Oleh : Timotius T.S,
Sebelum memasuki istilah dari moderasi beragama, mari kita ketahui terlebih dahulu apa arti dari kata moderasi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “moderasi” berarti penghindaran kekerasan atau penghindaran keekstreman. Kata ini merupakan kata serapan dari kata moderat, yang menurut KBBI memiliki arti bahwa sikap yang selalu menghindarkan perilaku atau pengungkapan yang ekstrem dan kecendrungan mencari jalan tengah.
Jadi, moderasi beragama adalah cara pandang, sikap atau praktik hidup bermasyarakat dalam bidang keagamaan dengan menjunjung nilai toleran, menghargai perbedaan dan tidak membeda-bedakan suku, ras, etnis dan agama.
Sedangkan kebinekaan diambil dari kata “bineka” yang memiliki arti beraneka ragam, berbeda-beda atau bermacam-macam. Kebinekaan sendiri mengarah pada sikap di mana diri saling menerima perbedaan yang terdapat dalam setiap kelompok dan mengaggap perbedaan yang ada itu sebagai kesatuan tanpa memandang atau peduli terhadap ras, etnis, bahasa, budaya dan agama.
Dalam kaitannya tentang moderasi beragama, generasi milenial sebenarnya memiliki peran penting di dalamnya. Hal ini karena sebenarnya mereka mampu menempatkan dirinya sebagai penyalur moderasi beragama di dalam lingkungan masyarakat sosial agar terciptanya lingkungan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, damai dan saling toleran.
Milenial atau yang kita kenal sebagai generasi milenial adalah masyarakat sosial yang melek atau mahir dalam menggunakan teknologi. Mereka sering memanfaatkan kemahirannya menggunakan teknologi untuk berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari. Namun, kemahiran generasi milenial dalam memanfaatkan teknologi ini seringkali disalahgunakan.
Contohnya dalam penggunaan teknologi canggih Bernama smartphone. Siapa sih, yang pada saat ini tidak mengenal apa itu namanya smartphone? Tentunya sebagian besar atau mungkin malah semuanya sudah mengenal apa itu smartphone. Smartphone adalah telepon genggam yang memiliki kemampuan tinggi sehingga mampu beroperasi secara luas dan praktis.
Baca Juga: Moderasi Beragama Solusi dari Polemik Perayaan Hari Besar Keagamaan
Adanya smartphone di kehidupan saat ini membuat orang-orang mampu mengakses atau mengunggah informasi secara cepat tanpa batasan ruang dan waktu. Namun kemajuan teknologi dan perkembangan zaman ini justru tidak dimanfaatkan dengan baik oleh banyak masyarakat.
Kita kerap menjumpai konten-konten sensitif khusunya konten mengenai keagamaan atau agama yang diunggah pada platform tertentu. Konten-konten tersebut biasanya tidak informatif sehingga tidak memuat informasi yang bermanfaat. Konten-konten tersebut justru menggiring opini buruk dan kesan nilai buruk bagi konsumen yang membawa pada perpecahan antar agama.
Oleh sebab itu, sebagai generasi milenial yang baik kita harus bisa menanggapi suatu informasi dengan bijak. Menolak mentah-mentah tentang informasi yang tidak jelas atau kurang informatif merupakan salah satu tindakan yang terpuji. Karena dengan begitu, kita tidak langsung percaya terhadap informasi tersebut dan memilih untuk mengorek lebih dalam mengenai isi kontennya.
Jika hal seperti ini diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh generasi milenial, tentunya hal semacam perpecahan agama yang diakibatkan oleh hoax tidak akan terjadi, sehingga masyarakat Indonesia mampu menjadi masyarakat yang memiliki sikap toleransi dan terbuka untuk menerima setiap perbedaan-perbedaan yang ada di dalamnya tanpa memandang hal apapun.
Sebagai generasi milenial, yang pada dasarnya memiliki citra lebih terbuka dan melek terhadap teknologi, daripada memanfaatkannya untuk melakukan tindakan yang negatif, seperti mengunggah konten-konten tidak informatif yang sekiranya mampu melahirkan perpecahan masyarakat Indonesia yang majemuk ini, alangkah baiknya digunakan untuk melakukan kebaikan-kebaikan yang lebih bermanfaat dan menyatukan masyarakat Indonesia.
Timotius T.S, Mahasiswa jurusan Filsafat Keilahian UKDW