Kabar Damai I Jumat, 04 Februari 2022
Pontianak I Kabardamai.id I Suka cita perayaan Imlek masih dirasakan oleh masyarakat Tionghoa dimanapun berada, suasana berkumpul keluarga dan iringan tabuhan barongsai serta semarak kembang api dan petasan membuat suasana semakin menarik dan menyenangkan. Belum lagi dengan adanya angpao serta ornament khas lainnya yang membuat tahun baru ini semakin meriah.
Kemeriahan Imlek juga terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat. Walaupun dilalui dengan adanya pandemic namun tidak membuat kebahagiaan perayaannya turut surut. Suka cita ini dimaknai dengan syukur oleh Ronaldo Haryanto, pemuda Tionghoa dan sekaligus Gege RU II Kalimantan Barat yang disampaikan dalam podcast Tripondcast.
Diawal penjelasannya, ia menyatakan hal-hal yang biasa dilakukan oleh masyarakat Tionghoa di Pontianak pra pelaksanaan Imlek berlangsung.
“Sebelum menjelang Imlek kami Chinese biasanya membersihakn rumah, untuk yang masih menjaga tradisi biasanya dilakukan mengantar Dewa Dapur ke Surga dengan memberikan manisan dan kue yang manis-manis agar Dewa Dapur memberikan kabar yang manis kepada Kaisar Langit,”.
‘Jadi selama satu tahun, Dewa Dapur mengawasi penghuni rumah dan lalu setelah akhir tahun selama satu minggu Dewa Dapur menceritakan apa yang terjadi di rumah kepada atasannya diatas sana. Agar Dewa Dapur menceritakan yang baik, maka diberilah yang manis-manis,” ungkapnya.
Selain pra pelaksanaan, Ado biasa ia disapa juga turut menjelaskan apa saja yang dilakukan ketika Imlek berlangsung,
“Saat Imlek sendiri yang biasa dilakukan ada ibadah atau sembahyang syukur, lalu menyambut tamu, mempersiapkan rumah agar tamu datang dengan membawa kebahagiaan,” tuturnya.
Baca Juga: Pemerintah Imbau Rayakan Imlek dengan Prokes yang Ketat
Ditanya tentang makna Imlek, ia menyatakan bahwa Imlek ada momen yang selalu dinantikan oleh orang-orang Tionghoa.
“Makna Imlek menurut saya adalah sebuah hari raya yang sangat dinantikan oleh masyarakat selama satu tahun. Imlek menjadi momentum bermakna karena bisa berkumpul dan bercengkrama, yang jauh bisa pulang berkumpul dan keluarga dan yang juga angpaunya,”.
“Momen yang sangat dirindukan saat berkumpul bersama tetua, nenek dan kakek dan seluruh keluarga lainnya. Makan bersama dan membagi angpao bersama,” jelasnya.
Sukacita Imlek kurang lengkap tanpa adanya kudapan khas, Ado menjelaskan ada makanan yang selalu ada saat perayaan Imlek di Pontianak.
“Yang harusnya ada saat makan bersama biasanya 8 sampai 9 makanan yang terdiri dari hidangan pembuka seperti sup, gorengan dan diakhiri dengan yang manis-manis seperti longan. Biasanya ada filosofinya,” katanya.
Lebih jauh, ia juga menjelaskan tentang makna dari kue keranjang serta jeruk mandarin yang juga selalu ada saat Imlek,
“Saat Imlek biasanya ada kue keranjang dan jeruk mandarin. Kue keranjang itu manis dan lengket yang mana filosofinya agar setiap tahunnya hal-hal manis dalam hidup dapat lengket dengan kita, kemakmuran dan lain sebagainya. Sedangkan jeruk mandarin menggambarkan agar kekayaan selalu dekat dengan kita. Jeruk Mandarin juga berwarna kuning keemasan yang membawa kemakmuran,” jelasnya.
Walaupun dilalui dengan adanya pandemi, ia menuturkan agar tidak perlu bersedih hati karena perayaan Imlek tetap dapat dilakukan secara digital.
“Diera pandemi ini kebetulan juga sudah ada digitalisasi, jadi walaupun pandemi tetap dapat merayakan Imlek dengan teknologi. Melakukan dan merayakan dengan cara modern,” ungkapnya.
Pemuda Tionghoa Menjaga Budaya
Ado kini juga menjabat sebagai Gege RU II Kalbar, sebuah organisasi dengan basis anak muda Tionghoa yang menjaga budayanya. Ia menyatakan bahwa tugasnya sebagai Gege adalah mempromosikan kebudayaan Tionghoa, menjaga dan melestarikan serta mengawal kebudayaan tersebut
“Yang dilakukan Gege tahun 2021 karena pandemi banyak yang harus ditunda dan dilakukan dengan cara online, yang dilakukan seperti setiap bulan melakukan IG Live, lalu zoom meeting, menghadiri kegiatan. Sedih sebenarnya karena banyak kegiatan yang tertunda karena pandemi ini,” bebernya.
Menurutnya pula, melalui paham budaya akan menambah banyak perspektif dalam hidup seorang Tionghoa sehingga ia tertarik untuk belajar dan terjun langsung kedalamnya.
“Awalnya tertarik dengan budaya, dari sana muncul dari hari untuk mempromosikan budaya ini kepada masyarakat luas. Yang menarik dari budaya Tionghoa menurut saya filosofi dan mengingatkan tentang leluhur darimana asal kita berada,” pungkasnya.
Penulis: Rio Pratama