Konsekuensi dari Khidmah Adalah Berkah

Religipedia112 Views

Kabar Damai I 06 Agustus 2021

Magelang I Kabardamai.id I Gus Reza Lirboyo menjelaskan melalui kanal NU Online tentang upah dari suatu perjuangan yang dilakukan para ustadz dan atau kiyai dalam menegakkan dan mengajarkan ilmu agama. Menurutnya, keberkahan merupakan khidmad yang akan mereka dapatkan dalam hidupnya dari segala usaha yang dilakukan.

“Kita kerap diajari oleh para ustadz-ustadz kita yang rela berkorban meluangkan waktunya, menyisihkan segala kesempatannya untuk mentransformasikan ilmu mereka kepada kita. Apa yang dilakukan oleh para Ustaz ustaz kita di pondok pesantren juga sangat beragam mulai mengajar Alif-Ba’-Ta, membaca kitab kuning hingga mengurai masalah dan menjawab solusinya,” ungkapnya.

Menurut Gus Reza, semua yang dilakukannya itu tiada lain karena para ustad memiliki khidmat yang besar untuk mentransformasikan ilmunya kepada santri-santrinya atau kepada anak didiknya sehingga harus diyakini bahwa itu adalah khidmat yang berasal dari dalam hati mereka.

Baca Juga: Kisah dan Alasan Hindu Tak Konsumsi Daging Sapi Hingga Toleransi Tradisi Warga Kudus

Walaupun ilmu agama yang diajarkan kecil, Gus Reza mengajak para ustadz atau kiyai untuk tidak berkecil hati dan tetap istiqomah.

“Maka dari itu jangan terus kemudian para ustadz berkecil hati, misal dalam hatinya berkata saya hanya mengajarkan Alif-Ba’-Ta kepada santri-santri, atau saya hanya mengajarkan bagaimana cara menulis pegon atau bagaimana cara menulis Arab kepada santri-santri,” tambahnya.

Gus Reza menuturkan, cita-cita dari Hasyim Asy’ari dahulu juga dimulai dari hal yang kecil. Itu merupakan keinginan keinginan yang tidak banyak disangka-sangka oleh banyak orang masa kini karena dahulu beliau juga mengajari anak-anak tentang membaca Al-Quran dan juga menulis Arab.

“Ini adalah satu cita-cita yang sangat luhur, ini adalah satu keinginan yang sangat mulia. Maka dari itu yang harus kita garis bawahi ketika kita mentransformasikan ilmu kepada murid-murid dan santri-santri yang ada di Madrasah ataupun di Pondok Pesantren adalah al-hikmah,” jelasnya.

Berbeda dengan pekerja pada sektor formal yang selain mendapatkan gaji, tunjangan dan juga diberkan SK. Menjadi pengajar ilmu agama tentu berbeda dari hal tersebut. Menjadi pengajar agama bukan perihal materi.

“Seperti halnya ketika seorang ustadz mengajarkan ilmu agama di pondok pesantren yang sk-nya lillahi ta’ala. Apa yang dia lakukan juga lillahita’ala, adalah langkah ini yang harus kita kedepankan perbedaannya karena balasannya adalah keberkahan dari Allah,” pungkasnya.

 

Penulis: Rio Pratama

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *