Konflik Etnis Tidak Seharusnya Diselesaikan dengan Kerusuhan

Oleh: Rachel Shafa Waringga

Keanekaragaman budaya, adat istiadat, pola pikir, dan kebiasaan yang ada di Indonesia sangatlah berlimpah dan menjadi ciri khas kita yang mendapat banyak perhatian dari banyak pihak. Berlandaskan “Bhineka Tunggal Ika” sebagai pemersatu berbagai macam suku, bahasa dan kebudayaan yang berbeda antara suku yang satu dengan yang lain.

Melalui kutipan dari Poerwanto Keanekaragaman masyarakat manusia itu disebabkan dari sejarah mereka masing-masing dan pengaruh lingkungan alam serta struktur internalnya. Oleh karenanya suatu unsur atau adat harus dari sistem nilai yang ada dalam kebudayaannya sendiri (relativisme kebudayaan). Namun, sayangnya keanekaragaman yang indah ini juga dapat menimbulkan konflik antar suku akibat perbedaan yang kontras.

Salah satu contohnya ada pada konflik antar suku Madura-Dayak yang ada di Kalimantan Barat, besarnya konflik yang ada di daerah ini memunculkan tiga pengakuan sumber terkait frekuensi terjadinya kerusuhan akibat konflik etnis. Sumber pertama mengatakan setidaknya ada 10 kali konflik kekerasan, sumber kedua mengatakan 11 kali, dan sumber ketiga menyebutkan setidaknya ada 12 konflik dari kedua suku.

Walaupun terdapat perbedaan sumber terkait jumlah peristiwa konflik tetapi kita tetap dapat melihat adanya pola yang berulang dalam kurun waktu yang tergolong cukup lama dan permasalahan yang semakin besar antar suku, sayangnya konflik mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal di Kalimantan pada 2001.

Beberapa persoalan konflik antar suku yang pada awalnya hanya dimulai dari ucapan-ucapan beberapa oknum karena perbedaan budaya antar masyarakat yang menimbulkan adanya perbedaan sistem nilai dan orientasi budaya yang diwujudkan dalam sikap, pola pikir, perilaku, mental suatu kelompok atau masyarakat etnis dapat berubah menjadi konflik sosial yang memiliki potensial mengarah kepada kerusuhan.

Baca Juga: Kerentanan Beragamnya Suku dan Etnis dan Kesadaran Kita Mencegah Konflik

Sikap primodalisme atau paham mengenai kesetiaan seseorang terhadap perangkat yang melekat pada dirinya sejak ia lahir dan terwujud dalam pemahaman bahwa suku bangsanya merupakan suku yang paling unggul dibanding yang lainnya juga memicu terjadinya konflik antar suku, sayangnya paham primodalisme ini masih banyak ditemui di Indonesia walaupun seperti yang kita ketahui bahwa kesetaraan suku/etnis itu benar adanya.

Peran pemerintah dalam mewujudkan kedamaian antar suku juga sangat diperlukan, dengan keadaan rusuh dan provokasi di mana-mana saat konflik sosial antar suku terjadi dibutuhkan penengah yang bersikap netral sebagai penentu jalannya konflik tersebut. Pemerintah juga memiliki kuasa sebagai pemegang kekuasaan yang suaranya dapat didengar oleh masyarakat setempat.

Seperti pada konflik antar suku di Samalantan di mana pemerintah memberikan penyelesaian-penyelesaian terkait permasalahan, seperti pembuatan tugu damai pada tanggal 17 Agustus 1974 yang memiliki tujuan menjaga perdamaian.

Konflik antar suku dan etnis yang terjadi khususnya di Indonesia dapat disebabkan dengan berbagai permasalahan yang mungkin saja sudah mengakar di dalam kehidupan kita tanpa kita sadari. Berdasarkan  upaya-upaya yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa untuk menyelesaikan suatu permasalahan sosial seperti konflik antar suku atau etnik membutuhkan peran seluruh pihak untuk bekerja sama dalam membantu untuk menyelesaikan permasalahan tanpa kerusuhan.

Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak keanekaragaman di dalam banyak bidang, sehingga perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan konflik tidak dapat dihindarkan. Sepertinya tidak ada satu pun masyarakat di dunia ini yang tidak mengalami konflik dalam kehidupan sosialnya, perbedaannya hanyalah intensitas dan cakupan wilayah permasalahannya dan bagaiamana cara mereka menyelesaikan permaslahan tersebut dengan upaya-upaya tertentu.

Oleh: Rachel Shafa Waringga, Mahasiswi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *