Kabar Damai | Jumat, 01 Juli 2022
Jakarta I Kabardamai.id I Yasinta Indriyati, Psikolog dalam Kanal Berita KBR menjelaskan bagaimana anak muda khususnya generasi z sangat mudah terkena stress. Ia membenarkan bahwa diantara generasi yang lain, terdapat artikel yang menyebutkan bahwa gen z memang menjadi generasi yang cukup rentan terhadap stress.
Menurutnya pula, generasi z yang lahir pada era milenial yangmana akses informasi dan media serta teknologi sudah maju sehingga paparanan informasi yang begutu banyak membuat generasi z menjadi lebih mudah stress.
Misalnya karena ada media sosial yangmana gen z sudah kenal dari sejak kecil, ketika orang melihat media sosial maka ia akan membandingkan, menjadi seperti sama dan lain-lain sehingga seringkali generasi z menjadi masalah yang kemudian timbul yaitu overthink yang menjadi sumber awal dari masalahnya.
Oleh karenanya, ia menjelaskan penting untuk mengembalikan mood dan menghilangkan stress. Menurut Yasinta, terdapat dua tips sederhana yang dapat dilakukan. Pertama adalah dengan bersyukur, orang yang bersyukur akan menjadi lupa pada masalah dan juga mental health akan lebih baik. Orang yang bersyukur akan merasa bahagia dan kembali pada titik awal dimana ia akan sangat mensyukuri terhadap apapun yang ada pada dirinya. Kedua, adalah dengan menjaga asupan makanan. Kesehatan mental yang sehat identik dengan makanan yang sehat.
Stress dalam praktiknya banyak tidak dipedulikan banyak orang, tanpa disadari kemudian yang mengalami perubahan psikologis kondisi stress tidak sadar dan sampai muncul tanda-tanda yang muncul pada area fisik, contohnya misal kulit kering dan bersisik, rambut berketombe dan rontok, gangguan magh dan lain sebagainya.
Baca Juga: Kesehatan Mental di Kalangan Millenial
Menurut Asosiasi Psikologi di Amerika yang menjadi rujukan Yasinta sebagai psikolog, stress dibagi menjadi tiga macam. Pertama adalah stress akut dirasakan dalam keseharian yang berkaitan dengan hidup yang seringkali memberikan tekanan yang kemudian membuat stress. Strss ini biasa terjadi, namun jika dibiarkan dan menumpuk akan menjadi stress kedua.
Kedua adalah episodic, stress yang dapat mengubah mood sehingga membuat jadi lebih sering merasa cemas, insecure, mudah marah dan lain sebagainya. Jika stress ini dibiarkan akan bertingkat pada tahap selanjutnya yang disebut dengan stress kronis yang lebih berbahaya dan mengarah pada gangguan fisik karena dibiarkan secara berkelanjutan.
Stress adalah hal wajar, ketika hidup mengalami stress berarti ada rasa dimana hidup sedang tidak baik-baik saja. Artinya, aka nada fase bersyukur dimana hidup pernah berada difase yang pernah baik-baik saja. Walaupun stress wajar, namun ada batasanannya yaitu ketika sudah tidak dapat diukur dan atau ditangani hingga gangguan tidur dan sebagainya.
“Batasan untuk tau apakah stress masih wajar atau tidak berada pada diri sendiri sehingga penting untuk meningkatkan self awarness” tuturnya.
Stress tidak selalu negatif, stress juga dapat berdampak positif yaitu dimana stress kemudian disadari sebagai sebuah tantangan yang kemudian harus dilewati dan dicari jalan keluarnya.
Untuk menghadapi stress, Yasinta memiliki tips yang disebutnya dengan REST. RES merupakan sebuah singkatan yangmana R adala rileks, E adalah eatwell, dan S yang artinya adalah self love serta T yang berarti take and action.
“Penting untuk mengelola stress, karena saat ia datang kita dapat mengelolanya,” ucapnya.
Mengisi waktu luang agar dapat menjadi sarana memanajemen stress sangatlah penting, darisana menjadi letak dari bentuk menantang diri agar menjadi pribadi yang lebih baik dan juga lebih produktif.
Penulis: Rio Pratama