakan untuk mengukur kesalehan public.

  1. Pribadi saleh – publik saleh
  2. Pribadi saleh – publik tidak saleh
  3. Priibadi tidak saleh – publik saleh
  4. Pribadi tidak saleh – publik tidak

Mari kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut peneitian Prof. Riaz Hasan dalam The Muslim Mind, Indonesia, Malaysia, Pakistan, Mesir, Iran dan Turki adalah negara dengan rakyatnya sangat beriman. Mereka hamper semua penduduknya peraya akan dadanya Tuhan. Indonesia, Malaysia, akistan dan Mesir, 90% rakyatnya percya adanya Tuhan. Iran 80% dan Turki 70%.

Baca Juga: Langkah Mundur Demokrasi di Indonesia

Dalam pelaksanaan salat lima waktu, Indonesia adalah terbaik. 96% rakyat Indoenesia melaksanakan salat lima waktu, itu lebih baik daripada Malaysia 90%, Mesir 90%, Pakistan 60%, Iran 60% dan Turki 33%.

Apakah kesalehan dan keimanan yang tinggi ini berkorelasi dengan tingginya kesalehan publik? Kesalehan publik adalah kebaikan yang terejawantah dalam kebijakan negara. Kesalehan publik yang diukur adalah di bidang: -etos kerja, demokrasi, disiplin waktu, HAM, tertib sosial, nilai-nilai keadilan, toleransi beragama, kejujuran, kesederajatan , kemanusiaan, taat terhadap hukum.

Dari pelbagai bidang yang menjai penilaian dalam Islamicity Indeks, kita lihat satu aspek saja, yaitu demokrasi. Saya menggunakan referensi dari Indeks Demokrasi  yang disusun oleh Economist Intelligence Unit (EIU), dengan tujuan untuk mengukur keadaan demokrasi di 167 negara di tahun 2020.

Pertama kali dipublikasikan pada tahun 2006, saat ini indeks didasarkan pada 60 indikator pertanyaan yang dikelompokkan ke dalam lima kategori berbeda, yaitu: a. Proses pemilihan umum dan pluralism, b. Kebebasan sipil, c.  Berfungsinya pemerintahan, c. Partisipasi politik d. budaya politik.

Karena persoalan teknis keterbatasan ruang, maka saya paparkan tiga saja, yaitu: patisipasi politik, budaya politik, dan kebebasan sipil.

Negara Peringkat Pertisipasi Politik Budaya Politik Kebebasan Sipil Skor Catatan
Indonesia 64 6,11 4,38 5,59 6,30 -0,18
Malaysia 39 6,67 6,25 5,59 7,19 +0,03
Pakistan 105 3,33 2,50 4,71 4,31 +0,06
Mesir 138 3,33 5 1,76 2,93 -0,13
Iran 152 3,89 3,13 1,47 2,20 -0,18
Turki 104 5,56 5,63 2,35 4,48 +0,39

 

Kita lihat negara-negara yang mayoritas penduduknya saleh, skore demokrasinya rendah.  Tentu dibandingkan dengan negara-negara Skandinavia.   Yang secara rendah kesalehan individunya, skore demokrasinya tinggi.  Sepuluh negara dengan skore demokrasi tertinggi adalah:  Norwegia 9,81, Islandia 9,27, Swedia 9,26, Selandia Baru 9,25, Kanada 9,24, Finlandia 9,20, Denmark 9,15, Irlandia 9,05, Australia 8,96, Belanda 8,96. Indonesia bahkan mengalami penurunan skore dibanding tahun 2019.  Indonesia turun 0,18. Indonesia posisinya sama dengan Lesotho, sebuah kerajaan kecil di barat daya Afrika dengan penduduk hanya 2 juta jiwa.

Dibandingkan dengan Turki yang sekuler, ternyata skore demokrasi kita lebih baik. Artinya sekularisme tidak serta merta kondusif bagi demokrasi.

Saya menyoroti kebebasan sipil dan partisiasi publik, karena di tahun lalu dua aspek itu sangat memprihantikan. Proses lahirnya UU yang sangat penting dan menyangkut hajat hidup orang banyak, yaitu UU Cipta Kerja, UU Minerba, serta UU KPK jauh dari partisipasi masyarakat. Masyarakat hanya di-fait acompli dan tidak memeliki daya tawar menghadapi kekuasaan yang cenderung menggerus demokrasi.

Demikian pula dengan kebebasan sipil. Banyak orang yang kini takut mengeluarkan pendapat, akibat represifnya negara menghadapi pihak yang bersikap kritis. Bukankah kritisisme dibutuhkan demi kemajuan bangsa dan negara.

Masyarakat harus bebas menunjukkan potensi kesalahan dalam kebijakan pemerintah.

Kebijakan yang baik adalah yang terbuka untu dicari kesalahannya.

Sebagaimanan dalam filsafat ilmu dikatakan bahwa pengetahuan yang ilmiah adlah pengetahuan yang dapat difalsifikasi. Maka di asa yang akan datang kebebasan public harus ditngkatkan, demi kuaitas demokrasi dan demi kehidupan yang lebih baik.

Jika kita dapat mengubah bangsa ini menjadi lebih baik dalam aspek demokrasi maka itu adalah perubahan yang sangat penting, dan semoga dengan perubahan itu kita bangsa Indonesia termasuk bangsa yang bertakwa.

Disampaikan pada Khutbah Jumat di Public Virtue, 7/01/2022

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *