Gerakan Non Blok: Upaya Netral Indonesia dalam Situasi Perang Dingin

Kabar Utama252 Views

Oleh: Arya Yudhistira, M. Thoriq Alkadrie, Shella Natasya A

Perang dingin yang melibatkan blok barat dan blok timur membawa pengaruh yang cukup besar bagi negara negara lain. Perang ini dapat juga disebut sebagai perang yang menyebar paham-paham, artinya ialah pada perang ini tidak mengandalkan kekuatan fisik, melainkan dengan menyebarkan paham-paham yang dapat mendukung posisi bagi masing-masing pihak. Oleh karena itu, kehidupan politik internasional bagi sebuah negara sangat berpengaruh pada masa perang ini.

Pengaruh perang dingin juga dapat dirasakan bagi Indonesia yang ditunjukkan dengan adanya perjanjian pembentukan organisasi yang dinamai Gerakan Non-Blok yang memiliki tujuan khusus dalam pembuatannya. Tidak hanya Indonesia saja, beberapa negara lain juga ikut serta dalam penandatanganan pembentukan organisasi ini. Organisasi ini dibentuk untuk menghadapi pengaruh-pengaruh yang ada selama masa perang tersebut.

Gerakan ini dianggap berhasil dalam menumpas pengaruh-pengaruh pada perang dingin dan membawa angin segar bagi Indonesia untuk menjalankan pemerintahan yang bebas aktif. Berbagai agenda pertemuan bagi para anggota Gerakan Non-Blok telah di laksanakan dan menghasilkan banyak keputusan-keputusan yang dianggap baik bagi para anggotanya. Hal ini karena anggota-anggotanya dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan sangat baik.

Gerakan Non-Blok (GNB) atau Non-Alignment Movement (NAM) adalah organisasi internasional yang terdiri atas 120 negara anggota dan 17 negara peninjau. Organisasi ini dibentuk oleh negara-negara yang tidak beraliansi dengan blok atau kekuasaan besar tertentu. Gerakan ini dipergunakan untuk menengahi kedua kekuatan besar yang sedang bersitegang saat itu, Uni Soviet dan Amerika Serikat. Sehingga banyak negara memilih bersikap netral untuk menghindari konflik. Meskipun pada akhirnya, beberapa negara tetap dapat dijadikan aliansi oleh salah satu dari kedua negara adidaya. Namun Gerakan Non-Blok memiliki andil besar dalam mencegah terjadinya konflik global.

Indonesia tidak memihak blok manapun di dunia baik blok barat maupun blok timur. Indonesia turut serta dalam Gerakan Non-Blok ialah karena politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif. Bebas artinya Indonesia tidak memihak salah satu blok kekuatan-kekuatan yang ada di dunia. Aktif artinya Indonesia dalam menjalankan politik luar negerinya selalu aktif untuk ikut menyelesaikan masalah-masalah internasional.

Gerakan Non-Blok memiliki tujuan yang tercantum dalam Deklarasi Havana tahun 1979. Menyatakan bahwa gerakan ini bertujuan untuk menjamin kedaulatan, kemerdekaan, integritas teritorial, dan keamanan negara-negara non-blok dalam perjuangan mereka menentang imperialisme, kolonialisme, dan rasisme, serta segala bentuk agresi militer dan penjajahan. Gerakan Non-Blok juga menolak berbagai bentuk blok politik.

Tujuan tersebut dijabarkan menjadi 3 (tiga) poin utama yaitu, pertaama guna turut serta dalam meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika Serikat (Blok Barat) dan Uni Soviet (Blok Timur) dalam perang dingin. Kedua guna membendung pengaruh negatif dari Blok Barat maupun Blok Timur ke negara anggota Gerakan Non-Blok dan ketiga untuk engembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota dengan cara membantu perjuangan negara-negara berkembang dalam mencapai persamaan, kemerdekaan, dan kemakmuran.

Baca Juga: Indonesia dan Perannya dalam Perdamaian Pada Perang Dingin

Walaupun negara-negara tersebut bermaksud menjadi aliansi dimana anggotanya saling komunikasi dan memiliki kedekatan seperti NATO/Pakta Warsawa, negara-negara anggotanya tidak pernah memiliki kedekatan yang diinginkan dan banyak anggotanya yang akhirnya diajak beraliansi dengan salah satu negara adidaya tersebut.

Kemudian, Gerakan Non-Blok juga menempati posisi khusus dalam politik luar negeri Indonesia karena Indonesia sejak awal memiliki peran sentral dalam pendirian GNB. Konferensi Asia Afrika yang diadakan di Bandung pada tahun 1955 merupakan bukti peran dan kontribusi penting Indonesia dalam mengawali penggagasan dan pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno juga diakui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai penting GNB tidak sekadar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi juga mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.

Keberadaan GNB secara umum memiliki dampak besar dalam menekan potensi konflik yang ada di antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Mengikat negara-negara kecil dalam satu forum, GNB mencegah terlalu banyak negara dapat dipengaruhi oleh kedua blok.Terhitung hanya Kuba yang secara diplomatic beraliansi dengan Soviet. Sementara negara-negara seperti Vietnam, Afghanistan, Korea, Kamboja, Indonesia, dan banyak negara lainnya pemerintahannya jatuh akibat konflik. Meski begitu GNB tetap eksis dan memaksa kedua kubu untuk bersepakat dalam banyak hal seperti pembatasan militer, pengurangan intervensi, dan pemusnahan nuklir. Seiring dengan berakhirnya perang dingin, relevansi dari Gerakan Non-Blok dianggap sudah tidak ada lagi. Sekertaris Jenderal terakhir dijabat oleh Nicolas Maduro dari Venezuela sejak 2016.

Gerakan non blok memiliki arti penting bagi bangsa Indonesia. Gerakan ini menjadikan bangsa indonesia dianggap memiliki kekuatan terutama karena jati dirinya untuk tetap berdiri terhadap ideologinya. Berbagai macam hasutan dari dunia luar tak membuat Indonesia hanyut terbawa arus politik yang dapat merugikan bangsa ini. Dengan adanya GNB inilah indonesia dapat terus menjalankan politik luar negeri bebas aktif sebagaimana mestinya.

 

Kolaborasi Menulis: Arya Yudhistira, M. Thoriq Alkadrie, Shella Natasya A (Mahasiswa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *