Kabar Damai I Kamis, 10 Agustus 2023
Yogyakarta I kabardamai.id I Listia Suprobo, Koordinator Bidang Penelitian Perkumpulan Pengembang Pendidikan Interreligius Yogyakarta mengajak peserta Pelatihan Kepemimpinan Pemuda Lintas Agama Kota Yogyakarta-Magleang untuk belajar tentang pluralisme dari pemimpin bangsa yaitu TH. Sumartana.
Listia mengungkapkan Sumartana adalah tokh bangsa yang perlu dikenal oleh pemuda lintas iman. Sumartana, sangat intens dengan pengalaman hidupnya sebagai sumber perenungan yang melahirkan pergulatan teologis terkait akar kekristenan di Indonesia, akar persoalan dalam hubungan antarkelompok di dan bagaimana mendorong agama-agama kembali pada misi awalnya menjawab persoalan sosial-kemanusiaan.
Teologi Sumartana dapat dilihat melalui karyanya terutama disertasinya yang berjudul “Mission at the Crossroads: Indigenous Churches, European Missionaries, Islamic Association and Socioreligious Change in Java 1812-1936”
“Dalam disertasinya, Sumartana memberikan kritik atas misiologi yang berkembang yang cenderung menolak pihak lain yang berbeda. Kritik atas misiologi menekankan keunggulan kultural dan superioritas teologis, tidak dialogis,” ungkap Listia, Kamis 10 Desember 2023 di Rumah Jawa Apik, Yogyakarta.
Baca Juga: Romo Johannes Hariyanto Ajak Peserta PKPLA Mengenal Pemimpin dan Kepemimpinan
Kritik yang Sumartana berikan diperkuat dengan gagasannya tentang teologi yang mengakar dalam kultur masyarakat, teologi yang mengupayakan emansipasi dalam soal sosial ekonomi politik dan keterhubungan dengan lokalitas.
Inspirasi Kartini
Dalam disertasi Sumartana secara khusus mengulas dialog Kartini dengan sahabat penanya Ibu Van Kol , Steela Zeehandelaar dan Nyonya Andriani.
“Agama dimaksudkan untuk memberi berkah, untuk memberi tali persaudaraan diantara semua mahluk Allah, berkulit putih atau coklat. tidak pandang pangkat, perempuan atau laki-laki. kepercayaan semuanya kita ini anak Bapa yang Satu Itu, Tuhan Yang Maha Esa”
“Betapa pun jalan-jalan yang kita lalui berbeda, namun kesemuanya menuju tujuan yang sama yaitu kebaikan. Kita juga mengabdi pada kebaikan Yang Tuan sebut Tuhan dan kami menyebutnya Allah”
Listia juga menerangkan mengenai respons teologi Kristen yang bisa diteladani dari Sumartana yaitu terhadap realitas kemajemukan agama. Menciptakan kehidupan bersama yang tidak ada satu agama menghegemoni agama lain yang diakui. Semua agama diakui dengan semua keunikannya secara setara.
“Sumartana mengajak kita untuk menjadikan dialog antaragama sebagai keniscayaan agar agama-agama dapat menghadapi persoalan bersama,” terang Listia.
Dialog bukan hanya mewujudkan tetapi untuk mewujudkan tatanan hidup bersama yang dapat menjamin kemaslahatan dalam kehidupan bersama. Sumartana Mengajak agama-agama untuk kembali pada
misi awal sebagai jalan-jalan keselamatan, bukan keselamatan itu sendiri.
Pluralisme sebagai kenyataan untuk saling belajar di tengah banyaknya pengkutubaan, bukan sekedar untuk dipelajari, namun untuk mewujudkan kemaslahatan bersama melalui refleksi dari dialog pengalaman perjumpaan.
“Dari Sumartana kita belajar bahwa pluralisme adalah bagian dari pilar-pilar demokrasi. Semua lembaga negara, lembaga kemasyarakatan maupun partai politik harus mengakomodir kenyataan kearagaman dengan pluralisme sebagai pandangan yang mengejawantah dalam praktik,” pungkasnya.
Penulis: Ai Siti Rahayu