Oleh: Dr. Anil Dawan M.Th
Lokakarya (MPI) Membangun Paradigma Inklusif dengan tema “Api Injil Terus Menyala dari Tanah Papua” merupakan kegiatan yang diinisiasi dan diselenggarakan oleh PGLII, PGGP dan Wahana Visi Indonesia. Dilaksanakan di Hotel Horison Utima Entrop Jayapura Papua mulai dari tanggal 23-25 Februari 2022.
Yang menarik dari workshop MPI yang ketiga kalinya ini dan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari ini adalah menghasilkan program turunan berupa 5 (lima) program unggulan dan prioritas yang terdiri dari 2 (dua) program Pendidikan yaitu Integrasi Sekolah Minggu dan PAUD melalui program pembekalan guru Sekolah Minggu dan PAUD, Program Penggalangan Pendanaan.
Sedangkan bidang ekonomi, membuat 2 (dua) program unggulan dan prioritas yaitu pendataan pemberdayaan ekonomi jemaat dan pedagang di pasar Youtefa. Dan program unggulan di dalam menangani isu-isu sosial termasuk diantaranya adalah penanganan 60.000 pengungsi dan pembangunan shelter (penampungan sementara untuk para pengungsi) masyarakat korban konflik.
Acara Workshop MPI dibuka oleh Ketua II PGGP, Pdt Metusaleh P.A Maury S.Th yang mengharapkan supaya peserta workshop bersemangat dan menghasilkan program turunan dari hasil rekomendasi HPI dengan perspektif MPI. Hari Pekabaran Injil yang diperingati ke 167 oleh Persekutuan Gereja-Gereja Papua merupakan titik tolak membangun semangat iman, ketahanan pengharapan dan jangkauan kasih yang meluas, melintas batas.
Nuansanya nampak dalam hasil keputusan dan rekomendasi konferensi para pemimpin gereja dalam rangkaian Hari Pekabaran Injil. Workshop MPI merupakan bagian dari rangkaian HPI yang menegaskan bahwa kehadiran gereja-gereja Papua adalah sebagai umat Allah yang dipanggil untuk menghadirkan tanda-tanda Kerajaan Allah yang dinampakkan dalam kepeduliaan untuk berkontribusi dalam menyelesaikan masalah Pendidikan, ekonomi dan isu-isu sosial di Papua.
Baca Juga: Pembelajaran Paradigma Baru dan Berdiferensiensi Melalui Kurikulum Merdeka
Salah satu masalah utama yang diulas, dibahas dalam penyusunan program adalah belum terintegrasinya antara Sekolah Minggu dan PAUD yang tidak integratif disebabkan oleh berbagai akar masalah perbedaan doktrin, kurangnya dukungan stakeholder dan minimnya pendanaan, serta belum adanya system rekrutmen, kurikulum dan sebagainya. Penyusunan program lainnya di bidang ekonomi dan isu-isu sosial terkait dengan penanganan pengungsi juga menggunakan alat analisa MPI.
Seluruh Peserta yang terdiri dari 13 peserta Para Pendeta dan Pimpinan Gereja dan Pastor, 7 Fasilitator, 2 co-fasilitator plus panitia sangat antusias mengikuti tahapan-tahapan refleksi, analisa sosial pohon masalah, analisa keberagaman, analisa urutan waktu, analisa program dan analisa partner. Tanpa segan para pemimpin gereja ini juga mengungkapkan pendapat, ide dan gagasan, saran dengan diskusi yang hangat.
Suasana workshop juga cair dan meriah semangat karena di sela-sela acara diselingi aktivitas ice breaker games, dan dance yang membuat para peserta bergerak dan tawa tergelak serta menumbuhkan antusias semangat kembali.
Seluruh sesi dalam workshop dilakukan dengan prokes (protokol kesehehatan), bahwa panitia juga menjaga protokol kesehatan dengan ketat seperti penggunaan masker, penyediaan hand sanitizer, menjaga jarak dan juga saling mengingatkan antar peserta untuk terus dengan disiplin mematuhi protocol kesehatan demi keamanan dan mencegah penyebaran covid 19.
Di akhir acara workshop, selain diisi dengan komitmen para peserta untuk melanjutkan MPI ke tempat pelayanan masing-masing. Beberapa ungkapan komitmen peserta dinyatakan demikian: “Saya berjanji untuk bersikap inklusif terhadap siapa saja” ungkap Pdt. Johny Sugianta S.Th yang diungkapkan dalam tulisan komitmennya.
Demikian juga diekspresikan oleh Pdt. Yan Braher Tomasoa “Saya berkomitmen mulai hari ini akan mulai terbuka dan melibatkan banyak pihak dalam pelayanan saya, serta menggunakan analisa sosial untuk melakukannya”. Penutupan workshop juga diteguhkan oleh Firman Tuhan yang disampaikan oleh Sekum (Sekretaris Umum) PGLII, Pdt. Tommy Lengkong M.Th tentang tema “Hidup yang Berguna Bagi Sesama”.
Makin terasa lengkap dan paripurna, karena peneguhan dan pengutusan melalui Firman Tuhan untuk Membangun Paradigma Inklusif yang merupakan suatu upaya gereja untuk menghadirkan diri sebagai persekutuan orang percaya yang saling berkolaborasi dan memberikan nilai guna bagi sesama. Selamat ber-MPI dan selamat mempraktekkan hidup yang berguna bagi sesama.
Dr. Anil Dawan M.Th
(Manajer Faith and Development WVI dan Fasilitator MPI)