Masjid Cheng Ho Palembang, Destinasi Peace Train Indonesia 15 Bukti Multikultural Bumi Sriwijaya

Kabar Damai | Senin, 15 Mei 2023

Lampung | kabardamai.id | Mengenal keberagaman dan ajaran antar umat beragama bisa dilakukan dengan cara mengunjungi tempat ibadah dan berdialog dengan pemuka agama dari tiap-tiap agama dan kepercayaan yang ada di Indonesia. Hal ini dilakukan agar bisa terjalin sikap saling terbuka dan toleransi antar sesama.

Salah satu destinasi tempat ibadah yang dikunjungi oleh peserta Peace Train Indonesia 15 Goes to Palembang Lampung adalah Masjid Cheng Ho Palembang. Masjid dengan nama lengkap Masjid Raya Ceng Ho Palembang atau biasa disebut Masjid Sriwijaya ini memiliki corak nuansa perpaduan antara budaya lokal Palembang, Islam, dan Tionghoa Cina.

Masjid yang berlokasi di Komplek Jakabaring ini berdiri atas prakarsa pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia serta tokoh masyarakat lainnya di daerah tersebut. Dibangun di atas tanah wakaf dengan bantuan berbagai pihak, masjid dengan bangunan dua lantai ini mulai digunakan sejak tahun 2008.

Tampak dari bangunannya, Masjid Cheng Ho Palembang memiliki kesan yang unik dan menarik. Dengan penggunaan kombinasi warna merah, hijau, dan kuning emas, masjid ini menegaskan tentang akulturasi budaya dan agama dalam desain arsitekturnya.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Sulaiman, ketua Masjid Cheng Ho dan Pembina Persatuan Tionghoa Indonesia di Palembang saat mengantar para peserta Pecae Train berkeliling masjid, ia menjelaskan bahwa gaya arsitektur lokal Palembang terletak pada bentuk kamar mandi dan toilet masjid ini.

Adapun menara tower dan warna merah yang mendominasi bangunan masjid ini merepresentasikan budaya Tionghoa China. Sedangkan nuansa kaligrafi berbahasa Arab dengan potongan ayat-ayat al-Qur’an, serta warna hijau yang ada di masjid ini menggambarkan corak Islami.

“Dulu karena masih ada diskriminasi terhadap orang muslim Tionghoa Cina, maka para sesepuh berinisasi mendirikan Masjid Ceng Ho ini di atas wakaf berbagai pihak” Ungkap Pak Sulaiman.

Dibangun di atas luas tanah 6.000 meter dan menjadi satu-satunya masjid Tionghoa di Palembang bahkan Sumatera Selatan, setiap bulannya menjadi tempat mualaf Tionghoa Cina untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

Sebagai mualaf di usia 22 tahun dan satu-satunya yang beragama Islam di antara 12 bersaudara yang beragam, Pak Sulaiman memiliki semangat untuk membantu para mualaf lainnya dalam menyelesaikan beberapa persoalan. Salah satunya adalah membantu mengajarkan tata cara beribadah dan juga mengurus jenazah mualaf agar dikebumikan dengan cara Islam, meskipun keluarga lainnya bukan muslim.

Bukan hanya jamaah muslim Tionghoa Cina yang meramaiakan masjid ini, bahkan para pribumi Palembang, keturunan India, dan para habaib juga melakukan shalat berjamaah dan mengadakan kajian agama di sini.

Bahkan ada rumah dinas yang disediakan oleh pengurus Masjid Cheng Ho Palembang untuk tempat tinggal imam, yang merupakan seorang habib al-hafidz penghafal al-Qur’an.

Meskipun ada beberapa Masjid Cheng Ho yang ada di Indonesia, seperti Surabaya, tetapi di antara semuanya tidak ada ikatan khusus. “Kami tetap saling terhubung meski bukan dari satu ikatan yang sama, tapi yang jelas Masjid Cheng Ho ini pasti didirikan oleh mualaf Tionghoa Cina” Pungkas Pak Sulaiman saat menjawab sesi tanya jawab bersama peserta Pecae Train Indonesia 15.

Kunjungan ke salah satu ibadah umat muslim di Masjid Cheng Ho, menjadi sarana para peserta yang beragama dan berkeyakinan beragam ini untuk saling mengenal dan berdialog satu sama lainnya.***

 

Penulis: Vevi Alfi Maghfiroh

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *