M. Syauqillah: Fenomena Terorisme Terjadi di Beberapa Agama dan Ideologi

Kabar Utama224 Views

Kabar Damai I Minggu, 04 Juli 2021

Jakarta I Kabardamai.id I Isu terorisme merupakan hal yang kerap didengar dan terjadi dibanyak negara. Satu diantaranya di Indonesia. Isu ini menjadi atensi dan perhatian publik seiring dengan dampak yang besar dan potensi terjadi pada siapa saja.

Syauqillah, Akademisi/Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stretejik dan Global UI melalui kanal youtube SETARA Institute menjelaskan tentang akar terorisme.

Menurutnya, terorisme berasal dari ideologi yang menganggap dirinya paling benar dan yang lain adalah salah.

“Akar terorisme berasal dari ideologi, intoleransi itu berasal dari pemikiran yang mengatakan sayalah orang yang paling benar dan yang lain salah.  Fenomena itu terjadi dibeberapa agama dan juga ideologi,” ungkapnya.

Baca Juga: Cegah Terorisme, BNPT Bersinergi dengan Tokoh Masyarakat Merauke

Ia juga menambahkan, praktik-praktik semacam ini akan terus ada selagi pemikiran intoleran masih ada. Termasuk yang ada di Indonesia.

“Selagi masih ada ideologi atau pemikiran yang intoleran atau misal dalam konteks keagamaan selama itu ekstrimisme akan ada dibelahan dunia manapun. Hal ini sulit karena kelompok itu sudah ada di Indonesia sejak masa lalu,” tambahnya.

Seiring terus berkembangnya zaman, terorisme semakin berkembang. Kini, anak-anak muda kemudian menjadi taget atau sasaran dari gerakan tersebut.

“Generasi muda sangat menyukai hal yang baru, berbeda dengan sesuatu yang mainstrem kemudian tertarik dengannya,” tuturnya.

Hal ini didukung oleh berkembangnya teknologi, pengemasan konten yang menarik dari kelompok intoleran terbukti berpengaruh pada pola rekrutmen yang mempengaruhi ketertarikan anak muda.

“Apalagi pengemasan ideologi juga baik sekali, tidak hanya secara manual namun juga menggunakan media sosial yang masif. Kelompok intoleran seperti ISIS bisa mengemas konten-kontennya sehingga generasi muda ini bisa tertarik dari berbagai sisinya,” tambahnya.

Terakhir menurutnya, perkembangan teknologi dan sosial media banyak kegunaannya dan memang terbukti berpengaruh. Walaupun demikian, pola offline juga tidak dapat dilupakan karena peranannya juga sangat besar dalam proses menarik masa guna tergabung dalam terorisme.

“Sekarang media sosial fungsinya banyak, untuk rekrutmen, propaganda, konsolidasi, untuk pendanaan dan macam-macam,”.

“Namun berkaca dari dari tahun 2020 dalam kasus yang ada, online atau media sosial iya, namun yang offline juga berpengaruh,” pungkasnya.

Penulis: Rio Pratama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *