Gadis Minimarket: Setiap Manusia Memiliki Warnanya Sendiri

Kabar Pustaka212 Views

Judul                                        : GADIS MINIMARKET

Penulis                                     : Sayaka Murata

Penerjemah                            : Ninik Sulistyawati

Penerbit                                  : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan dan tahun terbit        : Cetakan terjemahan di Indonesia,2020

Jumlah halaman                      : 160 halaman

ISBN                                         : 978-602-06-4439-4

 

Jakarta I Kabardamai.id I Masyarakat di belahan dunia manapun selalu membuat standarisasi untuk manusia agar seragam dalam berfikir, mengelola emosi, bertindak, menjalani kehidupan yang dialami tiap orang. Ketika ada orang yang ingin memiliki kehidupan yang berbeda atau jalan yang ditempuh sedikit melenceng pasti orang-orang akan terus bertanya, mengapa melakukan hal tersebut dan menggangap diri kita abnormal.

Melalui buku ini, Sayaka berhasil membuat perasaan pembaca berkecamuk dan mempertanyakan apa yang dimaksud normal sebenarnya? Seberapa normal saya? Mengapa manusia bertindak seakan tuhan yang memberi penilaian tentang manusia,memutuskan yang layak dan tidak layak disebut normal sebagai manusia.

Buku ini  diawali dengan menggunakan sudut pandang orang pertama, yakni seorang perempuan bernama Keiko Furukara yang bekerja di sebuah Minimarket, dimana terlihat bahwa ia adalah seseorang yang memiliki refleks bekerja sangat baik saat menjadi pekerja minimarket, ia seakan menyatu dalam ruang kehidupan minimarket yang ada.

Baca Juga : Islam Sontoloyo: Intipati Pemikiran Kritis Soekarno

Keiko diceritakan sebagai individu yang tampak abnormal dimata masyarakat dan terkesan aneh, ia digambarkan selama hidupnya berusaha meniru perilaku orang lain dalam sehari-hari sejak kejadian di masa anak-anaknya, ia berusaha bertindak normal “Aku memilih untuk meniru orang lain atau mengikuti instruksi orang lain, dan berhenti mengambil tindakan sendiri” (hlm 14)

Konflik mulai muncul saat ia memutuskan untuk terus bekerja sebagai pegawai Minimarket, walaupun sudah menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. Ini dilakukanya setelah melamar banyak pekerjaan, dan gagal ditengah jalan karena pengalaman yang dimiliki hanya menjadi pegawai minimarket. Tapi ia merasa senang melakukanya, karena dengan begini ia merasa menjadi bagian dari masyarakat.

Entah mengapa setelah melihat Keiko,aku sendiri merasa Keiko menjadi bagian dari warna individu manusia yang sebetulnya ada banyak di dunia ini,namun memilih bersembunyi,bisa dilihat konflik yang dialami Keiko juga hampir dialami orang lain seperti asumsi yang selalu diberikan orang lain ketika keiko tak menikah dan berpacaran dengan orang lain, “mereka berasumsi bahwa aku menderita”(hlm 42)

Seringkali kita bertanya mengapa kita harus memiliki sikap yang sama,dan jalan yang hampir sama dengan orang lain.bahkan tanpa sadar bukanya dari dulu kita selalu melihat orang lain terlebih dahulu dalam melakukan segala sesuatu ? Kita juga selalu mengikuti rute hidup yang dialami orang lain,seperti kita harus sekolah,sehabis itu kita  kuliah,lalu kerja menghasilkan uang banyak,sehabis itu kita juga harus menikah dan memiliki anak.

Bukan-bukan hal tersebut gak baik yah, hanya saja, perlu diingat nih gak semua orang punya perasaan dan keinginan diri yang sama,tapi harusnya itu gak dipermasalahkan loh, karena dunia ini sendiri bisa penuh warna kalau kita punya banyak warna diri beragam dan saling mendukung satu sama lain. Karena menjadi diri kita sendiri itu adalah kebahagian. sesungguhnya buat setiap manusia loh,yuk jadi diri kita sendiri mulai sekarang !

 

Penulis: Ai Siti Rahayu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *