Kabar Damai | Kamis, 07 April 2022
Jakarta I Kabardamai.id I Mukhtar Khairi, eks napi teroris Jaringan Dulmatin melalui kanal Suara Setara menceritakan motivasinya terlibat dalam jaringan teror serta upaya-upaya radikalisme dan terorisme yang ia ikuti.
Diawal pemaparannya, ia mengungkapkan bahwa awal ketertarikan dan bergabungnya ia dengan jaringan teror karena ia yang memang menyukai hal-hal yang berkaitan dengan hal-hal heroik, kepahlawanan dan keberanian.
Terlebih, baginya dalam Islam sifat berani adalah sifat yang mulia dan dimiliki oleh para sahabat nabi, hal-hal yang menantang adrenalin ini menjadi alasannya dalam tergabung dalam jaringan teror dahulu.
Menurutnya pula, kelompok teror juga kerap menyebarkan paham-pahamnya pada masyarakat dengan membungkus pemikiran tersebut dengan agama. Hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri dalam proses rekrutmen kelompok teror sehingga banyak yang kemudian tertarik untuk bergabung pada kelompok tersebut. Selain itu, penerapan syariat Islam secara utuh serta ganjaran pahala bagi mereka yang dianggap mau berjuang dijalan Allah.
Prosesnya mengalami radikalisasi dimulai dari keluarga yang religious. Sejak kecil, ia dididik pada lembaga pendidikan Islam. Sejak lulus dari perguruan tinggi, ia kerap diajak mengikuti sebuah pengajian yang sifatnya eksklusif atau tertutup yangmana pesertanya selalu sama dan terbatas.
Baca Juga: Kepala BNPT: Virus Intolerasi, Radikal, Terorisme lebih berbahaya dari Virus Covid-19
Pada pengajian yang ia ikuti tersebut dahulu, ia menyatakan selalu ada penyampaian narasi-narasi bahwa pemerintah adalah kelompok yang selalu dzalim pada rakyat sehingga menyebabkan emosionalitasnya. Terlebih, pernyataan-pernyataan yang ada didukung oleh dalil quran dan hadist yang menyebabkan kebencian pada pemerintah semakin besar setiap waktu. Darisana, ia tergabung dalam pelatihan dan gerakan teror.
Pemahaman ekstrem ini dia umpamakan hampir mirip dengan pandemi covid yang mana apabila telah terjangkit maka akan sangat mudah baginya untuk menularkan kepada orang sekitar. Semua golongan dapat terpapar dan kemudian terpapar dalam kelompok ini tanpa melihat strata pendidikan dan sosialnya dalam masyarakat.
Setelah mengalami proses hukuman penjara terdapat banyak upaya untuk keluar dan berubah dari jaringan teror dan meninggalkan sisi radikalisme dalam diri Mukhtar. Menurutnya, upaya tersebut dimulai dengan membaca artikel-artikel yang ditemukannya yang ditulis oleh para ulama tentang penyimpangan ISIS.
Setelahnya, ia mencocokkan dan melihat bagaimana penyimpangan dan perilaku ISIS di Suriah maupun di Indonesia yang menurutnya benar secara atitute memang brutal dan kurang berakhlak secara lisan dan perbuatan serta menyukai pembunuhan.
Melalui proses tersebut, ia ragu pada jaringan radikal dan belajar dari ustad yang lain dan mendapat mengucilan dari teman-teman radikalnya. Dari pengucilan tersebut, ia semakin menjauh darinya.
Hal mendalam lain yang membuatnya kembali pada jalan yang benar ialah ketika ia dipertemukan dengan keluarga penyintas korban radikalisme. Ia mulai berempati dan menyadari kesalahan dari gerakan yang ia ikuti sebelumnya.
Saat ia mendekam di LP Cipinang dalam proses hukuman, para napiter juga didatangkan dua ulama besar yang moderat oleh BNPT. Selain itu, cara yang dilakukan ialah dengan mengajak para napiter untuk berempati dan bernurani sehingga kesadaran muncul dari benaknya masing-masing.
Perempuan dalam Jaringan Teror
Keterlibatan perempuan dalam jaringan teroris jika dilihat secara histori sudah ada sejak zaman sahabat nabi. Lebih jauh, ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan hingga saat ini kemudian menjadi komoditas yang terpapar dan terlibat dalam jaringan teroris.
Pertama bisa jadi karena posisinya sebagai istri yang ikut perintah suami, kedua karena faktor ekonomi dan juga keterbatasan wanita dalam mengakses info tentang radikalisme. Faktor inilah yang menjadi alasan mengapa wanita bisa terlibat dalam gerakan terorisme yang ada.
Penulis: Rio Pratama