Kabar Damai | Selasa, 16 Mei 2023
Lampung | kabardamai.id | Wihara Dharmakirti menjadi salah satu tujuan kegiatan Peace Train Indonesia (PTI) ke-15 oleh Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) saat berlabuh ke Kota Palembang, Sumatera Selatan pada 13 Mei 2023 lalu. Wihara ini telah dinobatkan sebagai Maha Wihara yang terbesar di Kota Palembang.
Salah satu sosok di Wihara Dharmakirti yaitu Darwis Hidayat selaku Pembina Yayasan Budhha Dharmakirti dan Wihara Dharmakirti. Ia pun kami jumpai untuk menilik kegiatan keagamaan di Wihara Dharmakirti dan pandangannya terhadap penanaman nilai toleransi utamanya pada generasi muda.
Darwis Hidayat bukanlah sosok tanpa perjalanan dan kontribusi, ia sebelumnya juga pernah menjadi ketua muda-mudi, sekretaris majelis, ketua majelis, hingga sekretaris yayasan.
Ihwal kondisi toleransi di kalangan pemuda, Darwis menilai generasi muda juga mengalami peningkatan dengan pihaknya selalu mendukung mereka agar aktif bersosialisasi pun bergabung dengan rekan-rekan lintas agama.
“Ini salah satu, menurut saya semakin mereka berbaur akan semakin menguatkan pengertian saling menghormati antar generasi muda beragama,” ungkapnya pada Sabtu (13/05/2023).
Para muda-mudi buddhis pun memiliki wadah yang bernama Persaudaraan Pemuda Budhhis Dharmakirti (PPBD) yang didirikan pada 1977 dan kala itu Darwis Hidayat menjadi ketua angkatan pertama tepatnya pada 2 Februari 1977.
Sementara itu, bentuk dorongan lain oleh Wihara Dharmakirti terhadap pengembangan generasi muda yaitu wihara ini juga menjadi tempat berlokasinya sekretariat dari Keluarga Mahasiswa Buddhis se-Palembang.
Darwis juga mengharapkan generasi muda tak membuat sekat antaragama dan justru menimbulkan adanya jarak yang jauh antaragama. Oleh karenanya, ia sangat mendukung upaya ICRP yang menggaet kawula muda melalui kegiatan lintas agama guna lebih memperdalam nilai toleransi.
Baca juga: Mubaligh Ahmadiyah Wilayah Sumsel Bicara Toleransi: Prasangka Baik Itu Harus Ada
“Bukan kita mencampuri, kita melihat dan bisa mengetahui (berbagai agama). Karena tanpa dialog, tanpa mengenal, akhirnya bisa muncul-muncul konsep (pemahaman) yang salah,” pungkasnya.
Kegiatan saling bantu atau gotong royong antarumat beragama pun seharusnya menjadi budaya yang ditanamkan sebagai bentuk praktik nyata saling bertoleransi. Seperti yang diungkapkan oleh Darwis yakni sesederhana saling bantu jika ada perayaan keagamaan umat agama lain.
“Saya pikir bukan saat tidak kondusif saja, tapi saat kondusif pun tradisi ini (harus) kita tumbuh kembangkan (saling bantu antar umat beragama),” tuturnya.
Darwis menilai tantangan bagi penanaman nilai toleransi ialah berkenaan dengan kerukunan beragama yang cukup tergantung oleh kondisi politik yang ada. Ia pun mengajak untuk tetap kompak mengantisipasi dan membentengi bersama. Salah satunya bisa diimplementasikan melalui kegiatan kerjasama seperti halnya Peace Train Indonesia.
“Walaupun aktif di keagamaan, pemahaman politik itu penting, jangan kita campuradukan. Begitu kita masuk di wilayah politik, kita harus lepas dari keagamaan,” jelasnya.
Pembina Yayasan Budhha Dharmakirti dan Wihara Dharmakirti itu pun menyambut baik adanya kegiatan PTI ke-15 yang digagas oleh ICRP. Darwis juga berharap kegiatan serupa bisa lebih menyentuh wilayah potensial lainnya dengan upaya menjaga nilai toleransi umat beragama.
“Saya juga menyambut gembira dan saya harap ICRP tetap bertahan, ini kan positif sekali dan sangat baik lah untuk kerukunan beragama terutama di kalangam muda, sebab kalangan muda ini kan menjadi generasi penerus,” tutupnya.
Penulis: Hengky Roynaldo