‘Kemponan’: Mitos dan Tradisi Kepercayaan Masyarakat Kalbar

Kabar Budaya58 Views

Oleh: Lucki Ananda Gulzard

Banyak sekali suku dan bangsa yang ada di Indonesia ini. Tercatat lebih dari 1.128 suku bangsa dan bahasa , serta 16.056 pulau yang terdapat di Indonesia. Terlepas dari itu semua , terdapat berbagai budaya dan tradisi diberbagai daerah, khususnya di Provinsi Kalimantan Barat.

Banyak sekali budaya dan tradisi di Kalimantan Barat , tetapi terdapat beberapa budaya atau tradisi yang paling familiar ditelinga masyarakat , bahkan sampai sekarang masih dipercaya karena tradisi atau budaya tersebut telah mandarah daging.

Salah satu diantara sekian banyak tradisi dan budaya di Kalimantan Barat adalah tradisi atau budaya yang disebut sebagai “ Kemponan”. Menurut saya kemponan atau bisa disebut sebagai pamali (sebutan bagi masyarakat sunda)  merupakan suatu sugesti yang diberikan oleh seseorang (pemilik) kepada orang lain , ketika orang lain tersebut menolak tawaran dari pemilik maka orang tersebut akan ‘’Kemponan’’. Kemponan sendiri bisa diartikan sebagai kesialan atau musibah yang akan menimpa seseorang bila orang tersebut menolak tawaran dari seseorang (pemilik).

Tradisi ‘’Kemponan’’ ini merupakan tradisi masyarakat melayu di Kalimantan Barat , namun tradisi ini juga menyebar kemasyarakat lainnya juga , sehingga tradisi ini men jadi sangat terkenal. Perlu diketahui bahwa ‘’Kemponan’’ itu tidaklah nyata , sebab musibah itu terjadi karena diri kita sendiri yang mungkin sedang lalai. Tetapi sebagian masyarakat tetap mempercayai tradisi ini karena sugesti yang diberikan , sehingga membuat sebagian masyarakat tersebut khawatir.

Khawatir adalah perasaan bimbang atau sikap yang berfikir terlalu berlebihan (Overthingking) atau terlalu cemas dalam memikirkan suatu hal atau suatu situasi. Keadaan khawatir biasanya disertakan rasa yang amat tidak nyaman dan kecemasan yang mendalam. Pada kondisi parah , khawatir bisa menyebabkan kecemasan dan kepanikan yang menyebabkan keadaan orang tersebut tidak stabil jika tidak cepat di atasi.

Kekhawatiran ini lah yang memberikan sugesti kepada masyarakat tersebut , mereka yang khawatir berlebihan dapat berdampak negatif. Dampak negatif dari khawatir ini lah yang menyebabkan masyarakat itu sendiri celaka , contohnya seperti terlalu khawatir sehingga selalu kepikiran yang buruk atau bisa disebut was-was, pada akhirnya mereka tidak fokus apa yang sedang mereka kerjakan dan karena tidak fokus itulah menyebabkan mereka menjadi celaka. Dapat disimpulkan terlalu khawatirlah yang menyebabkan mereka semua celaka bukan karena ‘’Kemponan’’ jika dipikir secara rasional.

Baca Juga: Mengapa Pela Gandong Tak Mampu Cegah Konflik Maluku 1999?

Tradisi ‘’Kemponan’’ ini tidak diketahui sejak kapan munculnya , dan sulit untuk dipastikan.Tetapi tradisi atau budaya lokal didaerah lain juga mempercayai tradisi ini , hanya saja sebutanya yang berbeda. Dalam arti , bahwa ‘’Kemponan’’ ini ternyata tradisi sejuta umat. Hampir semua orang tahu dengan tradisi ini.

Di Kalimantan Barat khususnya di Ibu Kota Pontianak atau sekitarnya , ‘’Kemponan’’ dipercayai bisa diatasi atau dihindari. Caranya , yaitu dengan tradisi Japai , Pose’ , Jamah , dan lainya atau mengucapkan mantra yang dipercayai bisa menghindari ‘’Kemponan’’.

Bersamaan dengan menguncapkan mantra tersebut , orang yang ditawar mencolet dengan ujung jarinya pada makanan atau minuman tersebut dan menjilat ujung jari tersebut atau hanya sentuhkan kebibir saja. Setelah melakukan hal tersebut dipercaya bahwa ‘’Kemponan’’ akan hilang.

Sebenarnya ‘’Mantra Kemponan’’ itu tidaklah nyata , secara rasional mantra tersebut hanya memberikan efek sugesti kembali kepada sang pelaku. SugestI tersebut memberikan rasa ketenangan , keamanan , serta menghilangkan rasa khawatir karena sugesti tersebut. Sebab kembali lagi bahwa penyebab kemponan adalah ‘’Khawatir atau memang sudah Takdir’’.

Beberapa contoh jika seseorang mengalami ‘’Kemponan’’ adalah ketika orang tersebut menolak tawaran dari seseorang , kemudian mengalami musibah seperti jatuh , kehilangan barang , dan bisa sampai kecelakan. Namun sekali lagi itu semua tidaklah benar ‘’Musibah itu terjadi karena Takdir atau Kecerobohan diri sendiri’’.

Bukan berarti kita harus menghilankan tradisi atau budaya ini. Budaya atau tradisi ini merupakan kekayaan yang harus dijaga keberadaanya , namun arti yang tepat adalah bahwa tradisi atau budaya ‘’Kemponan’’ ini lebih baik jangan diterapkan pada kehidupan sehari-hari karena banyak sekali dampak negatif yang ditimbulkan oleh sugesti ini.

Kekhwatiran yang disebabkan bisa amat berdampak berbahaya , seperti terganggunya kesehatan , yaitu timbulnya berbagai macam penyakit fisik , maupun penyakit mental yang bisa menyebabkan seseorang ‘’Depresi’’. Orang yang depresi berat bisa saja melakukan hal negatif yang diluar nalar.

Kesimpulannya adalah Budaya atau Tradisi ‘’Kemponan’’ boleh dikenang dan diceritakan pada anak-cucu kita nanti agar tradisi atau budaya ini tidak luntur ditelan masa, namun sebaiknya tradisi ‘’Kemponan’’ ini jangan sampai diterapkan pada kehidupan sehari-hari apalagi dijadikan salah satu acuan pedoman hidup.

Penulis: Lucki Ananda Gulzard, Mahasiswa

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *