Kemenag dan Pemuda Muhammadiyah Kerjasama Pengembangan Wawasan Kebangsaan Milenial

Kabar Damai | Kamis, 01 April 2021

 

Jakarta | kabardamai.id | Kementerian Agama dengan Pengurus Pusat (PP) Pemuda Muhammadiyah menjajaki kerjasama program pengembangan pendidikan di Indonesia.

“Pengembangan wawasan kebangsaan bagi kaum millenial, dibutuhkan kolaborasi. Anak muda Muhammadiyah ke depan harus lebih progresif,” kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas saat menerima pengurus PP Pemuda Muhammadiyah di Kantor Kementerian Agama di Jakarta Pusat, Rabu (31/3).

Melansir laman Kemenag RI, menurut Gus Menteri, kita harus kolobaratif dalam menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa pada semua agama di Indonesia, khususnya terkait pengembangan Sumber Daya Manusia pada dunia pendidikan. Sasarannya adalah kaum milenial.

Baca Juga : Pembumian Pancasila, BPIP Ajak Millenial Bijak Gunakan Medsos

Ia menambahkan,  selain pengembangan dunia pendidikan, Kemenag-PP Pemuda Muhammadiyah juga bisa berkolaborasi mengkaji perkembangan hukum yang ada di Indonesia. Gus Yaqut menyebutnya sebagai rekontekstualisasi hukum.

“Hukum itu elastis mengikuti perkembangan zaman,” kata Gus Yaqut, kutip kemenag.go.id (31/3).

“Ulama dahulu seperti Walisongo sudah melakukan rekontekstualisasi terhadap sebagian produk hukum. Persoalan keummatan ini harus kolaboratif,” imbuhnya.

Gus Yaqut menegaskan, pihaknya terus membuka diri untuk bekerjasama dengan berbagai ormas, baik NU, Muhammadiyah, Persis, Al Washliyah, dan lainnya. Termasuk juga dengan organisasi ekstra kampus, seperti seperti IMM, HMI, PMII, dan lainnya.

Sebelumnya, Ketum PP Pemuda Muhammadiyah Sunanto menyampaikan terimakasih atas waktu silaturahim yang diberikan Gus Yaqut untuk menjejaki kerjasama kolaborasi membangun bangsa Indonesia yang lebih baik.

“Kita dari PP Pemuda Muhammadiyah masih concern terhadap pengembangan Dakwah kaum muda dan pengembangan ekonomi, Pak Menteri Agama,” pungkas Cak Nanto, sapaan akrabnya.

 

Cara Asyik Tanamkan Wawasan Kebangsaan ala Ning Nawal

Menanamkan wawasan kebangsaan pada generasi milenial, tidaklah mudah. Sebab, mereka hidup di tengah canggihnya teknologi, yang telah menghilangkan batas teritori, dan mengubah masyarakat secara dinamis.

Ketua Umum Badan Koordinasi Organisasi Wanita Jawa Tengah, Nawal Nur Arafah Taj Yasin menuturkan, teknologi komunikasi dan informasi telah mengubah perang konvensional menjadi perang modern dengan menggunakan teknologi, media massa, dan cyber war. Perang mengubah pola pikir.

“Bukan lagi perang dengan kekuatan militer, tetapi perang pengaruh melalui format ideologi, politik, ekonomi, dan social budaya secara tidak disadari,” katanya saat menjadi pemateri seminar Pengembangan dan Peningkatan Wawasan Kebangsaan dan Nasionalisme di Kantor Kesbangpol, medium September (16/09) 2020 lalu.

Diwartakan laman Humas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Proxy war itu, kata Ning Nawal, sapaan akrab Nawal Nur Arafah Taj Yasin, sasarannya meliputi berbagai bidang. Mulai dari ketahanan ekonomi, pertahanan dan keamanan, budaya, ideologi, lingkungan, politik, hingga karakter masyarakat.

Generasi muda, menurutnya adalah elemen masyarakat yang mudah terpengaruh. Mereka bisa dipengaruhi melalui pola serangan pintar F-7 (Food, Fun, Fashion, Film and Fantasy, Filosofi, dan Finansial).

Orang tua, tandas dia, mutlak menjadi sumber informasi, pendamping dan role model bagi anak.  Apa saja yang harus menjadi perhatian? Pendidikan karakter, agar anak dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana menguatkan karakter generasi milenial yang cinta tanah air dan berwawasan kebangsaan? Menurut Nawal, mereka bisa diberikan contoh orang tua untuk mengikuti kegiatan upacara bendera, Pramuka, diajak bergotong-royong, atau mengunjungi tempat-tempat bersejarah. Orang tua juga bisa mengajak anak untuk nonton bareng film perjuangan.

“Cara kekinian juga bisa diterapkan. Misalnya dengan membuat vlog yang pesannya tentang kepahlawanan, sejarah Indonesia, dan nilai-nilai Pancasila. Atau, membuat tik tok. Kita membuat tik tok atau vlog atau video pendek yang memuat bagaimana internalisasi terhadap nilai-nilai Pancasila. Sehingga aplikasi yang ada tidak sekadar untuk main-main,” ujarnya.

Nawal berpandangan, mengubah cara menanamkan wawasan kebangsaan kepada generasi milenial, harus dilakukan. Sebab, mereka hidup di zaman yang jauh berbeda dengan dulu. Tidak bisa lagi dipaksakan dengan cara yang sama. Mereka akan lebih senang belajar dengan cara-cara yang lebih asyik. [ ]

 

Penulis: Ahmad Nurcholish

Editor: –

Sumber: kemenag.go.id | humas.jatengprov.go.id

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *